Salah satu seniman China yang paling diperhitungkan dalam peta seni rupa kontemporer dunia saat ini adalah Cai Guo Qiang. Karyanya dapat dijumpai di galeri-galeri top mulai New York sampai Venezia, dari Beijing sampai Qatar, dari Bilbao sampai Paris. Orangnya tinggi, kurus, dan berambut cepak, membuatnya lebih mirip pekerja atau petani daripada seorang seniman kontemporer. Namun, cara berpikir, nada bicara dan karyanya jauh dari kesan itu.
Pemikirannya amat dalam, indah, dan misterius. “Karya seni saya bekerja seperti kekuasaan yang tak terlihat. Menyerupai Alkhemi,” ujarnya, ketika mejelaskan karya instalasinya berupa kanvas besar yang meledak setelah diisi aneka figur dan ditaburi bubuk mesiu yang disulut api.
Karya-karya Cai kebanyakan seni instalasi yang dikerjakan secara seksama, provokatif, dan puitis. Salah satu ciri khasnya adalah kecakapannya dalam memanfaatkan ruang berskala besar untuk menampilkan karya-karyanya sehingga dapat hadir secara fantastik, mengejutkan, dan dalam. Hal itu wajar, mengingat latar belakang pendidikan Cai adalah seorang penata panggung teater, di mana salah satu karya spektakulernya dalam bidang ini ialah koreografi untuk pembuka dan penutup Olimpiade Beijing.
Kecakapannya dalam memanfaatkan ruang tersebut juga terlihat dengan jelas dalam karyanya yang monumental berjudul Heritage dalam pameran bertajuk Falling Back to Earth di Modern Art Gallery, Brisbane (2013). Karya tersebut, sebagaimana tampak dalam foto, berupa patung dari binatang-binatang liar seperti jerapah, harimau, monyet, kambing, kuda dan lainnya. Mereka tengah bersama-sama, “seperti beribadah” kata Cai, meneguk air dari sebuah kolam biru di tengah gurun pasir yang murni.
Bagi Cai, karya tersebut bukan sekedar sebuah kampanye tentang alam di tengah kerusakan ekologi, melainkan sebuah kerja yang berujung pada usaha mereposisi kembali hubungan manusia dengan alam. Atau bisa juga dikatakan, bahwa isu pelestarian alam akan menjadi sia-sia jika pada saat yang sama kita masih memegang teguh karakter agresif yang tertanam dalam intelek modern kita, tanpa mengubahnya untuk menjadi lebih harmonis.
Jurnalis Andrew Frost dalam The Guardian melukiskan Heritage sebagai sebuah karya yang liar dan provokatif jika dilihat dari jauh sebagaimana tampak dalam foto. Namun, begitu dilihat dari dekat, karya ini tampak seperti kumpulan patung hewan untuk mainan anak-anak yang lucu.
Cai membenarkan kesan Frost tersebut. “Saya mencipta karya saya sedikit menyerupai anak-anak melakukan pekerjaan mereka,” ujarnya. “Saya melihat sesuatu melalui mata seorang anak dan saya yakin para pengunjung memiliki sisi kanak-kanak jauh di dalam hatinya sehingga dapat memahami bagian-bagian (dari karya ini) dengan cukup mudah.”
Lihat selengkapnya di Jogja Review
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H