Mohon tunggu...
Ipung Jogjangler
Ipung Jogjangler Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fasilitator ketangguhan bencana dan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat

menikmati hidup dan merayakan cinta

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Aku Seorang Bapak

2 Maret 2015   04:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:18 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpuluh tahun lalu, di bawah pohon belimbing depan sekolah, kalian membuatku tertegun dengan cerita kehebatan bapak-bapak kalian. Sejak itu aku berpikir kalian anak-anak hebat dengan bapak hebat.

Ninok, Wiji, Suyat, Darno, Irwan, kalian beruntung punya bapak hebat. Karya bapak kalian dinikmati dan dibutuhkan banyak orang. Ninok, bapaknya penjaga makam, ahli mengurus mayat, menggali kubur dan menjadi pendoa di upacara penguburan. Wiji, bapaknya tukang becak, mengantar penumpang sampai ke rumahnya. Suyat, anak tukang koran, bapaknya selalu membawa pulang koran atau majalah untuk dibaca sekeluarga. Darno, anak pegawai kelurahan, bapaknya bertugas mengurus surat-surat warga sekelurahan. Irwan, bapaknya petani,  menanam jagung dengan buah besar dan manis.

Aku melongo ketika tiba giliranku menceritakan kehebatan bapakku. Katanya dia tentara berpangkat tinggi, setelah itu aku tidak tahu apa-apa. Bagaimana aku bisa menceritakan apa kehebatannya. Lagi pula bedil dan pangkat itu tidak hebat. Aku bukan anak dari seorang bapak hebat seperti kalian. Sebab bapakku mematikan, bapak kalian menghidupkan.

Bagiku bapak hebat itu bisa menjelaskan pada anak-anaknya tentang apa pekerjaannya, bagaimana dia bekerja, siapa membutuhkan hasil pekerjaannnya. Persis seperti bapak-bapak kalian itu.

Bapak hebat juga bisa merangsang daya khayal anak-anaknya utuk menjadi lebih hebat darinya. Ninok ingin belajar ilmu agama agar dia bisa membantu orang lain selagi masih hidup. Wiji bercita-cita menjadi insinyur merancang kendaraan efisien. Suyat bermimpi jadi wartawan. Darno bertekat jadi camat. Irwan bermimpi jadi insinyur pertanian.

Aku? Berlari ke WC belakang sekolah. Pura-pura kencing, lalu sibuk mencari cermin. Aku tidak akan kembali ke bawah pohon belimbing kalau mataku masih terlihat merah.

Sekarang aku punya anak. Dan aku bersumpah jangan sampai pengalamanku terjadi pada anak-anakku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun