Mohon tunggu...
Joseph Wawengkang
Joseph Wawengkang Mohon Tunggu... Aktor - penulis lepas

nurani bicara

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menolak Radikalisme ISIS

13 Agustus 2014   17:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:39 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

“Everybody's worried about stopping terrorism. Well, there's a really easy way: stop participating in it.”

Sebuah nasihat dari Noam Chomsky, seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts, tersebut pantas untuk menanggapi fenomena maraknya propaganda Islam States of Iraq and Syria (ISIS) yang ramai diperbincangkan dunia.

Islam States of Iraq and Syria (ISIS) masih terus berupaya memperluas pengaruhnya. Bahkan masyarakat Indonesia juga mendapat pengaruh dari ISIS. Berbagai kelompok merespon ISIS di Indonesia, baik pro maupun kontra.

Dikhawatirkan masyarakat Indonesia menjadi sasaran propaganda ISIS dengan ikut mendukung gerakan ini, meskipun sebenarnya buta terhadap ISIS. Tidak tanggung-tanggung, dukungan tersebut pun diberikan secara terbuka oleh sejumlah kelompok fundamentalis dengan melakukan deklarasi dan penyebaran himbaun untuk mendukung ISIS melalui tulisan.

Sebuah video di Youtube berjudul "Joint the Ranks" , menjadi sorotan media dan masyarakat berupa seorang pria mengenakan busana dan sorban warna hitam yang mengajak warga Indonesia untuk bergabung dengan Islamic State Iraq and Syria (ISIS).  Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri menyatakan, orang tersebut tersebut disinyalir berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat sebanyak 30-an lebih warga negara Indonesia pergi ke wilayah Suriahh dan Irak. Bahkan ada beberapa dari mereka yang kembali ke Indonesia mendirikan cabang ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Indonesia. Deklarasi  ISIS Indonesia dilaksanakan pada Juni lalu di Jakarta dan NTB.

Dari segi hukum, pendeklarasian ISIS Indonesia belum bisa dipidanakan sebelum mentransformasikan pikiran mereka ketindakan tertentu. Namun yang menjadi ancaman adalah  kekhawatiran adanya kelompok bersenjata pasca mereka kembali dari Suriah dan Iraq, berkaca dari Afghanistan dan Filipina Selatan.

Berbagai aksi ISIS yang dilakukan di Irak dan Suriahyang dapat dilihat di media sosial Youtube tidak pantas bila diterapkan di Indonesia. Sikap penolakan pun bermunculan dengan dalih menjaga ideologi negara dari ajaran ISIS.

Usaha untuk memblokir video tersebut sebenernya belum maksimal, karena dapat dipastikan telah banyak orang yang mengunduh video tersebut di Youtube. Bahkan, hingga Agustus 2014, video tersebut masih dapat ditemukan di youtube dengan judul “ISIS luncurkan Video Ajakan Jihad”.

Masyarakat Indonesia tidak boleh terpukau dengan video tersebut. Masyarakat harus menilai bahwa yang dilakukan ISIS di Irak dan Suriah, adalah tindakan kekerasan tanpa perikemanusiaan. Kekerasan tersebut dilakukan terhadap orang-orang Yazidi yang dominan non Islam, di mana bertentangan dengan ajaran agama Islam sendiri.

Propaganda ISIS menarik simpati dari masyarakat Indonesia sedikit banyak mulai terlihat. Seperti yang erjadi di Solo-Sukoharjo. Forum Pendukung Daulah Islamiyah menyayangkan sikap pemerintah yang melarang ideologi dan aktifitas ISIS di Indonesia, meskipun mereka tidak setuju dengan tindak kekerasan yang digunakan ISIS di Irak dan Suriah.

Dukungan lainnya juga terlihat di Jambi. Sejumlah bendera dan poster ISIS sempat ditemukan di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Telanaipura yang merupakan kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi Jambi Telanaipura. Lebih parahnya lagi, bendera ISIS berukuran besar ditemukan terbentang di tiang bendera di dekat air mancur lapangan Kantor Gubernur Jambi. Untungnya, bendera dan stiker tersebut ditemukan oleh pihak Kesbangpol Provinsi Jambi, sehingga bendera tersebut langsung diturunkan, dan stiker ISIS dicopot.

Menyikapi adanya potensi ancaman yang lebih besar karena kehadiran ISIS, pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan memblokir video ISIS di Youtube. Selain itu, Presiden SBY secara langsung melakukan rapat untuk membahas kehadiran ISIS di Indonesia yang dihadiri oleh beberapa anggota kabinet seperti, Kapolri, Panglima TNI, Kepala BIN, Menkopolhukam, dan beberapa jajaran lainnya.

Menkopolhukam Joko Suyanto telah menyatakan ISIS sebagai paham terlarang dan bertentangan dengan Pancasila. Hal itu diperkuat dengan himbauan kepada seluruh Kepala Daerah untuk mengantisipasi penyebaran paham yang memberi pengaruh negatif terhadap jatidiri bangsa yang ber-Pancasila. Kapolri Jenderal Sutaraman pun memberikan instruksi kepada seluruh kepolisian daerah untuk mencegah penyebaran ISIS, bahkan membubarkan ISIS di Indonesia.

Meskipun begitu upaya pemerintah tersebut dinilai sebagian kalangan berlebihan. Ada yang menilai bahwa isu ISIS merupakan pengalihan isu dalam negeri, sebagai upaya memasukkan misi asing yang akan menjadikan ISIS sebagai musuh bersama. Ini adalah sebuah kesalahan, menganggap enteng kehadiran ISIS.

Bahaya propaganda ISIS tidak hanya ditujukan untuk kalangan dewasa, bahkan remaja dini juga ikut menjadi sasaran. Meskipun belum tidak terjadi di Indoensia, fakta bahwa kepolisian Spanyol telah menangkap  dua orang warga negaranya yang berusia 14 tahun dan 19 tahun pada 3 Agustus lalu  merupakan salah satu contoh yang dapat terjadi di Indonesia.

Menanggapi berbagai pemberitaan terkait ISIS di media, baik pro maupun kontra. Kita jharus mampu mengambil sikap yang bijak. Jangan sampai kita justru mendiskreditkan agama Islam yang diidentikan dengan ISIS.

Kita harus menyadari bahwa tidak ada satu agama pun termasuk Islam yang mengajarkan kekerasan. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyamakan antara ISIS dengan Islam.

Segenap komponen bangsa, dari masyrakat hingga para penyelenggara harus waspada bahwa Indonesia adalah bangunan pruralisme dan multikultur yang harus tetap kita jaga dengan semangat persatuan dan perdamaian sebagaimana roh Pancasila.

Yohanes Wawengkang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun