Walaupun berbeda agama, kita saling mengingatkan satu sama lain ketika masing - masing kita harus beribadah. Ketika hari Jumat aku mengingatkannya untuk pergi ke tempat yang baru kutahu namanya itu, mesjid namanya. Dia juga menyuruhku untuk pergi ke gereja.
Akan sangat sulit untuk menemukan sahabat sepertinya dan mungkin tidak akan pernah lagi.
***
Pagi itu, di tahun 1999. Langit di Kota Ambon terlihat lebih gelap. Bukan karena mendung mau hujan, namun karena asap kebakaran mengepul di tengah kota.
Ketenangan yang dulu aku rasakan berubah menjadi jerit tangis. Suara sirine ambulance yang lulu-lalang menambah getir suasana yang membuatku takut.
Dari berita yang ayahku tonton. Telah terjadi kerusuhan hebat di kota ini. Alasannya karena agama, membuat mereka yang awalnya bersaudara menjadi terpisah oleh kerusuhan ini.
Dari jendela aku memandang keluar, kulihat hamid sedang berlari begitu kencang seakan dikejar anjing liar jalanan. Mungkin ada hal yang sangat penting, sehingga dia lari begitu cepat.
Hamid terlihat panik, dia mengetuk pintu dengan keras. Aku segera membukakan pintu untuknya.Â
"Jeremy kamu harus pergi jauh dari sini" perintahnya seperti mengusirku, namun mukanya begitu meminta seakan hal ini begitu penting untukku.
Orang tuaku bingung dengan apa yang dibicarakan Hamid.Â
"om tante dan Hamid harus segera pergi. Karena tempat ini sekarang bahaya sekali. Ada orang - orang yang mau bakar rumah ini." Ternyata Hamid sudah mengetahui berita kalau rumah - rumah orang kristen di kampung ini akan dibumi hanguskan.