Mohon tunggu...
Mh Yulparisi
Mh Yulparisi Mohon Tunggu... Wiraswasta - I love Indonesia

Hanya orang biasa yang bangga menjadi orang Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pelajaran berharga untuk Garuda Asia

10 Juli 2017   09:56 Diperbarui: 10 Juli 2017   17:53 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi harus diakui juga ada beberapa kelemahan yang harus segera dibenahi oleh pelatih tim Fachri Husaini. Permainan Indonesia mengandalkan umpan pendek yang lebih banyak bergerak langsung dari sisi tengah lapangan. Padahal penyerang Indonesia Rendy Juliansyah memiliki postur tubuh yang cukup tinggi. Tidak ada salahnya Coach Fachri menambah variasi dengan menggerakkan pemain sayap kita untuk mengirimkan umpan lambung langsung ke jantung pertahanan tim lawan. Karena saat lawan merapatkan barisan pertahanannya, pemain kita kerap kesulitan untuk menembus atau masuk ke area kotak penalti lawan.

Pemain kita juga kerap melakukan kesalahan sendiri karena kerap terburu-buru untuk segera bergerak ke depan. Banyak laju bola dari belakang harus terhenti ditengah karena bola sudah berhasil dikuasai lawan. Dan serangan balik lawan juga akhirnya merepotkan pemain kita karena banyak pemain sudah bergerak jauh didepan dan hanya meninggalkan 2-3 pemain disisi pertahanan.  David Maulana yang biasanya bermain sebagai gelandang bertahan dan pengatur serangan awal (deep lying playmaker) , kemarin diinstruksikan Coach Fahcri untuk lebih menyerang. Hal ini karena absennya gelandang menyerang kita Hamsa Lestaluhu. Coach Fachri Husaini nampak kesulitan menerapkan permainan kombinasi dan transisi positif seperti pada pertandingan-petandingan sebelum turnamen.

Kinerja lini pertahanan juga perlu segera dibenahi. Saat terjadi serangan balik, transisi permainan tampak berjalan tidak mulus. Para pemain belakang kerap panik karena hanya tersisa 2-3 pemain saja. Dan faktor kematangan serta wawasan dalam bermain juga perlu ditingkatkan. Ketegantungan lini tengah Indonesia muda sebelumnya terhadap David Maulana dan Hamsa Lestaluhu segera harus diatasi dengan permainan yang lebih kolektif. Coach Fachri Husaini tentunya sudah memiliki beberapa opsi yang dapat mengatasi hal ini.

Di sisi lain harus diakui tim kepelatihan Myanmar sudah berhasil membuat timnas Myanmar lebih kompetitif. Mereka telah belajar dari kegagalan dan kekalahan sebelumnya. Myanmar bermain solid dengan mengandalkan zona marking saat bertahan. Para pemain mereka bermain cukup disiplin mengikuti instruksi pelatih. Dan nampak pada pertandingan kemarin tim Indonesia kesulitan menembus pertahanan Myanmar.

Ini memang baru pertandingan awal bagi Indonesia. Dan skor 1 poin sangat berharga untuk menjalani pertandingan berikutnya. Tim "Garuda Asia" Indonesia U-15 masih dapat berkembang lebih baik lagi karena pada dasarnya mereka memiliki kemampuan individu yang sudah lebih dari cukup untuk bersaing di kompetisi ini. Tinggal mengasah mental dan kolektifitas permainan serta kerja keras dari seluruh punggawa timnas Garuda Asia.

Terbang tinggi "Garuda Asia"! Kami selalu mendukungmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun