Mohon tunggu...
Joehanes Budiman
Joehanes Budiman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Health, Wealth, Happiness and Beyond

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anand Krishna : Berkarya Berspirit Altruisme

11 Juli 2015   14:17 Diperbarui: 12 Juli 2015   22:49 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak itu terlihat berbinar menerima susu kemasan yang diberikan pada kegiatan edukasi kesehatan dan nutrisi, yang sudah rutin dilakukan kepada para siswa/i SD Negeri 1 dan 2 Bukit Pelangi, Ciawi, Bogor. Sejak pagi mereka sudah mengunjungi anak-anak tersebut dan memberi pembelajaran banyak hal tentang perawatan kesehatan diri dan informasi penting lainnya. Kegiatan [caption caption="Sehat dan Gizi Bersama anak-anak Gn Geulis"][/caption]ini bukan yang pertama atau satu-satunya kegiatan sosial yang dilakukan Yayasan Anand Ashram yang digagas Anand Krishna

Semangat Altruisme - Bukti Pencapaian Tertinggi Manusia yang Utuh

Kegiatan ini merupakan wahana ekspresi persembahan para sukarelawan – terdiri dari berbagai latar belakang sosial dan agama, yang terlibat di dalamnya. Masih ingatkah akan ungkapan yang berasal dari kearifan luhur budaya kita; Sembah Raga, Sembah Rasa dan Sembah Jiwa? Bila tiga ‘unsur diri’ ini menyatu dan berubah menjadi sifat persembahan, maka inilah kebahagiaan yang sesungguhnya atau yang menjadi tujuan dari pendidikan yang sesungguhnya. Tentu saja, tujuan ini adalah model sistem pendidikan berbasis kebudayaan timur daripada yang selama ini dikenal dari peradaban Barat. 

Dalam istilah asing; altruisme, adalah makna ajaran luhur yang terkandung dalam sandi; sembah raga, sembah rasa, sembah jiwa. Bahkan Lembaga Dunia PBB menyadari hal ini dan telah menggugah masyarakat dunia bahwa keadaan manusia yang mengalami dehumanisasi akibat dampak buruk kemajuan sains dan perilaku konsumerisme, manusia sangat membutuhkan sikap altruisme.

Altruisme merupakan ekspresi dari dalam diri manusia, tergerak oleh rasa cinta yang meluap dari dalam untuk berbagi sesuatu yang dimilikinya. Motif dari dalam diri ini bukan untuk memenuhi kewajiban moral, nilai sosial, dan agama. Pun, bukan pula loyalitas untuk negara, masyarakat atau lembaga agama. 

Dalam tradisi kita yang berasal dari Peradaban Nusantara, altruisme lebih tepat diartikan sebagai ekspresi sembah raga, sembah rasa dan sembah jiwa. Ada makna sinergi di dalamnya. Hanya pribadi yang telah mengalami transformasi yang memiliki kualitas seperti ini. Bukan karena disuruh, bukan karena loyalitas, bukan pula karena kewajiban moral atau sosial. Namun manusia yang [caption caption="Peradaban Nusantara"]

[/caption]memiliki sikap altruisme atau telah memiliki sifat ‘persembahan’ ini adalah mereka yang telah mengalami pertumbuhan pribadi secara holistik, utuh. Jadi altruisme itu bukanlah merupakan hasil perenungan filosofi semata – terpisah dari ide pikiran dan laku, bukan pula sesuatu yang bisa ditanggalkan ketika kita tak menyukai atau hanya untuk kepentingan tertentu atau musiman.

Sikap mempersembahkan raga, rasa dan jiwa atau altruisme adalah kualitas manusia utuh, holistik yang hanya bisa dicapai selama manusia konsisten melakukan ‘pemberdayaan diri’. Dalam bahasa Anand Krishna, manusia membutuhkan Seni Memberdaya Diri agar bisa mempertahankan kejernihan pikiran, akal sehat, sehingga cinta itu, sehingga potensi manusia itu meluap, mengalir ke luar menjadi persembahan.

Oleh karena itulah, para sukarelawan dan pengurus sayap kegiatan Yayasan Anand Ashram berkarya, berdasarkan semangat altruisme. Dalam istilah yang lebih kuno dalam tradisi kita semangat persembahan itu terkandung dalam arti terdalam semangat ‘bergotong royong’.

Dalam masyarakat yang memiliki budaya gotong royong, berarti kolektifitas masyarakat itu telah mencapai evolusi maksimal, mereka telah berkembang dan bertumbuh secara holistik dan utuh. Tidak hidup dalam dunia yang tersekat-sekat, terkotak-kotak oleh dogma agama, suku, pekerjaan, partai politik, daerah, status sosial, konflik sosial, kepentingan sesaat dll.. Dalam masyarakat yang sakit seperti ini tak ada jalan lain. Untuk memulihkan sifat asli manusia sebagai mahkluk sosial yang dibutuhkan adalah upaya pemberdayaan diri.

Hal ini perlu disadari betul karena masyarakat Indonesia tengah terjerumus dalam situasi kebuntuan, frustasi, apatisme, perpecahan, ketamakan, egoisme kelompok dan pribadi, maka tragedi dehumanisasi yang memboroskan energi ini harus diatasi dengan spirit altruisme, atau gotong royong – berkerja tanpa pamrih. Sesungguhnya makna tersebut tekandung juga dalam berbagai tradisi budaya dan peradaban tinggi di dunia.

Semangat Altruisme ini adalah salah satu jalan/cara bagi manusia untuk menuju kesempurnaan aktualitas diri dan kemudian melampauinya. Semangat ini terkandung dalam semua program-program meditasi dan Yoga yang diselenggarakan Yayasan Anand Ashram demi terciptanya Masyarakat Dunia yang hidup dan berkarya berdasarkan kedamaian diri, kemasyarakatan yang berlandaskan kasih, dan harmoni. Ini lah misi yang ingin dicapai oleh Spiritualis lintas agama, Anand Krishna. (Adaptasi dari tulisan Sdr. David Poerba) 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun