Jadi secara logika, surat cinta pun semestinya bernada ekspresi cinta seperti puisi, nyanyian, drama, atau yang biasanya disebut kesenian. Demikian pula program-program yang bertema“Cinta Tanah Air.”Kalo tidak dikemas dalam bungkus kesenian, apakah akan efektif? Mungkin nasibnya akan seperti surat cinta teman lama itu, tidak akan direspon oleh masyarakat Indonesia. Mungkin bidang potensi keamanan lebih efektif bila di bawah naungan departeman kebudayaan.
Pesta rakyat NIM telah terbukti ampuh dalam menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan program itu adalah program kesenian dan budaya. Demikian pula program tv seperti Republik BBM, sangat efektif mengangkat issue-issue hangat yang sedang berkembang dalam masyarakat. Mungkin perlu usul kepada pemerintah untuk mengemas kembali pendidikan Pancasila dalam bentuk aktivitas kesenian sebagai ekspresi cinta pada negara sebagai seorang Nasionalis sejati. Kecuali, memang dari awal pendidikan Pancasila, program Cinta Tanah Air dan sejenisnya hanyalah upaya seorang penguasa atau kelompok politik tertentu untuk membentuk suatu kekuatan politik pendukung kelanggengan kekuasaannya dengan Label Nasionalis. Ini harus direnungkan diri kita sendiri, apakah kita sekarang adalah zombie-zombie berlabel nasionalis atau benar-benar seorang pencinta tanah air?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H