Mohon tunggu...
Joe Frigerio Wassa
Joe Frigerio Wassa Mohon Tunggu... Seniman - Penyuka Sepakbola

Suka Musik dan Olahraga serta jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kluivert Bukan Expert

11 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 11 Januari 2025   22:00 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patrick Kluivert, salah satu legenda hidup sepak bola Belanda mendadak menjadi buah bibir setelah ditujuk PSSI sebagai pelatih Tim Nasional Indonesia menggantikan pelatih Shin Tae Yong.

Sebagai seorang pemain, Patrick Kluivert harus diakui memiiliki reputasi yang sangat bagus. Memiliki tubuh atletis dengan kemampuan olah bola yang aduhai mengantarkan karir Kluivert sebagai pemain boleh dikatakan cemerlang. Berbagai prestasi dapat diraih melalui karirnya sebagai pesepakbola.

Berbeda bila kita menyebut nama Patrick Kluivert dalam kancah sepak bola sebagai seorang pelatih. Reputasinya jauh dari kata mentereng atau boleh dikatakan buruk. Tidak ada cacatan gemilang bagi Kluivert sebagai pelatih. Satu-satunya cacatan yang baik dari seorang Patrick Kluivert dalam karir kepelatihan hanyalah sebagai asisten pelatih Luis Van Gaal ketika membawa Timnas Belanda menjadi juara III Piala Dunia 2014 di Brazil. 

Dengan waktu yang sempit, Kluivert diberikan tanggung jawab yang tidak ringan. Menahkodai Timnas Indonesia mengarungi sisa kualifikasi Piala Dunia zona Asia dengan harapan lolos ke Piala Dunia. Sebuah tanggung jawab yang bahkan sulit bagi seorang pelatih jempolan sekali pun.

Dengan cacatan dan reputasinya sebagai pelatih, harus diakui Patrick Kluivert bukanlah seseorang yang expert dalam meracik strategi dan taktik untuk membawa tim yang dinahkodainya. Apalagi,  bila bicara bahwa persaingan terjadi di benua Asia dengan gaya khas sepak bola tersendiri. Banyak pelatih jempolan tercoreng karirnya ketika membesut Tim Asia. Yang terbaru tentu saja Roberto Mancini yang harus didepak dari Pelatih Arab Saudi usai ditahan imbang 1-1 melawan Indonesia arahan Shin Tae Yong. Padahal kita tahu bersama bahwa Mancini sukses tukangi Italia meraih gelar Euro kedua kalinya. Bila kita mundur agak ke belakang Bert Van Marjwik yang baru saja membawa Belanda menjadi Runner Up pada 2010 pun harus menerima nasib serupa dengan Mancini. Kisah mereka seperti memberikan signal cukup kuat kepada Kluivert dan PSSI.

Kehadiran Kluivert memang tidak sendirian. Ia membawa serta asisten pelatih yang punya reputasi baik dalam diri Alex Pastoor yang dijuliki sang profesor. Namun perlu dicatat bahwa Alex Pastoor tidak menahkodai club-club papan atas Eropa alias bukan pelatih Grade A Eropa. Keberhasilan Alex Pastoor pun terbatas pada persaingan Liga Belanda dengan membawa tiga tim berbeda berhasil promosi ke Eredivisie Belanda.

Tidak sampai disitu, Kluivert juga harus menghadapi tantangan dari suporter Garuda yang menuntut agar tampilan Garuda mesti bisa lebih baik dari era Shin Tae Yong. Laga pertama melawan Australia di bulan Maret menjadi ujian awal bagi Kluivert untuk menunjukkan kapasitasnya bahwa ia pantas membesut Indonesia karena ia cukup Expert dalam meracik strategi. Bila tidak maka Kluivert akan semakin berat karena suporter Garuda tentu akan berbelok arah dan boleh jadi memboikot laga melawan Bahrain dan China yang dilangsungkan di Jakarta. Kondisi ini tentu bukan kondisi yang diharapkan namun berpotensi terjadi bila Kluivert tidak memberi jaminan bahwa ia cukup expert sebagai seorang pelatih.

Berbekal catatan- catatan diatas, Kluivert rasanya tidak pantas menggantikan Shin Tae Yong. Penunjukkan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia seperti menurunkan standar level yang sudah kita capai. 

Shin Tae Yong telah menghadirkan mimpi besar kepada masyarakat Indonesia dan sudah begitu dekat untuk mewujudkan mimpi tersebut. Sebuah mimpi yang di masa lalu bahkan tidak pernah terpikirkan untuk berani bermimpi bahwa Timnas Indonesia sudah begitu dekat dengan Piala Dunia. Tugas Kluivert tidak hanya menjamin bahwa mimpi itu tetap terjaga  tapi juga harus mewujudkannya sekaligus menghadirkan mimpi-mimpi besar lainnya di masa depan.

Inilah kesempatan bagi Kluvert membalikkan keadaan dari Kluivert Bukan Expert menjadi Kluivert Memang Expert. Tidak mudah tetapi bukan kemustahilan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun