Mohon tunggu...
Joe Franco
Joe Franco Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai Pop Culture terutama yang bernuansa Jepang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memahami Hubungan yang Kompleks antara Idol Jepang dan Penggemarnya

17 Mei 2024   11:26 Diperbarui: 17 Mei 2024   11:42 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ai Hoshino dari Anime Oshi no Ko; Sumber : https://ichigoproduction.com/Season1/core_sys/images/main/tz/kv2/kv.jpg

Apa itu Idol?

Jepang merupakan satu dari banyak negara dengan budaya yang beraneka ragam mulai dari tradisional hingga modern. Upacara minum the dan seni melipat kertas merupakan sedikit contoh dari berbagai macam budaya tradisional yang masih diterapkan di Jepang, sedangkan contoh dari kebudayaan modern adalah Anime, cosplay, dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan modern ini mulai dikenal dengan sebutan budaya populer Jepang.

Budaya populer Jepang adalah sebuah budaya yang telah diakui, disebarluaskan, dan dinikmati oleh mayoritas masyarakat Jepang (Rizky Aditya, 2020). Seiring berjalannya waktu minat akan pop culture ini semakin berkembang pesat baik di Jepang maupun di luar Jepang. Semakin banyak orang yang menonton pertunjukan dan film Jepang, membaca manga, dan mendengarkan musik bernuansa Jepang.

Salah satu budaya populer Jepang yang berdampak besar adalah Idol (aidoru アイドル). Kata Idol sendiri pertama kali dipopulerkan di Jepang setelah tayangnya film Prancis berjudul Cherchez l’idole pada tahun 1963 dibawah nama Aidoru o Sagasu (Aoyagi, 2005). Menurut Cheng dan Yue, Idol adalah seseorang dengan bakat, pencapaian status, atau penampilan fisik yang dikenal dan dihargai oleh penggemarnya (Yue & Cheung, 2000). Istilah Idol di Jepang menggambarkan penghibur muda berpenampilan menarik yang terlatih dalam berbagai macam bidang hiburan. Para Idol biasanya akan tampil di berbagai media dimana mereka berperan sebagai penyanyi, aktor atau artis film, acara televisi, model majalah, iklan, ataupun penyiar radio (Galbraith & Karlin, 2012). Seorang Idol digambarkan sebagai seorang panutan bagi generasi muda, mereka dikagumi karena bakat dan penampilan mereka. Di mata publik mereka adalah seseorang yang selalu positif, tanpa cela, dan sesuai ekspektasi, seseorang yang sempurna.

The Golden Rules

Dalam dunia Idol, ada beberapa aturan yang harus dituruti oleh seorang Idol. Peraturan tersebut dikenal dengan sebutan Golden Rules yang pertama kali dipopulerkan oleh grup idol populer Jepang yang dibentuk oleh Yasushi Akimoto yaitu “Onyanko Club” pada tahun 1980-an. Berikut ini adalah Golden Rules yang harus dituruti oleh para anggota grup Idol:

  • Para anggota Idol dilarang berpacaran
  • Para anggota Idol dilarang merokok atau minum-minuman keras
  • Para anggota Idol dilarang memakai pakaian mencolok dan memakai make up yang berlebihan
  • Para anggota Idol dilarang berinteraksi dengan penggemarnya di media sosial
  • Para anggota Idol dilarang bepergian tanpa wali atau pengawal
  • Para anggota Idol dilarang pergi ke klub malam
  • Para anggota Idol dilarang memberikan tanda tangan kepada siapapun, kecuali pada merchandize yang akan dijual oleh agensi.
  • Para anggota Idol harus mengutamakan pendidikannya di sekolah

Anggota yang melanggar peraturan tersebut akan dikenai sanksi mulai dari dispensasi hingga pemutusan hubungan kerja.

Dialektika Relasional

Dialektika relasional adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Leslie Baxter dan Barbara Montgomery dari University of Chicago. Teori ini menyatakan bahwa setiap hubungan antarpribadi akan mengalami tekanan atau kontradiksi yang pada dasarnya akan menarik individu kedua arah yang berbeda (Baxter, 2004).

Daya Sentripetal dan Daya Sentrifugal 

Konsep ini dikemukakan oleh seorang filsuf dari Rusia bermana Mikhail Bakhtrin. Konsep ini mengambil inspirasi dari teori fisika dengan nama yang sama. Menurut Bakhtrin daya sentripedal menyatakan bahwa adanya kekuatan yang menarik seseorang untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan orang lain, sedangkan daya sentrifugal menyatakan sebaliknya bahwa kekuatan tersebut akan menarik seseorang untuk berpisah dan mengakhiri hubungan tersebut (Littlejohn, 2009).

Aqours dan Daya Sentripetal

Daya Sentripetal terdiri atas adanya persamaan nilai, norma, dan idealisme yang hadir diantara para penggemar dan membentuk sebuah perasaan komunitas atau belonging dengan Idol mereka. Sebagai contoh pada konser pertama grup Idol Aqours 25 Februari 2017 lalu. Sebelum menyanyikan lagu pertama mereka “MIRAI TICKETS” para anggota grup Aqours melakukan group chanting atau team call dimana setiap anggota akan meneriakan angka 1 sampai 9 sebagai bentuk membangun kehebohan dan persahabatan antaranggota dan penggemar.

Grup Idol Aqours melakukan group chanting pada konser pertama mereka; Sumber : https://youtu.be/iE6f8hKSQsE?si=n9akeDz_MbuiXKof
Grup Idol Aqours melakukan group chanting pada konser pertama mereka; Sumber : https://youtu.be/iE6f8hKSQsE?si=n9akeDz_MbuiXKof

Namun hal yang tak terduga terjadi pada konser itu dimana para penggemar meneriakan angka 10, hal ini merupakan sebuah referensi terhadap dialog pada serial TV mereka “Love Live! Sunshine!” dimana para anggota mengatakan bahwa para penggemar juga merupakan anggota dari Aqours. Hal ini menunjukan sikap inklusi dan kedekatan antara fans dengan para Idol dan merupakan bukti daya sentripetal yang sedang bekerja.

Penggunaan konsep “Anggota ke-sepuluh” juga merupakan cara bagi grup Idol Aqours untuk menunjukan apresiasi mereka atas dukungan para penggemar dan mengakui peran penting mereka terhadap kesuksesan Aqours.

Maho Yamaguchi dan Daya Sentrifugal

Interpretasi penggemar terhadap pesona sang Idol akan berbeda antar satu sama lain dan dalam beberapa kasus dapat memunculkan konflik akibat perkataan atau aksi yang dilakukan sang idola. Dilansir dari artikel oleh CNN World, pada tanggal 8 Desember 2018 anggota grup Idol NGT48 Maho Yamaguchi diserang oleh dua orang penggemar diluar gedung apartemennya. Namun setelah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib, Yamaguchi justru mendapatkan kecaman dari beberapa penggemar yang menuduhnya telah merusak reputasi grup. Hal tersebut menimbulkan perpecahaan di dalam fanbase, dimana ada pihak yang mendukung Yamaguchi dan pihak yang menyalahkannya. Yamaguchi pun ditekan untuk meminta maaf secara publik karena telah “merepotkan” penggemarnya.

Yamaguchi Maho meminta maaf di NGT 48 Theater pada tanggal 10 Januari 2019; Sumber : https://twitter.com/mimiko_kupo
Yamaguchi Maho meminta maaf di NGT 48 Theater pada tanggal 10 Januari 2019; Sumber : https://twitter.com/mimiko_kupo

Kontroversi ini semakin memanas ketika terungkap bahwa beberapa anggota NGT48 telah membagikan informasi terkait lokasi tempat tinggal Yamaguchi. Hal tersebut melahirkan tuduhan kepada grup dan agensi NGT48, AKS bahwa mereka belum mampu melindungi para Idol. Hal ini menyebabkan para anggota NGT48 dan AKS untuk melakukan permintaan maaf secara publik dan melakukan perubahan-perubahan di dalam grup, termasuk sistem baru terkait pelaporan dan peningkatan keamanan. Namun hal tersebut tidak cukup untuk memenangkan kembali kepercayaan para penggemar. Sebuah petisi pun diluncurkan di website change.org yang mendukung Yamaguchi dan menuntut pengunduran diri terhadap manager NGT48 Etsuko Imamura, petisi tersebut telah ditandatangani oleh lebih dari 53.000 orang. Imamura kemudian dipindahkan ke AKS Tokyo Headquarters dan diganti oleh Maiko Hayakawa.

Kasus tersebut menunjukkan bagaimana konflik dan kontroversi dalam grup Idola dapat membentuk daya sentrifugal. Para penggemar terpecah dan membentuk kelompok dengan pandangan mereka masing-masing. Maho Yamaguchi ditekan untuk meminta maaf meskipun dirinya adalah korban, dan Etsuko Imamura dipindahkan dari jabatannya karena tekanan dari para penggemar. Selain itu hubungan antaranggota menjadi lebih renggang yang mengarah kepada depenetrasi sosial dan kurangnya kepercayaan.

Admirasi buruk rupa dalam bentuk Fanatisme

Fanatisme merupakan sebuah keyakinan terhadap objek fanatik yang kerap kali dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan pada suatu objek, sikap fanatik ini ditunjukan dengan rasa antusias yang ekstrem, keterikatan emosi dan rasa cinta dan minat yang berlebihan yang berlangsung dalam waktu yang lama, dan sering kali menganggap hal yang mereka yakini merupakan hal yang paling benar (Eliani et al., 2018). Intensitas fanatisme akan berbeda dari individu satu dengan individu yang lain mulai dari fanatisme dalam dosis kecil seperti menelantarkan tanggung jawab pribadi, membeli merchandize dalam jumlah yang tidak normal hingga yang lebih ekstrem seperti stalking. Salah satu risiko yang dapat terjadi karena sikap fanatisme adalah munculnya sikap intoleransi hingga kekerasan dalam bentuk verbal maupun fisik terhadap mereka dengan keyakinan yang berbeda (Pamungkas, 2020). Fanatisme juga dapat menyebabkan individu untuk menolak semua bukti dan argumen rasional demi kepentingan prasangka mereka sendiri (Hendra, 2018). Hal ini dapat memperkuat keyakinan mereka dan membuat mereka sulit untuk berubah pikiran.

Fanatisme dapat dilihat sebagai perwujudan ekstrim dari teori dialektika relasional antara Idol dan penggemarnya. Fanatisme juga bisa dikatakan sebagai bentuk manifestasi dari investasi emosional penggemar yang kuat dimana mereka menginginkan sebuah hubungan yang lebih dekat dan intim dengan sang Idola. Hal ini dapat membuat batas antara rana publik dan privat sangatlah buram, sehingga para penggemar memiliki perasaan “kepemilikan” terhadap idola mereka dan merasa berhak untuk mengetahui lebih banyak tentang kehidupan pribadi mereka (Mitrano, 1999).

Pada saat yang bersamaan, terdapat pula tekanan antara aspek ideal dan nyata dalam hubungan tersebut, dimana para penggemar akan memiliki pandangan yang ideal dan romantis terhadap idola mereka yang tidak sepenuhnya mencerminkan realita yang ada. Sehingga ketika para penggemar dihadapi oleh realita yang tidak sesuai dengan ekspektasi mereka, gambaran ideal tersebut hancur dan para penggemar mungkin akan merasa terjauhi dari sang idola, beberapa mungkin akan melakukan hal-hal yang irasional seperti mengirim ancaman kematian, stalking, atau bahkan kekerasan terutama apabila sang idola melanggar golden rules yang telah ditetapkan.

Meski begitu perlu diingat bahwa sikap fanatisme bukanlah sesuatu yang dapat menjadi bahan perwakilan para penggemar Idol melainkan sebuah manifestasi dari cinta dan obsesi yang berlebihan kepada sang Idol.

Tidak ada manusia yang sempurna

Hubungan antara Idol dan penggemarnya merupakan sebuah hubungan yang rumit dan dalam. Namun sama seperti hubungan antarindividu pada umumnya kehadiran dialektika relasional tidak dapat dipungkiri.  Para Idol digambarkan sebagai sosok yang sempurna dan berbakat dalam segala hal oleh karena itu mereka diharapkan untuk mempertahankan citra sempurna mereka. Karena gambaran yang ideal tersebut para penggemar memiliki suatu media untuk mencurahkan rasa kagum dan antusias mereka. Namun rasa kagum yang berlebihan dan tidak sehat dapat memunculkan sikap fanatisme yang dapat menyakiti diri korban dan orang lain. Dengan artikel ini penulis berharap para pembaca dapat lebih mengenal para Idol dan penggemarnya serta memahami hubungan rumit yang ada melalui kacamata ilmu komunikasi.

Daftar Pustaka

Aoyagi, H. (2005). Idol Performance and Symbolic Production in Contemporary Japan. 252. https://www.hup.harvard.edu/catalog.php?isbn=9780674017733

Baxter, L. A. (2004). Relationships as dialogues. Personal Relationships, 11(1), 1–22. https://doi.org/10.1111/J.1475-6811.2004.00068.X

Eliani, J., Yuniardi, M. S., & Masturah, A. N. (2018). Fanatisme dan Perilaku Agresif Verbal di Media Sosial pada Penggemar Idola K-Pop. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 3(1), 59. https://doi.org/10.21580/PJPP.V3I1.2442

Galbraith, P. W., & Karlin, J. G. (2012). Introduction: The Mirror of Idols and Celebrity. Idols and Celebrity in Japanese Media Culture, 1–32. https://doi.org/10.1057/9781137283788_1

Hendra, H. (2018). HUBUNGAN ANTARA FANATISME DENGAN PERILAKU AGRESI SUPORTER SEPAKBOLA BRIGATA CURVA SUD.

Littlejohn, S. W. (2009). [Theories of human communication.Bahasa Indonesia] Teori komunikasi. Salemba Humanika.

Mitrano, J. R. (1999). The “Sudden Death” of Hockey in Hartford: Sports Fans and Franchise Relocation. Sociology of Sport Journal, 16(2), 134–154. https://doi.org/10.1123/SSJ.16.2.134

Pamungkas, H. R. D. (2020). HUBUNGAN ANTARA FANATISME DENGAN PERILAKU AGRESIF VERBAL PADA REMAJA PENGGEMAR KOREAN POP (K-POP).

Rizky Aditya, F. (2020). PERKEMBANGAN PRODUK THE IDOLMASTER SEBAGAI BUDAYA POPULER DI JEPANG. http://repository.unsada.ac.id/cgi/oai2

Yue, X. D., & Cheung, C. K. (2000). Selection of favourite idols and models among Chinese young people: A comparative study in Hong Kong and Nanjing. International Journal of Behavioral Development, 24(1), 91–98. https://doi.org/10.1080/016502500383511

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun