Salam Kompasiana di mana berada, salam perubahan baru untuk Indonesia yang semakin baik. Budayawan Jaya Suprana yang punya Museum Rekor Indonesia menilai Gubernur DKI Joko Widodo bukan hanya figure yang dicintai rakyatnya tetapi juga di butuhkan. Hal itu terlihat dari antusias masyarakat ketika menyambut Jokowi.
“Saya tidak percaya Survey, tetapi melihat bagaimana sikap masyarakat kalau menyambut Jokowi”. Saya pernah mewawancarai Jokowi di Tanah Abang, ribuan rakyat menyambutnya bahkan ikut wawancara. Mereka semua bukan hanya mencintai Jokowi tetapi juga membutuhkan sosok ini kata Jaya Suprana ketika wawancara dengan beritasatu.com
Jaya Suprana merasakan begitu Jokowi mendapat kehormatan bak Raja atau sinuwun di hati masyarakat Indonesia saat ini. Menurutnya, sudah menjadi korat kalau Jokowi menjadi pemimpin bahkan Presiden Indonesia.
Jaya Suprana menilai Jokowi mempunyai ketulusan yang tidak dimiliki tokoh-tokoh yang lain. Mantan Walikota Solo ini juga memiliki sikap sederhana seperti Bung Hatta. Bahkan memiliki semangat juang yang tinggi melebihi tokoh praklamator itu.
Sifat-sifat itu membuat Jaya Suprana menolak tuduhan yang menyebut bahwa Jokowi didanai oleh cukong dalam pencapresan. Karena Jokowi mempunyai Kharisma yang tidak di miliki capres-capres lainnya.
“Ketulusan Beliau membuat saya tak percaya kalau pencapresannya di ongkosi oleh siapapun, dia ada Bung Hatta nya, sederhana, semangat juangnya juga tinggi, dia juga bisa melawan “ ujar Jaya Suprana.
Menurutnya, Jokowi bukan hanya sosok yang populer tetapi memiliki kapasitas menjadi pemimpin. Artinya, Jokowi merupakan tipe pemimpin yang cerdas karena kepopuleran dan elektabilitasnya yang tinggi. Bukan sebaliknya, hanya unggul dalam popularitas saja.
"Semua lupa kenapa Jokowi populer ? Karena kapasitas dia. Dia berhasil memindahkan PKL tanpa penggusuran dengan upacara kerajaan sewaktu menjabat sebagai Wali Kota Solo, itu merupakan capaian yang luar biasa," jelasnya.
Dirinya berharap, jika nanti Jokowi terpilih sebagai presiden, yang bersangkutan tidak terjangkit amnesia dengan melupakan kepentingan atau harapan-harapan masyarakat. Namun yang terpenting adalah Jokowi memiliki kabinet yang solid.
"Saya khawatir tatanan kepresidenan kita penuh dengan amnesia. Semoga Jokowi bebas dari amnesia," harapnya.
Secara magnet elektoral, Jaya menilai, Jokowi lebih kuat ketimbang SBY pada 2004. Sebab, SBY lebih diuntungkan akan kondisi politik pada saat itu sementara elektoral Jokowi tinggi secara alamiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H