Mohon tunggu...
Jo Amatir. Greenwood
Jo Amatir. Greenwood Mohon Tunggu... wiraswasta -

cuap cuap

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunga Penyambutan

21 Januari 2011   16:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:19 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

wanita itu masih menari, meliuk indah bagai ombak di lautan menerjang batu karang. gemulai menampar, tegas mengikis. jantungku berdetak tiada kontrol. dug..dug..derudug..dug.. serasa penuh alunan musik 80 an. dengan hard rock penuh distorsi lambat penuh hentakan. kadang melow mengambangdi ruang kehampaan di lain waktu memohon untuk di tinggalkan. istilah kasarnya aku ingin di pelukanmu walau aku tak menginginkan itu. di antara kebimbangan terdapat keinginan. tertinggal di gilas kesombongan pikir para priyayi tua.

di matanya masih tersisa kasih seorang bunda, darahnya sama merahnya dengan cucuran pejuang kesatria. di saat yang sama masih tetap tertahan dengan kemerdekaan yang sia sia.  penari cantik dengan tubuh sintal penuh keistimewaan. istimewa diantara yang ternoda. seorang pelayan harus memuaskan juraganya. karna hidup masih sama. ada kaum terhormat ada kaum hina. demi kepenatan di kepala, penyajian hidangan istimewa cukup sebagai pembuka. telanjang penuh misteri. menantang dengan keterbukaan. seksi di ciptakan tuk menggoda. seni menikmati hidup yang hanya sekali.

ku rasakan wangi merebak, wangi bunga yang menyegarkan, menghipnotis kesadaranku. benar benar harum tubuh itu. terasa sangat berbeda dengan yang pernah ada. terlahir dari rahim para bidadari surgakah dia. ah terlalu mudahnya aku di buai nikmat sesat. dalam hitungan detik aku berubah menjadi binatang.

selesai sudah kunjungan itu. penyabutan yang istimewa, walau aku sendiri tak tahu telah melakukan apa? hanya sekedar meresmikan dan photo bersama. yang kuingat pasti hanya bidadari dengan liukan tajamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun