Mohon tunggu...
Joe
Joe Mohon Tunggu... Novelis - Full-time writer, part time student of LIS.

🙏

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ekomuseum Cisarua: Wisata dan Museum Alam

10 Januari 2021   18:50 Diperbarui: 16 Januari 2021   20:27 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun belakangan ini, berbagai situs wisata alam bermunculan. Kawasan Cisarua salah satunya. Berbeda dengan perkotaan Bandung yang cenderung dipadati berbagai gedung dan bangunan modern, daerah yang terletak di Bandung Barat ini masih menyimpan banyak tempat-tempat alam yang belum banyak diubah. 

Oleh karena itu, tak sedikit orang yang memanfaatkan lokasi-lokasi yang masih hijau tersebut untuk menarik perhatian wisatawan. Contohnya dapat dilihat dengan adanya Curug Cimahi, Dusun Bambu, juga berbagai kebun teh. Kehijauan dan air tampak menjadi daya tarik bagi wilayah ini. Jika menjadikan Cisarua sebagai destinasi wisata, bagaimana bila daerah yang sama juga diupayakan menjadi sebuah situs ekomuseum sekaligus sarana belajar?

Mungkin, konsep ekomuseum masih terasa ganjal di telinga sebagian besar orang. Bahkan, beberapa mungkin beranggapan istilah tersebut membosankan. Namun, perlu diketahui bahwa ekomuseum mengusung tema yang berbeda ketimbang museum pada umumnya, di mana teritorial, warisan, kenangan, serta populasi menjadi hal yang disuguhkan kepada pengunjung. Ekomuseum bukan hanya memamerkan keindahan sebuah benda, melainkan pengalaman yang bisa dirasakan secara langsung.

Wisata air dan alam hijau yang dimiliki Cisarua-lah yang akan menjadi poin penting dalam perancangan ekomuseum tersebut. Dengan memanfaatkan berbagai "curug" yang ada di sekitar, menggabungkan pengalaman mengikuti kegiatan sehari-hari dari kehidupan orang sekitar (seperti memetik daun teh, bercocok tanam dengan melibatkan lamping---biasanya digunakan untuk menanam sayur-sayuran), pengunjung dapat dibawa untuk mengenal lebih jauh mengenai aktivitas sehari-hari dari penduduk setempat.

 Fasilitas yang diperlukan pun bukanlah teknologi canggih, melainkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam menjelajah, seperti sepatu bot, keranjang untuk daun teh, sarung tangan, dan semacamnya. Dalam perjalanan juga dibutuhkan seorang pemandu yang akan menjelaskan kegiatan dan membimbing para pengunjung. Hal ini juga diperlukan untuk memberikan keamanan dan rasa nyaman, terlebih apabila mengunjungi tempat yang membutuhkan arahan seperti curug. 

Mungkin, Cisarua tidak memiliki peninggalan-peninggalan atau legenda khusus seperti beberapa daerah lainnya, tetapi ekomuseum ini lebih bertujuan untuk mengenalkan serta mendekatkan pengunjung dengan warga setempat. Selain tujuan untuk memanfaatkan tempat serta melestarikan budaya, ekomuseum juga bisa digunakan sebagai sarana membangun solidaritas dan keakraban, bahkan bagi orang-orang yang berbeda baik secara strata maupun budaya.

Adanya ekomuseum ini diharapkan tidak hanya menjadi sebuah tempat wisata semata, melainkan menjadi sebuah cara mengenalkan identitas sekaligus sejarah Cisarua yang bisa dipelajari dan dinikmati masyarakat umum dengan cara yang menyenangkan.

---

Feature ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Museum.

Nama: Eileen Nicole Joelene Fina

Dosen Pembimbing: Dr. Erlina Wijanarti, M.Pd., Angga Hadiapurwa, M.I.Kom

Fasilitator: Hafsah Nugraha, S.S.I

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun