Anak itu belum lahir sampai bulan ke-10 kehamilan. Tujuh hari kemudian, ibu Siddhartha Gautama meninggal. Siddhartha kemudian merawat dan membesarkan bibinya. Terlepas dari asuhan bibinya, Sidharta menunjukkan kecerdasan rata-rata. Bahkan, dia bisa menulis sebelum guru mengajarinya.
Menurut kisah hidupnya, Siddhartha Gautama awalnya beragama Hindu yang mengikuti orang tuanya. Untuk mencegah pengaruh kehidupan masyarakat yang dapat melemahkan imannya, ia tidak diperbolehkan melihat dunia di luar istana. Siddhartha menerima pendidikan yang sangat terisolasi dari luar. Keluarganya menawarinya kehidupan mewah untuk menyenangkannya dan mencegahnya melihat dunia luar. Namun seperti orang pada umumnya, Siddhartha merasa bosan dan tidak puas dengan kehidupannya yang monoton.
Pangeran muda itu menikah dengan seorang wanita bernama Gopa. Dari hasil pernikahan tersebut, ia memiliki seorang putra yang ia beri nama Rahula. Rahula berarti rantai, pemberian ini mencerminkan kehidupannya yang dirantai seperti di penjara istana.
Ketika Siddhartha berusia 29 tahun, dia beberapa kali berhasil meninggalkan istana dan melihat kehidupan di luar istana. Di luar istana, ia memiliki 4 pengalaman yang semakin memicu keinginannya untuk meninggalkan istana:
Dia melihat seorang lelaki tua yang lemah dan melihat bagaimana usia tua menghancurkan ingatan, kecantikan, dan keberanian. Dia tidak pernah bertemu dengan orang tuanya.Dia melihat orang lumpuh tersiksa oleh rasa sakit, dia terkejut melihat penderitaan seperti itu. Dia tidak pernah mengalami penderitaan seperti itu. Dia melihat orang menangis di pemakaman dan pemakaman. Perasaan mereka sangat terganggu oleh suasana penderitaan akibat kematian. Dia belum pernah melihat kematian sebelumnya. Dia melihat seorang suci pengembara, puas dan bahagia, dengan semangkuk mimpi di tangannya. Tiba-tiba dia menyadari bahwa semua kesenangan dalam hidup tidak ada artinya.
Empat pengalaman Siddhartha memperkuat keinginannya untuk mencari pengetahuan tentang kebenaran. Akhirnya, pada tengah malam, dia meninggalkan istana bersama istrinya Gopa dan putranya Rahula.
Dalam pencariannya akan kebenaran, Siddhartha menerima banyak pendeta Hindu yang telah dipenjara di hutan selama bertahun-tahun. Pertama dia berlatih meditasi, kemudian dia hidup dalam kemiskinan ekstrim dengan kelima temannya. Namun, semua pelajaran yang mereka berikan tidak bisa memuaskannya. Siddhartha kemudian pergi ke tempat yang kemudian dikenal sebagai Bodhgaya. Di sana dia bermeditasi selama beberapa tahun untuk mencari inspirasi sejati yang dapat memberinya arahan dalam hidup. Saat dia duduk sendirian di bawah pohon Bodhi untuk bermeditasi, apa yang dia tunggu-tunggu terjadi. Dia mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran sejati.
Dengan itu, ajaran Buddha terserbar luas, sehingga masuk ke kalangan Indonesia sejak awal-awal masehi pada masa Sriwijaya dan Majapahit.
Pengaruh Agama Hindu-Buddha
Selama ini, keagamaan Hindu telah menjadi budaya terdalam Indonesia dan keagamaan Buddha masih menyebar dengan baik. Serta agama Hindu-Buddha mengubah dan menulis sejarah Indonesia pada dahulu kala pada zaman dimana Indonesia adalah Nusantara. Sebelum Hindu-Buddha datang, Indonesia masih memuja roh nenek moyang (Animisme) sehingga kebanyakan dari populasi tidak beragama.Â
Masuknya Hindu-Buddha tidak sekaligus memperluaskan ajaran mereka sendiri melainkan memperkenalkan Indonesia terhadap Sistem Agama sehingga terbentuknya pun Sila Pertama dari Pancasila yang berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa" sehingga Indonesia menjadi negara yang beragam agama dan budaya. Agama Hindu-Buddha masuk dalam sejarah hingga kini, bahkan mempengaruhi diri saya sendiri dengan mempelajari sikap toleransi antar agama.Â