Mohon tunggu...
Joe Putra Lensa
Joe Putra Lensa Mohon Tunggu... -

menyapa dunia dengan lensa...\r\nyang menderita, terkadang hanya dipandang sebelah mata..\r\ndengan lensa, semua bisa merasakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Penghuni Neraka (Praktik Perdukunan)

21 Maret 2012   13:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:39 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

kyai husein membuka mata, dan berkata merdu “Innalillahi wa’innalillahiroji’un” .

Dengan berat hati kyai Husein berbicara kepada pak bima, “subhanallah, istri bapak wafat dengan wajah tersenyum tanpa pucat sedikitpun”,.

Pak Bima dan keluarga yang lain kini sunyi,hanya menatap seorang wanita rendah hati dan sholehah berbaring dengan wajah tersenyum.

“Terlalu capat engkau memanggilnya ya ALLAH”,ucap pak Bima dengan sedih bercampur haru.

“Untuk beberapa hari ini, saya akan menginap disini dulu sampai pemakaman beliau selesai”,ucap kyai husein kepada pak Bima.

“baiklah kyai,dengan senang hati pak kyai”ucap pak Bima sambil menunduk kepada kyai husein.

“Sekarang kita urus saja jenazah, dan pemakaman’y” kata pak kyai kepada semua warga yang ada.

Dafa dan Aina tidak dapat menahan sedih diwajah mereka, mereka tampak sangat terpukul dengan kepergian ibunya tersayang. Semasa hidup ibunya, yang mereka tau bu Nurjannah tidak memiliki penyakit apapun itu. Bu Nurjannah selalu dalam keadaan sehat dan ceria. Dafa dan Aina masih tidak bisa percaya dengan penyakit yang secara tiba-tiba tersebut menyerang ibunya.

Dua hari setelah pemakaman, kyai husein pun berbicara dengan pak Bima soal wafatnya bu Nurjannah.

“kepergian beliau adalah kehendak allah,jadi terima dengan ikhlas. Semuanya pasti kembali kepada-NYA,” ucap kyai husein menasehati pak Bima

“Iya pak kyai,saya tau,,saya juga sudah ikhlas dengan kepergian istri saya,,tapi yang membuat saya tidak habis fikir,,penyakitnya yang secara tiba-tiba,,istri saya tidak pernah sakit separah itu pak kyai”jawab pak Bima dengan wajah bingung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun