Mohon tunggu...
Jocelyn Aurelia Panjaitan
Jocelyn Aurelia Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya

Education and health enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mudah Marah? Baperan? Kenali Emosi Lebih Lanjut

8 Desember 2023   14:10 Diperbarui: 8 Desember 2023   14:21 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by lookstudio on Freepik

Sering kali kita mudah tersinggung atau bahkan merasa kesal saat terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan. Sebagai makhluk sosial, sudah semestinya kita mampu mengendalikan diri saat berinteraksi dengan orang lain. Hanya saja emosi yang  muncul secara alami diri kita, seringkali mengambil alih dan memunculkan respon di luar kehendak kita.
Terdapat begitu banyak kasus perkelahian dan kejadian fatal lainnya akibat hal-hal kecil. Kenyataan ini seringkali dipicu oleh emosi yang begitu besar dan para pelaku tidak mampu mengendalikannya. Benarkah bila emosi dapat memberi pengaruh sangat besar terhadap kita? Bagaimana bisa? Untuk mengetahui lebih lanjut, mari kenali emosi lebih dalam!

Apa itu Emosi?

Pada situasi tertentu kalian pasti pernah merasakan amarah, sedih, bahagia dan beragam perasaan lainnya. Kondisi atau suasana mental ini dikenal sebagai emosi. Emosi sendiri dapat diartikan sebagai perasaan yang muncul dalam diri sebagai bentuk respons kita terhadap berbagai stimulus. Dari berbagai macam pengalaman atau stimulus yang kita rasakan, dihasilkan pula berbagai jenis emosi sebagai output dari pengalaman tersebut.

Emosi telah dikelompokkan pada klasifikasi yang berbeda-beda oleh para ahli. Syamsu Yusuf (2018, 117) membagi emosi menjadi dua kelompok yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis). Emosi sensoris adalah emosi yang timbul dari rangsangan eksternal seperti rasa dingin, lelah, sakit, manis dan lainnya. Salah satu contoh emosi sensoris adalah ketika kita terkejut, perasaan tidak terduga yang muncul merupakan pengaruh dari luar kendali tubuh kita. Selanjutnya terdapat emosi psikis, yaitu emosi yang memiliki alasan-alasan kejiwaan. Emosi psikis dibagi menjadi 5 bagian yaitu perasaan intelektual, perasaan sosial, perasaan Susila, perasaan keindahan (estetis), dan perasaan ketuhanan. Emosi psikis adalah perasaan yang membentuk siapa kita dan bagaimana kita merespon atau berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Para ahli menyatakan bahwa perkembangan emosi merupakan aspek perkembangan yang paling kompleks untuk diklarifikasikan atau dipahami. Meski demikian, emosi tetap memiliki pengaruh besar terhadap diri kita. Bila tidak mampu mengenali dan mengendalikan emosi yang kita rasakan, akan lebih besar kemungkinan timbulnya kejadian yang tidak diharapkan. Maka dari itu, mari pahami emosi lebih lanjut!


Sistem Limbik Sebagai Pengendali Emosi

Pada otak kita terdapat sistem yang memproses emosi, memori, dan perilaku seseorang yaitu sistem limbik. Sistem limbik memiliki 3 bagian dengan fungsi yang berbeda yaitu hipotalamus, hipokampus, dan amigdala. Hipotalamus berfungsi untuk mengendalikan emosi, hipokampus berperan sebagai tempat pembentukan dan penyimpanan memori, sedangkan amigdala membantu pemrosesan respon emosi terhadap lingkungan sekitar.

Emosi dipicu oleh stimulus berupa peristiwa, pikiran atau bahkan perubahan fisiologis. Ketika kita mendapat stimulus dari dalam atau luar tubuh, otak akan memproses informasi yang nantinya diolah oleh ketiga fungsi pada sistem limbik. Amigdala akan mengenali stimulus dan merespon secara cepat berdasarkan pengalaman emosional sebelumnya. Setelah diterima oleh amigdala, hipokampus akan menyimpan respon sebagai informasi bila stimulus tersebut merupakan peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya. Bila stimulus merupakan kejadian yang telah dikenal dan disimpan oleh otak, hipokampus akan menghubungkan respon emosi kita terhadap ingatan tersebut. Respon dan cara kerja bagian tubuh dalam menanggapi stimulus akan di stimulasi atau diperintah oleh hipotalamus.

Sedikit rumit bukan? Ternyata emosi yang kita rasakan harus melalui berbagai tahapan yang dapat diproses dengan cepat oleh tubuh. Emosi sensoris sebagai respon dari kejadian mendadak cenderung bersifat spontan dan biasanya tidak dapat kita kendalikan. Contohnya ketika dikejutkan oleh teman saat bergurau, seringkali kita tersenggak atau bahkan berteriak tanpa direncanakan. Berbeda dengan emosi psikis yang melibatkan proses kejiwaan dan cenderung berjangka panjang. Seperti emosi kita saat menerima kasih sayang dari orang-orang terdekat merupakan emosi yang dapat kita kendalikan, baik sejauh mana kita ingin merasakannya dan bagaimana kita merespon terhadapnya.

Emosi yang kita miliki sangatlah berpengaruh terhadap peristiwa kehidupan yang kita jalani. Mengapa? Tentu sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan, kita telah dibiasakan untuk memahami posisi serta batasan saat akan bertindak atau berinteraksi dengan orang lain. Hanya saja emosi seringkali menguasai tubuh kita dibandingkan pikiran kita. Maka dari itu kita harus mampu memahami emosi yang kita miliki dan berlatih untuk memberi respon dengan bijak!  


Cara Efektif Melatih Emosi

Kondisi-kondisi tak terduga dalam kehidupan kita mengakibatkan emosi-emosi tak terduga pula, penting untuk melatih emosi yang kita miliki sebagai respon terhadap kondisi tersebut!

1. Mengenali Emosi Melalui Respon Tubuh

Sebelum melatih sesuatu tentu kita harus memahami terlebih dahulu apa yang akan kita latih, pada kasus ini emosi. Pada paragraf di atas kita telah memahami apa itu emosi dan bagaimana cara kerjanya. Nah! sekarang kita harus mengenali emosi-emosi yang kita miliki dan juga emosi yang dirasakan orang lain.

Ketika seseorang marah, kita akan mengetahuinya saat melihat ekspresi wajah berkerut kesal yang dipasangnya. Hasil respon tubuh terhadap emosi memiliki berbagai jenis bentuk, salah satunya adalah ekspresi wajah. Ekspresi wajah merupakan hasil respon terhadap stimulus tertentu, dengan melihat ekspresi wajah seseorang kita akan lebih mudah memahami apa yang ia rasakan.

Selain pada ekspresi, tubuh kita juga merespon stimulus emosi melalui sistem saraf otonom dimana anggota tubuh akan merespon secara spesifik. Bila kita dikejar oleh sesuatu seperti hewan buas, tentu yang pertama kita lakukan adalah berlari. Karena itu penting untuk memahami emosi apa saja yang kita miliki pada kondisi stimulus tertentu sehingga kita mampu mengendalikannya.

2. Perbaharui Pola Pikir terhadap Emosi

Pemahaman kita terhadap emosi sangatlah penting, terlebih lagi emosi dikendalikan oleh sistem pada otak. Cara kita mempersepsikan emosi akan mempengaruhi respon aktif kita terhadap perasaan yang kita alami. Pahami bahwa yang terjadi di hidup kita tidak dapat dikendalikan, begitu juga dengan emosi yang dipicu sebagai respon kejadian. Hal yang dapat kita kendalikan adalah cara kita bertindak menghadapi  kejadian tersebut. Pahami bahwa kita memiliki kendali terhadap cara kita memandang sesuatu dan sejauh mana hal tersebut mempengaruhi hidup kita.

Cara pandang kita seringkali dipengaruhi oleh emosi yang tumbuh pada tubuh sejak lama. Untuk melatih emosi yang kita miliki, penting untuk melihat kejadian tidak hanya dari satu sudut pandang. Melihat melalui berbagai macam sudut pandang memungkinkan kita untuk memiliki persepsi baru dan mengubah cara kita memaknai sesuatu. Keadaan pikiran ini akan membantu kita dalam menentukan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk merespon kejadian-kejadian dalam hidup.

3. Menggunakan Metode 5- Second Rule

Pernahkan kalian merasa sangat marah terhadap seseorang sehingga melakukan hal di luar kendali? Atau bahkan merasa sangat sedih sehingga tidak dapat menahan tangisan bahkan saat berada di publik? Sesuai judul bukunya, The 5 Second-Rule, Mel Robbins menggunakan aturan 5 detik untuk mengondisikan dirinya dalam menghadapi peristiwa-peristiwa pemicu emosi. Dengan 5 Second-Rule, kita memberikan tubuh kesempatan untuk memproses peristiwa yang terjadi sehingga kita dapat menanggapinya dengan lebih bijak.

Metode ini dilakukan dengan menghitung mundur dari 5 sampai 1 di saat kita mengalami peningkatan emosi dan tidak dapat mengendalikannya. Saat perhitungan berhenti di 1, bagian korteks prefrontal pada otak akan menimbulkan kesadaran karena kita mengalihkan fokus dari bagian dalam otak. Pada kondisi ini kita memiliki kontrol penuh terhadap tubuh sehingga mampu memilih apa tindakan kita selanjutnya.

Referensi

Faktor-faktor penentu Emosi. (n.d.). Kanwil Kemenag Sumsel. Retrieved December 8, 2023, from https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/emosidanimplikasinya.pdf

King, L. A. (2016). The Science of Psychology: An Appreciative View - Looseleaf. McGraw-Hill Education.

Limbic system. (2021, April 26). Wikipedia. Retrieved December 8, 2023, from https://en.wikipedia.org/wiki/Limbic_system#Spatial_memory

Robbins, M. (2017). The 5 Second Rule: Transform Your Life, Work, and Confidence with Everyday Courage. Permuted Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun