Mohon tunggu...
Joan Tahta Setia
Joan Tahta Setia Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa kecil

senang berbagi dan belajar tentang hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Berbagi Kasih Selama Pandemi seperti Dr. Rastelli

29 Desember 2020   23:20 Diperbarui: 29 Desember 2020   23:47 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari http://www.abcparma.it/

Oleh: Joan Tahta Setia

Sudah lebih dari satu tahun kita mengurung diri di rumah masing-masing untuk bertahan hidup. Tahun 2020 yang awalnya kita kira akan menjadi tahun kejayaan justru menjadi tahun yang mengenaskan. Selama kurang lebih satu tahun ini pula kita merenungkan keadaan dunia yang sepertinya semakin lama semakin memburuk. Hikmah yang kita pelajari juga rasanya tidak sebanding dengan kerugian yang dialami.

Dari rasa kecewa kita ini timbul lah rasa egois, keinginan untuk keluar dari rumah dan berlibur ke tempat lain. Semestinya kita semua di sini tahu bahwasannya tetap berada di rumah dan menghindari keramaian adalah suatu tindakan heroik di masa kelam ini. Keegoisan ini membuat kita lupa akan makna hidup bermasyarakat. COVID-19 sendiri sudah memakan banyak korban, ditambah dengan keegoisan tentu saja akan letal lagi.

Dalam situasi seperti ini, saya merasa tersentuh dan belajar banyak setelah membaca kisah hidup Dr. Rastelli.

Bernama lengkap Giancarlo Rastelli, beliau adalah seorang ahli bedah jantung Katolik asal Italia. Dr. Rastelli menciptakan prosedur bedah jantung Rastelli, sebuah prosedur bedah untuk kelainan jantung bawaan pada anak-anak. Dr. Rastelli lahir pada 25 Juni 1933 di Pescara, Italia dan meninggal akibat penyakit Hodgkin pada 2 Februari 1970 saat hanya berusia 36 tahun.

Beliau dikenal kolega-koleganya sebagai pribadi yang cerdas lantaran menemukan prosedur bedahnya hanya setelah empat tahun meneliti. Penemuannya membantu menyelamatkan nyawa ribuan anak yang mengalami kelainan jantung. Sosoknya sekarang sedang dalam proses beatifikasi oleh Gereja Katolik.

Setelah mendapat diagnosis penyakit kritisnya Dr. Rastelli, yang juga berjuang melawan penyakitnya, tetap bersemangat melaksanakan penelitiannya demi membantu pasien-pasiennya. Beliau dikenal sebagi sosok dokter yang dermawan, beberapa kali beliau membiayai biaya berobat pasiennya yang tidak mampu dan datang jauh dari Italia untuk berobat padanya. Dr. Rastelli pernah berkata pada istrinya yang sedih dan bingung karena diagnosis penyakitnya yang serius, "Percaya pada Tuhan dan Mayo (merujuk pada Mayo Clinic),".

"Saya selalu berpikir bahwa amal pertama yang harus dimiliki orang sakit dari dokter adalah amal sains. Ini adalah amal untuk disembuhkan seiring berjalannya waktu. Tanpa ini tidak ada gunanya membicarakan tentang amal lainnya. Tanpa ini dia (baca =dokter) hanya dipenuhi paternalisme dan pietisme,"

(Dalam buku biografi karya adiknya Rosangela Rastelli Zavattaro, berjudul Giancarlo Rastelli. Un cardiochirurgo con la passione dell'uomo)

Setelah membaca kutipan itu, saya teringat dan terharu untuk yang kesekian kalinya dengan perjuangan para tenaga kesehatan selama pandemi. Para tenaga kesehatan secara khusus yang mengorbankan banyak hak dan kewajiban sosial mereka lainnya seperti menjadi anggota keluarga dan masyarakat selama pandemi seperti ini. Ditambah pula mereka membahayakan diri dan orang-orang terdekat mereka untuk membantu kita, masyarakat. Dengan segala kerja keras tenaga kesehatan terkhusus pada masa ini, rasanya cukup ironis menyaksikan timbal balik yang mereka dapatkan dari masyarakat. Fenomena masyarakat yang ngeyel perihal protokol kesehatan masih banyak.

Prinsip penelitian Dr. Rastelli sebagai seorang ilmuwan yang luar biasa,

"Menghentikan penelitian berarti menghentikan kehidupan,"

Memberi saya teladan untuk melakukan peran kita masing-masing dengan totalitas. Anda dapat menyelamatkan nyawa banyak orang dengan menjalankan peran anda sendiri dalam masyarakat dan mengesampingkan terlebih dahulu keinginan bepergian. Peran sehari-hari kita yang mungkin terlihat kecil sebenarnya berperan sangat besar.

Dalam menghadapi pandemi ini, kita harus dengan bergandengan tangan melawan COVID-19 dimulai dengan melakukan peran kita masing-masing.Sebagai tenaga kesehatan, kita menjadi garda terdepan membantu para pasien yang terinfeksi. Sebagai seorang anak dan bagian dari masyarakat, kita sadar akan resiko penularan yang lebih tinggi pada anggota keluarga yang berisiko tinggi sehingga mengikuti protokol kesehatan dan turut memperbaiki kebersihan dan kesehatan lingkungan.

"Mengetahui tanpa mengetahui bagaimana mencintai bukanlah apa-apa. Kurang dari tidak sama sekali,"

Mengetahui keadaan sekitar yang serba susah tidaklah cukup, kita harus berusaha menyumbangkan sesuatu sebagai bentuk kasih. Banyak sekali orang mengalami putus kerja dan keterpurukan ekonomi semenjak pandemi dimulai. Mengetahui kesusahan orang banyak tidak lah cukup, kita yang masih beruntung harus bisa membantu setidaknya sebisa kita. Tidak harus dengan menyumbangkan semua tabungan kita, bisa saja dengan memberi tip kepada pelayan restoran dan driver gojek.

Diambil dari https://www.sciencedirect.com/
Diambil dari https://www.sciencedirect.com/

Sikap pasrah dan kepercayaan Dr. Rastelli pada Tuhan ketika mendapat kabar bahwa beliau sakit kritis dan dengan begitu tetap dengan totalitas melanjutkan pekerjaannya sebagai ilmuwan dan dokter mengajarkan kita semua sebuah teladan luar biasa mengenai mengasihi sesama dan memberikan semua yang kita bisa. Keputusan beliau membantu para pasiennya walaupun dalam keadaan sakit kritis mengajarkan kita tentang ketulusan menjalankan peran kita masing-masing.

Dalam keadaan yang kacau ini, hendaklah kita tetap pasrah dan percaya pada Tuhan serta melakukan peran kita masing-masing supaya dapat bertahan dan keluar bersama dengan perasaan persatuan yang lebih kuat dari sebelumnya. Mengetahui keadaan sekitar yang susah saja tidak lah cukup. Bisa berbagi kasih dan menyumbangkan sesuatu yang dapat menimbulkan kelegaan dan kebahagiaan kecil merupakan suatu keharusan sebagai seorang manusia yang selalu memiliki peran dan saling mempengaruhi.

Selamat menjalankan peran.

Penulis adalah mahasiswi semester satu Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun