Mohon tunggu...
Joanne Gabriella Susanto
Joanne Gabriella Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang murid

Saya adalah seorang murid

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pembelaan | Alur Cerita - Bakwan Fight Back Episode 14 - POV Dirgantara

27 Oktober 2024   16:50 Diperbarui: 27 Oktober 2024   16:55 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi baru telah tiba, Karis berangkat kesekolah setelah membersihkan kamarnya. Ia pergi menghampiri motornya, Michele. Karis menaiki Michele sampai ke sekolah. Karis berharap hari ini ia belajar sesuatu yang bermanfaat, tetapi ia tidak berharap banyak pada Pak Yoo, ia hanya ingin membanggakan ayahnya. Karis masuk parkiran dan pergi ke sekolah, ia menghiraukan anggota geng terkutuk di parkiran. Tetapi dair kejauhan, Karis melihat Medi. Karis malas bertemu dengan Medi hanya mendiamkan Medi. Sampai Medi memanggil Karis :"Eh Ris, lu maish gamau berbicara? Nih kunci pintu ruangan Pak Yoo (Sambil memberikan kuncinya), seperti yang kemaren udah gua bahas". Karis bertanya dimana ia mendapatkan kunci ini, tetapi Medi tidak menjawab pertanyaannya, malahan ia berkata :"Bukan urusan lu ya, urusan lu cuma ambil soal ujian dari ruangan Pak Yoo dan kaish ke gua, setelah itu gua akan kasih tau semua yang lu mau tau. Inget ya sekali lagi, pilihannya ada di lu, gua bakal pancing Pak Yoo keluar pas istirahat. Inget itu". Karis mulai malas berbicara dengannnya kemudian berjalan menjauh sambil berpikir-pikir kembali, apa yang harus ia lakukan. "Ada kemungkinan sih dia tau tentang Inok, tetapi ga masuk akal dia bilang Inok belum mati! Aneh, ini pilihan yang harus gua pilih sih. Tapi gila dia nyuruh gua ambil soal, udah gila tuh orang. Apa yang harus gua lakuin ya? Dia udah kasih kunci sih, tapi gua gatau dah apa yang harus gua lakuin ya. Aduhh, gua pikir hari ini bakalan jadi hari yang baik, tetapi kenapa pagi ini udah dikasih dilema ya?" Pikirnya sambil berjalan ke kelas. Sesampainya di kelas, ia disambut oleh Jeje :"Adohhh! Karis, udah dateng ya? Si Kai mana yaa, Ris bagi duit dong ris!". Niko menyambung :"Gua juga dong ris!", tetapi Karis bertanya jika mereka tidak bosan-bosannya mengganggu orang. "Lah justru kita bosen kalo gaada yang bisa diganggu" Kata Jeje, "Iyaa, butuh banget nih" Sambung Niko. Sambil memalak, Jeje juga mencari Kai yang hilang entah kemana, dipanggil-panggil ga jawab, kebingungannya membuat Jeje stress. Kemudian Niko pergi memalak orang lain dan Jeje kembali meminta pada Karis :"Ayo dong ris, nih gua ada 100 rb nih bisa tambahin, ayo lah riss". Tak lama Kai datang dan Jeje menyahutnya :"Kai! Liat nih si Karis, ayo kita-... eh, woi Kai!". Kai terlihat berpaling dan tidak ingin mendengar kan Jeje. Jeje berusaha memanggilnya sampai mendekat juga, tetapi Kai tetap tidak ingin mendengar. "Eh, lu apain si Kai kemaren, hah?" Tanya Jeje geram pada Karis. "Gatau lah temen lu, lu yang urusin sendiri aja" Jawan Karis sambil memalingkan pandangannya pada kaca. Terdengar suara Jeje dari belakang :"Lu marah ama si Karis? Lu ngapa ngehindar? Badan lu bau". Kai sempat berpindah tempat. Jeje terlihat bingung mulai terdengar mengancam :"Kai, lu ngapa diem-diem aja" Jeje memanggil Niko dan membawanya ke Karis dan Kai :"Niko, nik. Nih dua orang ini aneh hari ini, liat si Kai dah". "Kalo si rambut tomat sih emang udah aneh dari awal" Kata Niko mengejek, mereka berdua tertawa dan kembali meminta duit Karis. Kai kemudian pergi keluar kelas, Jeje mengejar Kai sambil memanggil-manggil namanya. "Aduhhh, ada apaan sieeehhh" Tanya Niko menggerutu. Karis mengeluh bahwa masih banyak yang belum berubah di sekolah ini. Ia bingung, bagaimana cara menghapus pembullyan. Karis memutuskan pergi ke toilet, melihat Kai keluar dari kamar mandi berkata :"Berisik banget sih kalian" dan Niko Jeje mengejar Kai. Karis kemudian bertanay pada dirinya, "ada apa ya?". Ia berasumsi Kai akhirnya sadar akan sikapnya, terlihat muka Kai juga pucat hari ini. 

Kelas dimulai, Pak Yoo mengumumkan bahwa besok akan diadakan ujian dan memberikan kisi-kisi ujian. Pak Yoo meminta semua murid fokus belajar hari ini, pembelajaran hari ini adalah pembelajaran mandiri. Karis memanggil Medi untuk pergi ke toilet, disana Karis bertanya jika kertas ujian yang harus dicuri itu yang tadi diumumkan. Medi berkata bahwa Karis harus mempercayainya. Karis dan Medi berdiskusi tentang rencananya. Setelah itu mereka kembali ke kelas, Karis ingin mengambil kesempatan demi mengetahui fakta sebenarnya tentang Inok. Di kelas, Jeje dan Niko bertanya tentang Kai kemarin. Karis tentunya tidak ingin berbicara dengan mereka dan bertanya pada dirinya sendiri :"Kai kenapa?". Karis kemudian belajar ujian bersama murid lainnya. Disana mereka bercanda, bermain, saling belajar mengajar, sampai istirahat akhirnya tiba. Langit memberikan onigiri ikan tongkol dan setelah menerimanya, Karis memikirkan strateginya di kelas. Alana menghampiri Karis dan memperhatikan bahwa ia bengong, Alana bertanya sedang memikirkan apa. Tetapi tidak hanya itu, Alana juga ingin mengajak Karis untuk pergi ke suatu tempat karena ingin diberitahu sesuatu. Tetapi Karis izin mereka memberitahukannya setelah sekolah saja, karena ia memiliki urusan lain. Karis kemudian pergi ke ruang guru, membuka pintu yang sebenarnya tidak dikunci, dengan kondisi kebingungan, Karis bergegas mencari kertas ulangannya. Ia mencari, dan mencari, dan mencari, sampai akhirnya menemukan kertas ujiannya. Sampai, ia keluar dan melihat Pak Yoo dan Medi sudah menunggu. "Tuh pak! liatkan! Saya benerkan pak" Kata Medi pada Pak Yoo. "Karis, saya tanya, kamu ngapain di ruangan saya" Pak Yoo bertanya. Karis menggeram dan berkata :"Sial lu MED.", Pak Yoo kembali ke pertanyaannya :"Itu apa yang kamu sembunyikan? Coba kasih liat". Karis menunjukkan kertas ulangan curiannya sambil mencoba menjelaskan kondisi dan kejadiannya. Pak Yoo marah pun berkata :"Duhh cukup Karis! Ini soal ujian kan? Bapak ga nyangka ya, kamu melakukan hal ini tidak terpuji. Ini pencurian namanya, bapak kira kamu itu ornagnya pinter dan rajin belajar. Ternyata kepintaran dibalik itu pencurian soal ya?". Karis mencoba bersumpah bahwa ia tidak mencuri soal dan mengerjakan soal dengan jujur. Pak Yoo tak terima kemudian menyuruh Medi membunyikan bel pulang sekolah dan memberitahu bahwa murid-murid boleh pulang. Karis kemudian disuruh duduk dan Pak Yoo berkata :"Karis, berikan kertas ujiannya pada saya. Ini hal kriminal, kamu tau itu, kamu tau konsekuensinya apa mencuri soal?, Karis hanya bisa terdiam. "Gini ya, saya harus tegas sama kamu, saya gabisa main-main seperti ini. Kamu saya skor selama satu bulan dari sekolah ini" Pak Yoo berkata dengan penuh amarah, Karis mencoba meyakinkan Pak Yoo untuk jangan skors dirinya. "Seharusnya kamu mikirin dari awal, ini baik atau engga. Jangankan soal, apapun lah, mencuri itu tidak diperkenankan, sebuah tindakan kriminal. Padahal bapak sudah mulai percaya sama kamu, kamu tidak akan membuat masalah lagi di sekolah ini. Ternyata bapak salah menilai kamu, sebenarnya bapak ingin melaporkan ini ke polisi, tetapi bapak kasih kamu kesempatan ya sekali. Kamu jangan buat onar dan kesalahan apapun di sekolah ini. Kalo kamu bisa tenang dan baik, bapak bisa anggap ini tidak pernah terjadi. Mengerti kamu?". Karis dengan tegas menajawab :"Mengerti pak" dan pergi keluar dari ruang guru. Ia merasa marah karena dirinya telah di bodoh-bodohi oleh Medi. Karis membulatkan tekadnya untuk membalaskan dendamnya pada Medi. Saat dikelas, Karis kembali diganggu oleh Niko dan Jeje. Melihat muka Karis yang muram, Niko dan Jeje tertawa serta menanyakan Karis kenapa. Karis tidak mood untuk berbicara dengan mereka, maka ia menyuruh mereka pergi. "Diperhatiin kok marah sihhh maniezz" Kata Niko pada Karis. Merasa dirinya semakin kesal, ia kemudian mengalihkan pandangannya dari mereka. 

Tak lama Alana dan Klara mengajak Karis ke ruangan klub untuk membicarakan sesuatu. Karis masih merenungkan dan berusaha menenangkan dirinya. Ia pergi ke ruangan klub, sambil berusaha menyamarkan perasaan marahnya, agar Alana dan Klara tidak khawatir. Sesampainya disana, Karis melihat muka Klara yang pucat. Alana kemudian memberitahu Karis untuk duduk dan berkata :"Si Klara dipaksa Medi buat jadi pacarnya". Klara melanjutkan cerita :"Iya, jadi ris, kemarin tuh aku sempet ke wc lantai atas karena menurutku wcnya lebih bersih. Gatau kenapa aku udah dua kali keluar dari wc itu sealu ada Medi yang nungguin di depan wc. Dia narik tangan aku dan ngajak aku ngrobrol berdua, trus dia ngancem aku Karis. Dia punya surat perusahaan papiku yang bekerja sama papi Medi, jadi aku baru tau kalo papiku tuh bekerja dibawah papinya Medi". Karis kemudian menjelaskan untuk informasi dirinya sendiri. Klara sebenarnya tidak mau, tetapi ia sebenarnya terpaksa. Karis masih kaget karena hal itu, serta Alana menenangkan Klara. Tak lama medi masuk ke ruangan klub berkata :"Klara, kok kamu ceritain kisah cinta kita sih, merek ananti iri lho sama kemesraan kita". Karis mencoba melindungi Klara dan berusaha melawan Medi. Karis menyuruh Alana membawa Klara pergi jauh dari pembicaraannya dengan Medi. "Lho, jangan kemana-mana sayang, sini yu ikut aku, kita kencan lagi. Jangan diem aja, kamu lupa sama perjanjian yang aku tulis". Seketika Alana sadar kalau perjanjian itu palsu dan ditulis oleh Medi sendiri. Karis marah kemudian menonjok Medi, menyuruh Medi menjauh dan tidak memunculkan diri depan Klara lagi. Medi meremehkan Karis kemudian membahas Inok, si rambut hijau. Medi terus mengajak Klara, sampai akhirnya Klara melompat di sebelah Karis.
"Medi! Cukup ya! Aku tuh gasuka sama kamu, gapernah suka sama kamu dan ga akan pernah suka sama kamu! Aku muak sama tingkah laku kamu, aku merinding, aku takut! Aku muak setiap liat muka kamu! Kamu bikin aku ganyaman, jangan pernah deket-deket aku lagi aku benci sama kamu, pergi!" Klara berteriak nyaring sambil memukul Medi setiap kali ia berbicara. Karis mencoba menenangkan Klara dengan mengajaknya pergi ke Alana lagi. Medi masih mencoba :"Ga mungkin, kebangetan banget lu ra! Selama ini gua berusaha ngelindungin lu! Sekarang lu udah berubah dari Klara yang gua kenal". Klara menangis dan berkata :"Aku udah ga kuat lagi..". "Ini semua gara-gara LU RIS! Klara jadi berubah, Klara yang gua cinta ga kek gini. Lu tuh B@J!INGAN BANGET RIS!" Kata Medi sambil memukul Karis, mereka mulai beradu pukulan, sampar Medi tumbang dan melayang ke sisi lain ruangan, saking kuatnya pukulan Karis dengan sarung tangan pemberian Langit. Medi mulai menangis, "Woi.. Med.. SADAR! Bangun Med! Jangan trjebak di dunia imajinasi lo. Cinta tuh ga selalu indah, kadang orang yang kita cintai, belum tentu punya perasaan yang sama kek kita. Lu bangun, hal terburuk yang bisa kita lakukan kepada orang yang kita cinta adalah memaksakan perasaan kita kepadanya" Kata Karis pada Medi, sambil membantu Medi bangun. "LU GA NGERTI APA APA!" Amarah Medi meluap. Medi melanjutkan tangisannya, sampai dia berkata :"Liat aja lu, LIAT AJA! Lu cari masalah sama orang yang SALAH! Lu gabakal gua biarin ris, lu bakal TERIMA akibatanya". Karis kemudian mengecek keadaan Klara, Alana menasehati Karis untuk berhati-hati akan hal yang akan dilakukan Medi kepadanya. "Iya aku ga nyangka sih Klara kamu bisa berani kek gitu, keren deh" Puji Alana pada Klara. Klara berkata bahwa ia mendapat keberanian itu karena mereka ada di sekitarnya. 

Mereka bertiga kemudian pulang ke rumah barunya Alana dan Klara. Disana, Karis diajak berkeliling, dikenalkan semua kucing baru, dan bercanda bersama. Alana berkata bahwa ia mendapat suatu surat berupa puisi, berjudul "Puisi Dari Luka". "Jujur gua pikir ini iseng dari adek gua" kata Alana, Tetapi mereka berkata bahwa mereka harus mencari tahu siapa yang menulis ini. Tak lama ada kucing baru yang deketin kucing-kucing Alana Klara, sampai akhirnya Karis harus pulang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun