Mohon tunggu...
Joan Natasya
Joan Natasya Mohon Tunggu... -

Saya lulusan Public Relation dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP-Jakarta). Saya mulai kuliah tahun 2005 dan menyelesaikan studi saya pada februari 2009 lalu. Saya sangat menyukai pekerjaan seorang wartawan, karena setiap saat semua peristiwa yang terjadi dan ditangkap oleh mata sang wartawan, dapat langsung dituangkan dalam tuklisan, bahkan dalam sebuah foto dan video. Fenomena Citizen Journalismm, memang sangat dahsyat berkembang, seiirin g perkembangan teknologi saat ini. Saya mau belajar banyak, dan melaluui dunia jurnalistik, saya bisa memperoleh banyak ilmu dan pengetahuan. Terima kasih KOMPASIANA, senang bergabung di sini. Tuhan memberkati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

... Wanita : Berapa Hargamu ...???

17 Juli 2010   02:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:48 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wah,  akhirnya setelah ada waktu, saya bisa kembali melakukan hal yang paling saya suka, apalagi kalau bukan menulis. Saya sudah lama ingin berbagi cerita ini, tapi baru kali ini kesempatan hinggap pada saya. Langsung saja, beberapa waktu yang lalu saya dan adik saya, ikut menemani orangtua kami pertemuan di salah satu hotel yang cukup ternama dengan huruf awal "S". Saat itu, kami datang sore hari, karena hampir menjelang malam kami makan malam di salah satu cafe yang letaknya di dalam lobby hotel. Saat itu, suasananya sangat sepi, hanya ada saya, adik saya  yang duduk terpisah dari orangtua kami, kemudian orangtua kami dan rekan-rekan kerjanya, yang duduk tidak jauh dari meja kami. Stelah selesai makan malam, dan karena kedua orangtua kami sudah mulai terlibat dalam sebuah diskusi yang sangat serius, saya dan adik saya mulai merasakan bosan. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan menikmati es krim. Di tengah-tengah keasyikkan kami menikmati dessert yang dingin itu, saya mulai memandangi sekitar saya. Tanpa saya sadari, ternyata mata saya sudah tertuju pada pintu lift yang letaknya tidak jauh dari tempat kami, dan karena terbatasi kaca, saya bisa melihat secara jelas, siapa saja yang lalu lalang di luar cafe tersebut. Setelah itu, saya baru sadar ada pemandangan yang sangat ganjil buat saya. Saya melihat 3 orang gadis kira-kira berusia 15-18 tahun yang berpakaian sangat norak, minim, dan terlihat malu-malu, berjalan mengikuti 2 orang pria dengan perawakan timur-tengah, tinggi besar dan seperti guide bagi 3 orang gadis itu. Saya terdiam, kemudian mulai berpikir.  TapI,  pada saat itu dengan polosnya dalam hati saya bilang, "ow, mungkin itu keponakan-keponakannya". Tapi, kemudian saya sadar, betapa bodohnya saya, bagaimana mungkin itu keponakan dan om, mukanya saja sudah jelas tidak mirip. Akhirnya, saya diskusikan ini kepada adik saya, dan kami sama-sama penasaran, dengan hal ganjil yang kami lihat itu. Karena adik saya juga ikut menyaksikan kejadian itu. Sedang asyik-asyiknya beranalisa, kami melihat lagi, pria timur-tengah tersebut, keluar lagi dari lift, sesudah tadi masuk ke dalam lift bersama gadis-gadis tersebut dan salah seorang rekannya, tapi kali ini dia sendirian. Ternyata tidak lama berselang, dia datang dengan 2 orang gadis yang memiiiki perawakan sama dengan gadis-gadis sebelumnya. Saat itu yang terlintas dalam otak saya cuma satu : "persis seperti film Pretty Woman!", yah akhirnya saya bisa membaca kalau yang daritadi lalu lalang, adalah tayangan-tayangan singkat dan live persis film "pretty woman", tapi kali ini dengan Julia Robert yang banyak. Pikiran saya tersebut, disambut mulus oleh adik saya, dia pun setuju, bahkan melihat mimik para pelayan cafe, yang tersenuym seolah sangat paham akan hal tersebut. Tidak sampai disitu, saya kemudian mencoba mengalihkan perhatian dari pria-pria timur-tengah tersebut dan para gadis tersebut, saya mengajak adik saya untuk duduk di sofa lobby hotel, sambil menunggu kedua orangtua kami. Tapi, kali ini saya mengalami kejadian yang baru lagi. Sedang seru-serunya mengobrol, tiba-tiba muncul seorang wanita, dengan pakaian mini sekali, berambut cepak, berkulit putih dan mulus, dengan perawakan oriental, duduk di sebelah saya dan adik saya. Saat itu, saya dan adik saya terus saja asyik mengobrol, selang berapa lama ada seorang pria dewasa yang berjalan menuju lift, wanita tersebutpun ikut berlari mengikuti pria tersebut sampai di dalam lift. Karena lift hotel tersebut, adalah lift kapsul dan bagian luarnya terbuat dari kaca, kami bisa melihat adegan bisu yang terlihat agak jauh dari tempat duduk kami. Seperti, sedang melakukan "transaksi", itu yang saya lihat. Tapi saya masih belum tahu transaksi apa yang dilakukan. Namun, sayangnya, transaksi itu sepertinya gagal. Wanita tersebut, turun kembali, dan kali ini, duduk di samping saya persis, karena adik saya merasa ganjil terhadap wanita tersebut, dia memutuskan pindah tempat duduk. Setiap ada pria yang lewat sendirian, dia berusaha mengikuti dan seperti menawarkan sesuatu. Akhirnya, di tengah keputusasaanya yang tergambar pada dirinya, lengkap dengan baju yang sangat minim tersebut, wanita tersebut datang dan berbisik pada saya : "Ci', ada uang 20 ribu ga?", saya kaget sekali, ternyata wanita ini memang sudah sangat putus asa. Entahkah, itu untuk ongkos pulang, atau untuk apa saya tidak mengerti. Tapi logikanya ini adalah hotel ternama, bagaimana mungkin, penghuni hotel tersebut melakukan hal konyol seperti itu. Dengan senyum saya menjawab : "mohon maaf, saya di sini bersama orangtua saya", saya tersenyum dan wajah dia, terlihat sedikit kesal, kecewa dan lebih putus asa. Tragisnya, hotel ternama ini, memiliki view mewah, tapi tidak menyaring hal-hal unmoral seperti itu. Seketika dalam benak saya, seperti apapun pelayanan yang diberikan kepada tamu, tapi apabila ada hal-hal seperti itu secara terang-terangan, tentu akan sangat meresahkan. Yang lebih mengherankan lagi, penjaga dan bell boy yang melihat wanita tersebut, menganggu tamu hotel, seolah acuh tak acuh, dan hanya tertawa. Konyolnya moral mereka, "apapun" yang ditawarkan wanita tersebut pada tamu hotel khususnya yang pria, seharusnya mereka melakukan tindakan tegas. Bagaimana mungkin, ada proses dagang di lift hotel? bagi saya semua kejadian yang terjadi di hotel tersebut adalah hal yang sangat merendahkan harga diri seorang wanita, suatu hal yang sangat miris, karena seolah-olah gadis-gadis yang masih belia dengan om timur-tengahnya, kemudian wanita oriental yangg "berdagang" di dalam lift, semua menunjukkan, serendah itukah harga seorang wanita....????

- Aya , 17/07/2010 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun