Makanan cepat saji yang mengandung banyak zat yang buruk untuk tubuh (gula, garam, kalori, dan lemak yang tinggi serta gizi yang rendah) mampu menyebabkan peradangan pada hipokampus yaitu bagian dalam otak yang berkaitan dengan memori manusia.
Memperbesar risiko terjadinya gangguan pernapasan
Menurut, penelitian anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji minimal tiga kali dalam seminggu akan berisiko terkena obesitas serta peningkatan kambuhnya gejala asma. Sama halnya dengan orang dewasa, obesitas yang diderita dari mengonsumsi makanan cepat saji mampu meningkatkan risiko terserang penyakit sesak napas, mengi, dan sleep apnea.
Ternyata efek yang ditimbulkan dari mengonsumsi makanan cepat saji tidak hanya penurunan kondisi fisik, tetapi juga psikologis.
Berikut efek psikologis dari mengkonsumsi makanan cepat saji terus menerus:
Depresi
Orang yang kecanduan makanan cepat saji akan sulit untuk melepas diri dari makanan cepat saji, karena nafsu makannya telah dikontrol oleh zat-zat yang tidak sehat dan terasa nikmat yang terkandung dalam makanan cepat saji. Sama halnya dengan mengontrol stress, orang yang mengonsumsi makanan cepat saji secara berlebih akan sulit untuk mengontrol tekanan saat tidak dapat merasakan makanan cepat saji.
Mood swing
Saat seseorang mengkonsumsi gula yang berlebih, tubuh akan menghasilkan perasaan bahagia. Sehingga bisa saja tubuh akan terus menerus bergantung pada perasaan bahagia dari makanan cepat saji. Ketika efek bahagia itu hilang maka kesenangan akan terisi oleh hampa dengan pergantian perasaan yang mendadak.
Segala efek negatif dari makanan cepat saji sudah sangat banyak yang belum dapat disebutkan semua. Oleh karena itu masih ada waktu bagi Anda untuk berhenti mengurangi makanan cepat saji dan berganti ke gaya pola makan yang sehat. Sehingga dengan memiliki tubuh yang sehat akan menghasilkan pikiran yang sehat juga!
Referensi :Â