Mohon tunggu...
Joanna Lie
Joanna Lie Mohon Tunggu... Lainnya - Project Assistant

Lulusan baru yang menulis sebagai hobi dan ingin berbagi perspektifnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beragam Kisah di Balik Tangyuan

4 Februari 2023   22:00 Diperbarui: 4 Februari 2023   22:06 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ke-15 setelah Tahun Baru Imlek merupakan puncak dari perayaan Tahun Baru Imlek yang sering disebut juga sebagai Cap Go Meh. Cap Go Meh yang awalnya hanya dimeriahkan oleh etnis Tionghoa mulai dimeriahkan oleh berbagai etnis. Perayaan ini sendiri dapat terlihat dari adanya puluhan hingga ratusan lentera terang dengan berbagai ukuran dan warna yang memenuhi jalan, rumah, dan gang.  Tari naga, barongsai, tathung, hingga penjual makanan berkumpul dalam hiruk-pikuk perayaan yang sangat penting bagi umat Tionghoa karena memiliki arti sebagai harapan untuk Tahun Baru yang sehat dan sejahtera.

Dalam perayaan Cap Go Meh, terdapat sejumlah hidangan yang wajib untuk dikonsumsi saat perayaan berlangsung. Hidangan yang wajib tersedia di meja makan adalah tangyuan (mandarin tradisional: 汤圆; pinyin: tāngyuán). Dulu, makanan ini disebut 'yuanxiao' (mandarin tradisional: 元宵; pinyin: yuánxiāo) yang memiliki arti malam di hari pertama yang mengacu pada bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek dan diubah menjadi tangyuan yang jika diterjemahkan menjadi bola sup. Meskipun begitu yuanxiao sebagai makanan penutup tetap masih adalah, tetapi keduanya memiliki perbedaan.

Tangyuan menjadi makanan yang cocok untuk disantap saat acara seperti ini. Karena bentuknya yang bulat dan sering kali disajikan dalam mangkok yang kemudian memiliki filosofi dan makna sebagai persatuan, kebersamaan, dan berkumpulnya keluarga karena terdengar sama dengan 'reuni' dalam bahasa mandarin (mandarin tradisional: 团圆; pinyin: tuányuán).  Makanan ini juga memiliki mitos, yakni jika Anda mengkonsumsi makanan tersebut dengan orang yang Anda cintai saat bulan purnama, maka akan membawa kebahagiaan dan keberuntungan saat tahun baru.

Saat ini, masyarakat dapat menemukan makanan ini dimana saja, mulai dari supermarket, restoran, hingga e-commerce. Bahkan hidangan ini juga telah menjadi hidangan lokal di Tiongkok. Memakan hidangan ini memang memiliki makna sebagai persatuan. Namun, membuat tangyuan dalam berbagai warna juga memiliki arti keberuntungan tersendiri dalam budaya Tionghoa meskipun secara tradisional tangyuan memiliki warna putih saja. Berikut adalah warna serta artinya:

- Warna putih: melambangkan hubungan interpersonal yang baik,

- Warna merah: melambangkan keceriaan

- Warna merah muda: melambangkan cinta

- Warna kuning: melambangkan kekayaan

- Warna hijau: melambangkan kesehatan

- Warna biru: melambangkan karir

Saya merasa membuat tangyuan menghabiskan banyak waktu, terutama jika membuat tangyuan dengan isian seperti kacang tanah atau wijen hitam. Oleh sebab itu, tidak jarang keluarga Tionghoa seperti saya membuat tangyuan tanpa isian apa pun karena membutuhkan waktu, tenaga, dan bahan yang lebih sedikit. Selain itu, mungkin banyak dari kalian yang memiliki pemikiran bahwa tangyuan mirip dengan wedang ronde. Ya, makanan tersebut memang memiliki kesamaan karena wedang ronde merupakan hasil asimilasi dari tangyuan. Akan tetapi, tangyuan tidak menggunakan rempah seperti jahe yang menghasilkan rasa pedas. Namun, hal ini mungkin dapat berbeda di zaman sekarang dimana terbentuknya inovasi-inovasi yang menciptakan hidangan baru yang unik dan khas.

Saya juga merasa bahwa tangyuan merupakan salah satu makanan yang membuat saya kangen pada rumah saya. Karena orang biasanya akan memakan hidangan ini saat perayaan. Oleh karena itu, meskipun banyak masyarakat yang menjual makanan dengan label "homemade" tapi tidak ada yang bisa mengalahkan masakan rumah sendiri. Menulis artikel ini sendiri pun membuat saya sadar bahwa semakin jauh saya dari rumah, semakin rindu saya pada keluarga dan rasa rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun