"Hanya ada 2 jenis anak muda di dunia, Mereka yang menuntut perubahan, Mereka yang menciptakan perubahan, Silakan pilih perjuanganmu."
Pandji Pragiwaksono
Munculnya organisasi-organisasi pada masa pergerakan nasional, telah menyebabkan lahirnya rasa nasionalisme yang kuat dalam bangsa Indonesia pada zaman penjajahan. Hal tersebut juga memberi sebuah rasa harapan bagi bangsa Indonesia setelah lamanya berada dalam kegelapan.
Nasionalisme sendiri adalah ideologi atau sikap yang menekankan pentingnya identitas nasional, kebangsaan, dan kecintaan terhadap negara. Walaupun nasionalisme dapat memberikan rasa identitas dan solidaritas, perlu diingat bahwa nasionalisme yang berlebihan dapat menyebabkan konflik atau juga diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Nasionalisme telah mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan. Faktor pendorong persatuan dan kesatuan tersebut banyak, beberapa contohnya adalah adanya penderitaan yang berkepanjangan, lahirnya golongan intelektual atau terpelajar yang menjadi pemimpin pergerakan/organisasi-organisasi dan adanya diskriminasi rasial.
Selain itu ada juga faktor lainnya yang termasuk faktor eksternal yaitu, masuknya ajaran-ajaran atau ideologi-ideologi baru ke Indonesia seperti nasionalisme, liberalism, sosialisme, humanisme dan demokrasi. Munculnya gerakan Turki muda atau All Indian National Congres 1885, terjadinya revolusi Prancis, dan adanya kemenangan Jepang atas Rusia yang menyebabkan bangsa-bangsa Asia sadar untuk melawan bangsa barat.
Dan karena persatuan dan kesatuan telah membawa Indonesia Merdeka, maka sampai sekarangpun persatuan dan kesatuan tetap harus kita jaga. Contoh hal-hal yang kita harus jaga yang paling utama adalah Proklamasi, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Tetapi, pastinya telah ada juga beberapa tantangan para pelajar yang menyebabkan hambatan terhadap sikap nasionalisme. Contohnya yang pertama adalah hambatan kompetensi, sikap dan kemampuan setiap pelajar berbeda hal tersebut mempengaruhi cara pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme tersebut.
hambatan kurikulum, walaupun kurikulum sudah menegaskan diadakannya pelaksanaan sikap yang baik dan benar dalam sekolah maupun luar sekolah. Seperti mengembangkan rasa nasionalisme, tidak semua sekolah dapat mencapai hal tersebut, dikarenakan kurangnya pengamatan, ketegasan ataupun peraturan dalam sekolah tersebut.
hambatan sarana dan prasarana, tidak semua sekolah dapat menyediakan fasilitas yang mendukung sistem pembelajaran siswa siswi. Contohnya, dalam daerah-daerah yang kurang berkembang mereka hanya dapat sumber yang sangat minimal.