Alpan, tokoh masyarkat yang merintis mangrove di desa Pangkalan Jambi sejak tahun 2004 terlihat haru dan bahagia ketika Gubernur Riau berserta rombongan meresmikan tempat tersebut sebagai ekowisata pada 2020 silam.Â
Gubernur Riau, Syamsuar mengapresiasi bangga terhadap masyarakat desa Pangkalan Jambi yang produktif dan kreatif memberdayakan kawasan mangrove bukan hanya sebagai ekowisata namun juga menjadi konservasi pendidikan masyarakat tentang tanaman mangrove.Â
Hal ini yang menjadi alasan diresmikannya kawasan tersebut sebagai Ekowisata Mangrove Education Center Desa Pangkalan Jambi, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Konon, Alpan mempelopori masyarakat untuk menanam mangrove dikarenakan terjangan abrasi yang sangat parah memakan sebagian wilayah pesisir nelayan desa pangkalan jambi, yang dulunya dimanfaatkan sebagai tempat sandaran kapal mereka untuk melaut. Ia bersama sebelas orang rekan satu kelompok nelayan yang ada di Pangkalan Jambi mulai menanam mangrove sejak tahun 2004.
 Namun setiap usaha yang mereka lakukan selalu gagal, dikarenakan mangrove-mangrove yang baru berukuran kecil yang baru ditanam selalu habis tersapu oleh ombak pantai selat Bengkalis. Alhasil ketika menanam ratusan mangrove dari bibit yang mereka beli melalui uang sumbangan anggota kelompok nelayan tersebut, yang bertahan hidup hanya satu atau dua batang saja.
"Saat itu kita hampir sangat frustasi atas semua usaha yang telah kita lakukan. Setiap tahunnya kita menanam, hanya sebagian kecil yang berhasil hidup," ucap Alpan membuka cerita perjuangannya.
Namun secercah cahaya mulai terbuka untuk mempertahankan daratan desa Pangkalan Jambi dari abrasi tersebut. CSR Pertamina RU II Sungai Pakning saat itu mulai melirik dan memberikan bantuan-bantuan secara kontiniu.Â
Berawal dari membuat pengaman pantai TRIMBA (Triangle Mangrove Barrier) seperti pemecah gelombang alami yang memanfaatkan kayu nibung sebagai bahan utama, lalu mengajarkan masyarakat desa Pangkalan Jambi cara membibit mangrove dan melakukan penanaman mangrove pada lahan yang sudah ada pengamannya.Â
Selain fokus untuk menanam mangrove, nelayan Pangkalan Jambi juga mendapat edukasi dalam melakukan pembibitan ikan nila air tawar menjadi nila air payau dengan memanfaatkan siklus pasang surut air laut di desa tersebut.
Dorongan dari CSR Pertamina RU II Sungai Pakning mulai membuahkan hasil pada 2019. Ekosistem mangrove tersebut tumbuh dengan baik, hal ini membuat wilayah daratan Pangkalan Jambi mulai terproteksi dengan baik dari abrasi ombak laut. Pembibitan ikan nila air payau juga berkembang dengan baik pula. Hal ini membuat pemerintah desa pun mulai melirik keberadaan kawasan konservasi mangrove ini.