Sempat tidak ingin tahu pada saat mendengar kabar teman saya tentang Posong. Semakin kesini Posong semakin viral dan saya sebagai putra daerah merasa malu jika tidak memperkenalkan potensi daerah dimana saya tinggal. Pesona keindahan alam yang luar biasa ini terletak di kaki Gunung Sindoro, tepatnya di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung.
Kesan yang didapat pertama kali pada saat berkunjung ke Posong ini tentu saja suasana dingin sejuk karena angin di sini cukup kencang. Kesan tambahan bahwa Posong ini bak Hollywood-nya Kabupaten Temanggung karena di tempat ini ada tulisan "POSONG" dengan huruf besar dengan background integrasi lahan yang ditanami tembakau dan kopi khas Tlahab dan keindahan tujuh gunung sekaligus.
Diusahakan jangan datang terlalu siang, sebelum pukul 11.00 WIB adalah waktu yang tidak akan mengecewakan bagi pengunjung. Perlu diperhatikan juga musimnya, jangan datang pada saat musim hujan karena pemandangan akan berkabut.
Dengan adanya keberadaan agrowisata Posong ini perlu ditelaah dan dikaitkan dengan pilar atau aspek berkelanjutan yaitu, 3P (People, Profit, Planet) agar terciptanya suatu sistem pertanian berkelanjutan yang berisi ajakan moral untuk menyadarkan pentingnya lingkungan dan kondisi sekitar.Â
People berkaitan dengan ranah sosial budaya atau kemasyarakatan, profit mengarah pada aspek keberlanjutan secara ekonomi dan planet yang fokus pada kualitas lingkungan atau sumber daya alam.
Aspek Sosial (People):Â
Kata "Posong" berasal dari singkatan yaitu "pos yang kosong". Mengapa demikian? Hal ini karena menurut masyarakat sekitar, pada zaman perang melawan Belanda, pasukan Diponegoro menempati daerah Tlahab ini sebagai tempat persembunyiannya yang dinamakan "pos". Singkat cerita, terjadi penyerangan oleh pihak Belanda, namun pasukan Diponegoro sudah kabur terlebih dulu sehingga pada saat penyerangan terjadi, pos tersebut sudah kosong. Berawal dari cerita sejarah ini maka pengelola agrowisata menamainya dengan sebutan "POSONG".
Pengelolaan agrowisata Posong secara langsung dan tidak langsung membentuk suatu komunitas di masyarakat sekitar dan masyarakat secara umum. Selama berpuluh-puluh tahun area Posong dibiarkan tidak terurus. Akibatnya semak dan pepohonan liar tumbuh begitu saja yang membuat lokasi tersebut tampak seperti kebun warga biasa yang tidak dikelola.Â
Dewasa ini, barulah Posong kembali ditemukan dan mulai dikelola oleh komunitas masyarakat sekitar dan bantuan pemerintah secara profesional sebagai destinasi wisata sejak 2009 lalu. Pengunjung bukan hanya berasal dari sekitaran daerah tersebut saja melainkan sudah meluas sampai dari daerah lain karena banyak pecinta alam yang tertarik.
Aspek Ekonomi (Profit):Â
Dalam mengelola agrowisata Posong juga melibatkan beberapa pihak seperti dalam hal perawatan infrastruktur, pembuatan dan pengelolaan taman, pengelola rekreasi dan lain sebagainya. Keterlibatan tenaga kerja yang cukup banyak ini tentunya merupakan pendongkrak ekonomi khususnya bagi masyarakat sekitar.
Penguat ekonomi lain dari adanya budidaya kopi di Tlahab, dapat dijadikan sebagai agrowisata yang memiliki fungsi edukasi yaitu mengetahui bagaimana proses budidaya kopinya. Hasil produksinya langsung diolah dan dijual, pengunjung sering menyebutnya dengan kopi Posong.
Aspek Lingkungan (Planet):Â
Petani di kawasan lereng Gunung Sindoro khususnya Tlahab telah mengembangkan pertanian "Pola Tlahab", yakni model diversifikasi tanaman dengan tanaman tembakau dan kopi arabika yang dilakukan dengan sistem terasering. Pola tanam ini mampu mencegah kerusakan tanah akibat pemanfaatan lahan pertanian terbuka yang berdampak pada terjadinya erosi tanah.Â
Selain itu, sekitar 17% dari total luas lahan di Kabupaten Temanggung masuk dalam kategori kritis. Apabila kondisi ini dibiarkan, kesuburan lereng Sindoro khususnya di Posong ini akan menghilang dan tidak akan ada lagi Posong yang menghijau. Maka dari itu Pola Tlahab ini merupakan keberlanjutan yang baik bagi lingkungan Agrowisata Posong karena tidak merusak lingkungannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H