Mohon tunggu...
zainudin zen
zainudin zen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senantiasa bersyukur atas semua yang ada

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Selalu Ada Pilihan Untuk Tidak Memilih Dahlan

21 Mei 2014   22:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tapi haruskah menunggu atau berharap hingga Dahlan piawai memainkan lobi lobi politik yang prakteknya sudah sedemikian korup dan kotor. Sampai kiamat pun Dahlan tak akan bisa memainkan peran seperti itu. Bukankah dalam situasi seperti sekarang ini yang dibutuhkan rakyat adalah politisi jujur tapi juga cerdas dan berani mengambil resiko.

Lihatlah tokoh tokoh macam KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan Bung Hatta. Mereka adalah politikus ternama tapi juga sederhana yang bisa membedakan dengan jelas hitam dan putihnya sebuah masalah tanpa harus kehilangan akal sehat dan harga diri. Terlalu jauh membandingkan seorang Dahlan dengan tokoh tokoh besar diatas, tapi paling tidak SBY harusnya bisa melihat bahwa integritas, kejujuran, kecerdasan serta visi Dahlan membenahi PLN dan BUMN adalah cikal bakal bagi kemajuan bangsa ini.

Membandingkan elektabilitas Dahlan dengan Jokowi atau Prabowo memang cukup jauh. Tinggal SBY sendiri apakah lebih yakin kepada kemampuan dan kapasitas Dahlan sebagai menterinya atau kepada Jokowi yang elektabilitasnya habis habisan ditopang media. Elektabilitas yang rendah masih bisa diusahakan dan diperjuangkan, yang penting ada niat dan kemauan. Bukankah disitu letak essensi sebuah perjuangan bukan soal kalah atau menang.

Dengan hanya selisih satu persen dengan Gerindra sebenarnya Demokrat dan SBY sangat bisa membangun sebuah koalisi. Kasus Fujimori di Peru dan elektabilitas Jokowi di pilgub DKI yang sebelumnya selalu dibawah Fauzi Bowo bukankah bisa dijadikan rujukan. Timbul pertanyaan bagaimana bila kandidat semacam PEW yang menang konvensi, apakah SBY akan berlaku sama memilih pasrah bersikap netral.

Bila sudah seperti ini tentu mudah menuding bahwa konvensi tak lebih hanya sebagai alat agar suara PD tidak terjun bebas terlalu dalam, konvensi hanya sekedar pencitraan belaka tanpa makna apa apa. Konvensi bukan untuk menaikkan suara Demokrat karena sejatinya elektabilitas PD memang cenderung terjun bebas tak bakalan naik ke atas. Antara menaikkan elektabilitas dan menahan laju ambrolnya suara Demokrat adalah dua hal yang berbeda.

Tentu juga gampang menuding adanya kekhawatiran dalam benak SBY bahwa bila jadi Presiden Dahlan akan tutup mata memberangus siapa saja yang tersangkut korupsi termasuk keluarga besarnya bila kelak ada yang jadi tersangka. Bahwa sehormat apapun Dahlan pada SBY tentu Dahlan tidak akan mengorbankan harga dirinya melindungi siapapun termasuk keluarga besar SBY.

Prinsip Dahlan hubungan baik pertemanan dan kekerabatan tak harus dilanjutkan dengan lobi lobi kekuasaan untuk mengelabuhi penegakan hukum itu sendiri.

Semoga saja semua tudingan itu hanya gosip belaka dan bukan fakta. Semoga memang ijtihad politik SBY kali ini benar benar didasari kepentingan bangsa yang lebih besar bukan demi kepentingan dan keselamatan keluarga besarnya. Karena seperti SBY bilang selalu ada pilihan untuk menata masa depan bukan selalu ada pilihan atau alasan untuk menolak Dahlan....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun