Mohon tunggu...
zainudin zen
zainudin zen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senantiasa bersyukur atas semua yang ada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Fakir dan Kakek Penjaga Kedai

14 Agustus 2014   20:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya percakapan antara lelaki kaya dengan si kakek penjaga kedai kemarin didengar oleh seorang fakir yang memang sering duduk duduk di sekitar kedai. Merasa ada sesuatu yang dirasa kurang berkenan si fakir pun menghampiri kakek penjaga kedai.

”Wahai Pak Tua, sesungguhnya mudah saja bagi lelaki kaya itu untuk beribadah menyembah Allah karena ia telah merasakan berbagai nikmatnya dunia. Mudah saja bagi dia untuk berlama lama bermunajat kepada Allah dalam sejuknya udara dingin di rumahnya, mudah saja bagi dia untuk bersedekah karena harta dan kekayaannya yang berlimpah ruah”.

”Pendek kata dia telah merasakan rahmat dan kasih sayang Allah dalam berbagai kenikmatan yang selama ini ia reguk seolah tiada habisnya, tentu mudah untuk menyuruhnya beribadah kepada Allah aja wajalla atas segala nikmat yang telah ia terima”

”Sedangkan aku bagaimana? Engkau lihat sendiri keadaanku seperti ini. Miskin, compang camping, sendiri tanpa siapa siapa di dunia, jangankan untuk bersedekah untuk makan saja susah. Haruskah aku juga bersujud kepadaNya sedangkan selama ini hidupku selalu susah. Buat apa aku beribadah kalau Allah tidak berkenan memberi rizki dan kebahagiaan di dunia?“

Mendengar rentetan pertanyaan dari si fakir itu, kakek penjaga kedai tersenyum. Senyumnya sama seperti ia melayani pertanyaan lelaki kaya kemarin itu.

”Wahai saudaraku, bila lelaki kaya itu kufur nikmat tidak mau mau bersujud kepada Tuhannya maka setidaknya ia telah merasakan sekecap nikmat dunia. Sedangkan engkau, kemalangan apa yang bakal kau rasakan bila di dunia ini tidak mau bersujud kepada kepada Allah swt. Sesungguhnya kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat”.

”Ketahuilah bahwa Rasulullah saw pernah melihat surga dan isinya kebanyakan orang miskin. Ketahuilah pula olehmu bahwa orang miskin itu masuk surga lebih dulu limaratus tahun lamanya sebelum orang-orang kaya memasukinya. Bahwa Sulaiman bin Dawud alaihissalam memasuki surga setelah nabi nabi lain memasukinya dikarenakan luasnya kerajaan dan kekayaan yang diberikan Allah swt kepadanya di dunia”

”Kiranya orang orang kaya di akhirat itu berandai andai bila dulu mereka hidup miskin saja di dunia dikarenakan rumit dan beratnya hisab atas segala kekayaan dan kenikmatan yang mereka terima. Dan tahukah engkau bahwa ada dosa dosa yang yang tidak bisa dihapuskan kecuali dengan bersusah payah dalam mencari rizki”

”Bila itu semua belum bisa mengobati kesedihanmu, belum cukupkah doa baginda Rasulullah saw di bawah ini:

”Ya Allâh, hidupkanlah aku bersama orang-orang miskin, matikanlah aku bersama orang-orang miskin dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin kelak di akhirat”

Mendengar uraian si kakek penjaga kedai itu, si fakir sambil berlinang air mata berucap ”Pak Tua, sesungguhnya aku ridha Allah menjadikanku fakir di dunia”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun