Mohon tunggu...
zainudin zen
zainudin zen Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senantiasa bersyukur atas semua yang ada

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Saat Dahlan Tidak Ada Dalam Kementerian

28 Oktober 2014   17:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 4843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_370048" align="aligncenter" width="600" caption="Dahlan Iskan/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Publik banyak yang bertanya mengapa Dahlan Iskan tidak masuk dalam kabinet kerja Jokowi-JK. Jawaban sederhananya tentu itu adalah hak prerogratif presiden. Jawaban ini secara legal formal benar tapi tidak menjawab substansi latar belakang masalahnya. Bahwa melihat kedekatan Jokowi – JK dengan Dahlan dan mengingat prestasi moncer Dahlan dalam mengelola BUMN, publik mudah menduga bahwa there’s something wrong about that.

14144657231368834826
14144657231368834826

Kalau tidak salah ada sebuah aturan dalam agama bahwa jika ada pemuda shaleh, baik budi pekertinya, mapan bahkan juga rupawan wajahnya melamar seorang gadis maka makruh, bahkan mungkin bisa jatuh haram bila si gadis sampai menolaknya. Penolakan si gadis ini bisa menimbulkan fitnah, orang bisa bertanya curiga apalagi yang si gadis cari karena si laki laki pelamar sudah memenuhi hampir semua syarat baik sisi duniawi dan rohani. Fitnah juga akan menimpa si pemuda karena orang lantas mencari cari kesalahannya dikarenakan penolakan si gadis.

Aturan diatas tentu masih bisa diperdebatkan mengingat dalam hadist hadist lainnya Rasulullah saw yang mulia juga memberi hak kepada wanita untuk menentukan sendiri pasangan hidupnya.

Perumpamaan di atas mungkin tidak terlalu tepat bila dikaitkan dengan nama Dahlan yang tidak masuk dalam kabinet Jokowi. Dahlan tidak sedang dalam posisi mengajukan lamaran untuk menjadi menterinya Jokowi. Dahlan juga tidak pernah meminta minta jabatan apapun kepada presiden terpilih meski pada pilpres kemarin secara bulat ia mendukung pasangan Jokowi – JK. Selama ini masyarakatlah yang banyak yang berharap agar mantan menteri BUMN itu kembali masuk dalam jajaran kabinet kerja.

Tapi dari perumpamaan di atas kita bisa menanyakan kepada presiden terpilih Jokowi, mengapa tidak memilih Dahlan. Bila ada anak bangsa yang sudah mewakafkan hidupnya untuk negara, tak lagi berpikir untuk diri sendiri dan keluarganya, cerdas, visioner, pekerja keras, berani tak takut mati sekaligus merakyat dan rendah hati serta terbukti sudah berprestasi, maka alasan apalagi yang dicari Jokowi untuk tidak merekrutnya menjadi menteri.

Tentu Jokowi sendiri yang bisa menjawabnya dengan berbagai alasan yang memang publik tidak perlu mengetahuinya. Dengan hak prerogatif yang dimilikinya memang tidak ada yang dilanggar ketika presiden mengangkat atau tidak mengangkat seseorang sebagai pembantunya. Tapi dari segi kepatutan dan profesionalitas tentu masyarakat bisa mempertanyakan sejauh mana presiden bersungguh sungguh membangun kabinetnya.

Dahlan sendiri memang bukan manusia sempurna. Tentu ia punya banyak kelemahan dan keterbatasan sebagai manusia biasa. Terlalu sombong bila menganggap semua masalah bakal selesai bila Dahlan Iskan menterinya. Semua pasti butuh proses dan kerja keras. Tapi dari rekam jejaknya selama ini, dari apa yang sudah ia tunjukkan selama ini maka publik bisa berharap bila Dahlan kembali jadi menteri setidaknya pengelolaan negara ini ada di tangan salah satu putra terbaik bangsa.

Putra terbaik yang saat mendukung pasangan Jokowi – JK pun tanpa pamrih apa apa. Meski harus menerima resiko berseberangan dengan sebagian pendukungnya Dahlan tetap maju commit mendukung Jokowi tanpa meminta imbalan apa apa. Sebagai mantan pejabat negara Dahlan tentu tahu apa yang seharusnya dilakukan bangsa ini, nalurinya sebagai pengusaha mengajarkannya untuk bertindak cepat, tidak bertele tele langsung eksekusi. Sesuatu yang Jokowi anggap juga ada pada dirinya.

Pengalamannya sebagai menteri terkadang membuatnya gregetan bahwa apa yang seharusnya bisa dilakukan dengan mudah dan cepat terkadang harus melalui jalan berliku yang penuh birokrasi dan upeti. Kewenangan sebagai menteri tentu tidak bisa membuatnya leluasa bertindak seperti kepala negara. Karena itulah Dahlan ikut konvensi, karena itulah Dahlan siap diajak kerja keras berdarah darah apalagi bila yang memintanya pemimpin bangsa. Bukan hidup menikmati kenyamanan di usianya yang sudah senja.

Statemen Dahlan adalah sinyal kuat kepada Jokowi bahwa ia siap bekerja pada pemerintahan yang baru. Tentu bekerja dalam bidang yang benar benar ia kuasai bukan yang asing yang Dahlan sendiri tak paham dinamikanya.

Kini saat namanya tak tercantum dalam daftar menteri Dahlan tetap seperti biasa. Tidak ada pernyataan kecewa atau menyesal sudah mendukung Jokowi - JK.

Bagi Dahlan menjadi menteri atau tidak takdirlah yang mengaturnya. Dahlan juga tahu diri bahwa dukungannya tidaklah seberapa dibanding tokoh atau kelompok partai yang sudah jauh hari mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi - JK. Jadi tidak perlu galau atau masygul memikirkannya. Sejumlah tugas berat sosiopreneurship untuk Indonesia sudah menunggunya.

Tidak pula terdengar komentar negatif Dahlan terhadap penggantinya Rini Soemarno sebagai meneg BUMN baru. Padahal pendukung dan relawan Jokowi sendiri demo menolak Rini yang dicurigai tidak bersih dan masuk dalam radar KPK. Dahlan Iskan bahkan memuji bahwa sebagai mantan dirut Astra tentu kualitas Rini sangat mampu untuk mengelola ratusan BUMN. Dahlan hanya menitip pesan agar BUMN dijaga dari segala bentuk intervensi dan praktik korupsi.

Melihat kedekatan Dahlan Jokowi selama ini entahlah bila kedua orang itu memiliki kesepakatan sendiri. Asal untuk kepentingan negara Dahlan pasti mendukungnya. Yang jelas tanggal 16 Oktober kemarin Jokowi khusus menemui Dahlan Iskan di kantor negara BUMN. Presiden terpilih itu mendatangi Dahlan bukan memanggilnya ke istana. Entah apa yang dibicarakan yang jelas hasil akhirnya nama Dahlan tidak ada dalam kementrian.

Suatu hal yang kemudian membuat kegaduhan bahwa ada anggapan Dahlan kembali menjadi korban PHP jilid berikutnya. Padahal kita tidak tahu komunikasi antara keduanya. Jokowi mungkin sangat butuh bantuan Dahlan tapi sebagai petugas partai hal itu tidak bisa ia lakukan setidaknya untuk sekarang. Bagaimana jika di tengah jalan tiba tiba Dahlan masuk dalam kabinet kerja. Tidak ada yang mustahil dalam dunia politik.

Kelak kita akan sama sama buktikan apakah pernyataan Jokowi bahwa sebagian dirinya ada dalam diri Dahlan benar benar nyata atau kualitas dia hanya sebatas petugas partai berbaju putih yang cuma piawai beretorika dengan slogan kerja belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun