"Ponix, apa kau masih mengingat siapa aku dan apa yang akan terjadi setelah ini?" Chronos bertanya sekaligus untuk menyadarkan Ponix.
      "Chronos?" tanya Ponix sambil menatap pintu gerbang sekolah dari dalam kelas.
      "Iya?"
      "Aku baik-baik saja. Aku paham apa yang harus aku lakukan." Ponix tersenyum.
Bel pulang sekolah telah berdenting, siswa-siswi bersiap-siap untuk kembali ke rumahnya. Akan tetapi, di salah satu kelas di mana Ponix berada, terjadi sebuah drama yang tidak seorang pun menduganya. Dua orang perempuan yang manis menghampiri Ponix.
Ponix akhirnya sudah terbiasa bercengkrama dengan teman-teman sekelasnya yang perempuan. Dengan bantuan Eris, Ponix mampu memahami dan menikmati waktu mengobrol dengan Mei. Lima puluh sembilan detik sebelum lima menit berakhir, Ponix menarik lengan Mei dan membawanya ke luar kelas. Chronos muncul kembali.
      "Ponix, kau mau pergi ke mana?"
      "Bukannya sudah jelas?" Ponix kembali tersenyum kemudian pergi.
Pada babak ini, Ponix telah siap berjaga untuk menghalau si pemuda yang mabuk tadi, setidaknya melesetkan mobilnya yang akan menghantam tembok gerbang sekolah. Disuruhnya Mei berdiam diri tepat di belakangnya. Walau terdengar gila, Ponix tetap akan meneruskan tindakannya sebab impiannya yang baru, yakni untuk membentuk karakter yang tepat sebelum menjadi polisi.
Volvo tua yang dikendarai pemuda mabuk itu akhirnya muncul. Sesuai perhitungan, Ponix menutup, mengunci pintu gerbang sekolah, dan "BAM!", mobil tersebut terhentikan. Tepat sekali. Mobil itu menuju ke arah manapun Mei berada, maka dari itu Ponix menempatkan Mei di belakangnya. Nyawa pemuda yang menyetir mobil Volvo juga telah terselamatkan karena tekanan tabrakan yang dia terima tidak separah ketika menabrak tembok yang lebih solid. Ponix menyimpan segala realita yang terjadi di dalam hatinya.
      Sementara itu, waktu seketika berhenti saat Kai menghampiri Eris di ruang kelas.