Mohon tunggu...
1125yAD
1125yAD Mohon Tunggu... mahasiswa -

menulis sebagai refleksi atas kebaikan hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaum LGBT Juga Manusia

31 Januari 2018   16:00 Diperbarui: 31 Januari 2018   19:12 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: viva.co.id

Negara Indonesia yang sudah berumur 20 tahun atau sudah beranjak remaja dalam berdemokrasi ternyata tidak berbanding lurus dengan mentalitas dan cara berpikir masyarakatnya. Dimana sebagian masyarakat Indonesia masih terjebak dalam kotak -- kotak superioritas vis a vis inferioritas. Paham demokrasi yang berdiri di atas pondasi penghargaan terhadap martabat kemanusiaan memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam pengaplikasiannya. 

Namun bukan berarti menegasikan usaha untuk mewujudkannya. Ruang demokrasi harus menjadi panggung dialektika ekspresi dalam kontestasi gagasan yang memandang entitas manusia bukan sekadar kenormalan aktivitasnya melainkan sebagai wujud dalam kerangka kompleksitas kecenderungan gerak laku dan pikir.

Dibutuhkan sinergi dari seluruh elemen bangsa dalam menuntaskan permasalahan LGBT ini. Pemerintah selaku pihak yang memiliki otoritas dalam pembuatan produk kebijakan dituntut untuk mempertimbangkan aspirasi kaum tersebut agar dapat menghirup udara kebebasan sebagaimana yang didapatkan oleh orang normal lainnya. 

Hal tersebut dapat dimulai dari pengakuan dan perlindungan terhadap hak dan kewajibannya untuk dapat menikmati berbagai pelayanan publik dan tidak melarangnya dalam menyelenggarakan berbagai aktivitas keilmiahan maupun kegiatan lainnya selama tidak mengandung unsur propaganda dan mengganggu kondusivitas masyarakat.Kepada masyarakat yang notabene menjadi lingkungan pergaulan dan ruang interaksi sosial dimana kaum LGBT menjadi bagian darinya seyogyanya merombak segala prasangka dan pelabelan negatif untuk selanjutnya mengkonversikannya menjadi sikap kepedulian dan penghargaan yang didasarkan pada tali solidaritas sesama manusia.

Kerja sama dari kedua komponen tersebut tidak akan mencapai hasil yang diharapkan apabila kaum LGBT sendiri menutup diri dalam sekat eksklusifitas yang alih -- alih akan mencairkan hubungannya dalam relasi kenegaraan dan kemasyarakatan akan tetapi malah semakin memperlebar jurang pertentangan dalam bingkai kemanusiaan. Kaum LGBT harus dengan legowo membuka diri untuk terlibat dalam dialog sesama warga negara lainnya maupun pihak pemerintah supaya retakan -- retakan sosial yang selama ini menjadi penghambat komunikasi dan menimbulkan kesalingcurigaan diantara kedua belah pihak tersebut dapat dirajut kembali dalam semangat persaudaraan. 

Negara Indonesia sebagai Bangsa yang pernah menjalani masa kelam dalam dekade penjajahan yang menghasilkan ketertindasan dan kejatuhan kehormatan diri tentunya tidak akan mengulangi lagi episode tersebut dalam memperlakukan kaum LGBT sebagai manusia yang terpinggirkan. Akan tetapi sejarah tersebut dapat diubah dalam kenangan indah tentang sebuah pengakuan akan kemerdekaan diri dan terhormatnya memperlakukan setiap warga negaranya tanpa terkecuali dengan mendasarkan pada nilai -- nilai luhur kemanusiaan. 

Akhirnya sepenggal kalimat Frederic Bastiat dalam bukunya "The Law" kiranya tepat untuk menjadi penutup dari tulisan sederhana ini. Bahwa "Anugerah Tuhan kepada kita sama seperti anugerah Tuhan kepada setiap orang lain. Anugerah ini adalah hidup -- hidup dalam arti fisik, intelektual dan moral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun