Kumpulan data wajah yang banyak ini merupakan sebuah tumpukan emas bagi para hacker. Saat data wajahnya berhasil mereka dapatkan lewat celah yang ada di cloud, kita tidak akan pernah tahu untuk apa data tersebut digunakan.
Seringnya data yang bocor mereka perjualbelikan di darkweb, selanjutnya terserah si pembeli mau memanfaatkannya untuk apa. Berbeda dengan barang fisik yang kalau dicuri akan kamu tindaklanjuti, kehilangan data tidak pernah kamu rasakan langsung.
Kesalahan Deteksi Wajah
Teknologi pasti tidak mungkin 100 persen akurat sekalipun sistem face recognition dilatih dengan memberikan masukan yang sangat banyak. Repotnya kalau ada pencuri yang mirip dengan kamu, dan sistem menuduh kamu, ini akan menjadi bencana berikutnya.
Ousmane Bah, adalah salah seorang yang menjadi korban untuk kesalahan teknologi face recognition. Seseorang secara ilegal memakai identitasnya (kecuali wajahnya) dan ia dituduh mencuri aksesoris di toko Apple sebesar $1200.
Apple menggunakan sistem pengenalan wajah dan menyimpulkan bahwa Bah adalah pelakunya. Kasus ini berakhir dengan tuntutan balik Bah sebesar 1 miliar dolar ke Apple.
Ide elit global yang mengatur dan memonitoring kita itu sudah pernah kejadian. Berikutnya saya akan menjelaskan contoh kasus yang pernah terjadi.
Contoh Kejadian Nyata Masalah Data Privacy
Project PRISM dan Snowden Sang Pahlawan
Surveillance atau pengawasan pada dasarnya dilakukan untuk keperluan tertentu. Paling sederhana, misalnya orangtua yang mengawasi anaknya dengan CCTV di kamar agar dengan sigap mengetahui gerak-gerik anak seperti menangis, terjaga, atau hal-hal lain.Â
Yang paling umum adalah pemasangan CCTV di toko untuk mengetahui jika ada suatu tindakan berbahaya, misalnya maling, yang masuk ke toko.
Contoh tadi biasa kita lihat di kehidupan sehari-hari, bagaimana kalo hal tersebut dilakukan oleh aktor besar seperti perusahaan atau bahkan negara?Â
Bicara negara, hal yang paling mungkin kita asosiasikan dengan pengawasan ini adalah agen rahasia. Pengawasan dilakukan untuk melakukan pencegahan semenjak dini seperti misalnya mendeteksi terorisme karena pada dasarnya keberadaan intelijen diperlukan untuk mencegah hal-hal buruk terjadi tanpa kita sadari.
Sejak September 2011, pemerintah Amerika Serikat meningkatkan kemampuan intelijen untuk mengumpulkan data dan informasi dari orang asing dan rakyatnya sendiri. Salah satu proyeknya diberi kode PRISM, sebuah alat untuk menangkap data pribadi semua orang.