Belakangan, bersamaan dengan situasi dan kondisi dinamika sosial politik  menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) khususnya Pemilihan Presiden pada 2024 mendatang -- suasana perpolitikan di negeri ini cenderung menghangat.
Persoalan atau isu yang cukup mencuat di antaranya berkait dengan bakal calon presiden yang sudah diusung serta mendapat dukungan dari beberapa pihak. Â Sementara untuk calon wakil presidennya pun mulai digadang-gadang siapa yang bakal menjadi pasangan masing-masing calon presiden.
Berkait hal tersebut, pertanyaan yang menarik dikemukakan yaitu siapa mendukung siapa, mengapa dan bagaimana hal tersebut dilakukan, disusul maksud-maksud tertentu yang seringkali menimbulkan multitafsir sehingga wacana terus berkembang menjadi isu publik yang saban hari disampaikan lewat media.
Seperti pernah disampaikan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu yang menyebut dukungan politiknya terhadap para bakal calon atau sebagai kandidat presiden dalam kontestasi Pemilu 2024.
Di satu sisi pada beberapa pertemuan beliau mendukung Prabowo sebagai capres, di sisi lain juga jauh sebelumnya bersama Ketua umum PDI-P Megawati Soekarnoputri (21 April 2023) sepakat dan mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres yang diusung partainya.
Mencermati persoalan ini, berbagai kalangan tak kalah serunya menyampaikan tanggapan, saling mengemukakan pendapat sekaligus ikut memarakkan wacana yang diliput dan disampaikan melalui media, di antaranya menyebutkan bahwa Jokowi  dinilai "berwajah dua" atau masih "abu-abu" dalam mendukung para kandidat presiden dalam Pemilu 2024 nanti.
Tak hanya itu, di level akar rumputpun termasuk di warung-warung pinggir jalan di seputaran penulis, wacana ini masih menjadi topik diskusi. Kognisi sosial terus berkembang seperti dalam diskusi kelompok kecil tersebut, pro-kontra menjadikan dinamika yang menarik mengingat setiap warga berkesempatan angkat bicara dalam suasana santai. Itulah dampak dari perilaku para elit politik dan ternyata bergulir hingga lapisan bawah, suasana demikian jarang ditemui pada zaman orde baru bahwa setiap Pemilu -- hasilnya sangat mudah ditebak. Â
Terhadap perkembangan wacana tersebut, sesungguhnya Jokowi telah merespons isu publik tersebut, dikatakam bahwa beliau tak masalah jika sikapnya ditafsirkan memberi restu (mendukung) untuk Prabowo dan Ganjar berlaga pada pemilihan mendatang (Kompas.com, 06 Juli 2023, headline).
Hal sama seperti pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya, istilah "cawe-cawe" presiden Jokowi terhadap pilpres 2024 juga mendapat sorotan dari berbagai pihak, bahkan ada beberapa kalangan menyebut netralitas sebagai presiden dipertanyakan, ada pula yang berpendapat bahwa dalam hal ini presiden tak perlu melakukan intervensi dalam urusan pemilihan presiden tahun depan.
Itu semua tentunya tak ada yang salah, setiap pendapat layak dihargai/dihormati alias dibolehkan.