Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menyoal Pemutusan Hubungan Kerja dan Pengangguran

1 Maret 2023   08:16 Diperbarui: 1 Maret 2023   18:16 2232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gelombang PHK. (Sumber: KOMPAS/TOTO SIHONO) 

Jika  orang ter-PHK dan pengangguran berdasar data tersebut dijumlahkan -- maka turut menunjukkan bahwa di tahun 2022 angkanya cukup tinggi, berarti pula orang yang tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran di negeri ini cenderung meningkat jumlahnya.

Banyak pihak perduli terhadap persoalan ketenagakerjaan ini, beberapa kiat, tip dan trik sudah sering dikemukakan, bahkan berbagai aspek maupun sudut pandang serta pengalaman telah pula disampaikan melalui artikel/opini, setidaknya memberikan pilihan langkah untuk mengatasinya.

Tak terkecuali beberapa pekan terakhir, agenda setting di web-blog keroyokan ini di antaranya mengajak mereka yang menaruh minat atau berbagi pengalaman terkena PHK (terutama pekerja swasta) dan cara menghadapi masalah ekonomi setelah ter- PHK.

Saya sendiri sebagai orang awam (bukan ahlinya) dalam persoalan ketenagakerjaan tentunya ikut tergugah, setidaknya berempati untuk belajar memahami, dan mungkin bisa menyumbang secercah harapan menyangkut kasus PHK berikut langkah meminimalisir di kemudian hari.

Nah, menyoal PHK dan pengangguran ini ada dua pertanyaan penting yang layak dikemukakan, mengapa PHK masih/selalu terjadi dan bagaimana alternatif untuk mengatasinya.

Terhadap pertanyaan mengapa, barang tentu secara umum sudah disorot seperti pada awal tulisan ini. Namun di samping itu perlu diakui bahwa kebiasaan yang masih lekat sekaligus sebagai kelemahan masyarakat kita dalam hal cara memandang terhadap dunia kerja.

Kebanyakan orang selalu menunggu peluang dan ketergantungan pada struktur sosial (lembaga/institusi) yang menyediakan lapangan kerja. 

Kebiasaan menunggu peluang ini seolah berlangsung turun temurun sehingga jiwa kemandirian dalam usaha kurang tumbuh dan berkembang.

Sangat sedikit ditemui mereka yang mau dan mampu menciptakan peluang, kebiasaan menunggu dan ketergantungan ini seringkali mengundang persoalan baru, termasuk risiko PHK yang pada gilirannya menambah jumlah pengangguran.

Sedangkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana mengatasi atau meminimalisir PHK dan pengangguran ini tentunya terkait ulasan di atas perlu digaris bawahi bahwa betapa perlunya mengubah cara pandang, yang tadinya selalu menunggu peluang kerja menjadi menciptakan peluang/lapangan kerja.

Dalam perkataan lain, untuk menjawab pertanyaan bagaimana mengantisipasi ataupun meminimalisir PHK dan pengangguran maka jiwa kewirausahaan (entrepreneur) perlu terus ditumbuhkan, terutama bagi para kawula muda sebagai generasi penerus bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun