Persoalan yang ada kalanya muncul ke permukaan di antaranya menyangkut pemberian nilai atau rating ini masih menyisakan tanda tanya bagi kalangan tertentu.
Secara garis besarnya, sejumlah pandangan muncul dikarenakan perbedaan sudut pandang masing-masing terhadap karya artikel yang telah berhasil tayang.
Di sisi pertama, ada kalangan yang mempersoalkan bahwa pemberian nilai atau rating terhadap sebuah artikel dianggap kurang sesuai. Argumentasinya cukup kuat, tulisan atau artikel yang dikategorikan Fiksiana (Cerpen, Novel, Puisi) koq malah diberi nilai Aktual? Demikian pula tulisan Humor koq dinilai Aktual? Bukankah mengingat itu sifatnya hiburan sehingga seharusnya diberi nilai/rating Menarik, Inspiratif atau Menghibur? Atau bisa juga Unik?
Sisi kedua, ada kalangan yang mempersilakan setiap kompasianer melalui hasil pemikirannya untuk memberikan nilai. Semuanya bergantung pada kemampuan masing-masing dalam melakukan amatan, analisis terhadap fenomena atau apa yang telah dibaca sehingga membuahkan abstraksi atau pemikiran yang selanjutnya dituangkan dalam pemberian nilai/rating.
Dari dua sisi kalangan yang berbeda ini sesungguhnya telah memberikan gambaran bahwa semuanya benar adanya, keduanya setara, tidak layak didikotomikan.
Hanya saja yang membedakan, bahwa kalangan di sisi pertama ini konsekuensinya bilamana hendak memberikan nilai/rating perlu didahului dengan konsep operasional, dijelaskan tentang apa yang disebut aktual, apa yang disebut bermanfaat, inspiratif dan seterusnya.
Berdasarkan konsep-konsep operasional itulah kemudian pemberian nilai atau rating selanjutnya dilakukan. Jika tak sesuai dengan konsepnya, bisa dinyatakan salah. Kalangan ini sering dinamai positivis (positivisme), semuanya harus terukur secara empirik, objektif, harus teruji sesuai konsep yang telah ditetapkan.
Nah berbeda bagi kalangan di sisi kedua, kalangan ini memberikan keleluasaan kepada setiap orang untuk mengembangkan kemampuan, mencari pengertian dan pemahaman secara interaktif, mandiri untuk membangun pengetahuan berdasarkan olah pikir masing-masing.Â
Dari hasil pemikirannya tersebutlah kemudian mereka memberikan penilaian/rating. Kalangan ini selanjutnya dinamai konstruktivis (konstruktivisme).
Pada tataran mikro ini, dengan memerhatikan pola pikir kalangan sisi kedua, sesungguhnya kita sudah belajar tentang perspektif konstruktivisme.