Tentu saja, membincang persoalan chemistry, memang banyak materi yang bisa dipelajari, beragam literatur mulai ilmu sosial, budaya, ekonomi/bisnis, sosiologi, psikologi bahkan dalam ilmu komunikasi dengan segala varibel penyertanya telah banyak membahas tentang interaksi antarmanusia ini.
Namun seringkali dalam implementasi di lapangan tidaklah semulus seperti diformulasikan atau dikonsepsikan.
Hal demikian selanjutnya mengajarkan kepada kita bahwa untuk mempelajari sekaligus praktiknya tidak cukup hanya secara literer, coaching atau pembekalan dalam organisasi, maupun pertemuan-pertemuan sejenis yang cenderung hanya berdampak kognitif.
Bisa juga dicontohkan, seperti beberapa kali saya mengikuti outbond sebagai pilihan kegiatan dalam organisasi, yang sejatinya untuk memupuk rasa kebersamaan/gotong royong dalam sebuah sistem kerja, tidak serta merta efektif dalam implementasinya.
Itu pula sebabnya, seseorang yang bertugas untuk memanage sebuah organisasi, termasuk urusan pekerjaan di lapangan tentu tidak cukup pula hanya mendasarkan pada tata cara atau aturan normatif mengingat chemistry ini sebagai aspek praksis dan dinamis, bahkan cenderung temporer.
Dapat pula dicontohkan, betapa pun setiap institusi sudah memiliki visi, misi, tujuan, sasaran, dan program serta mekanisme kerja yang terpampang secara rinci -- namun dalam pelaksanaannya seringkali masih menemui banyak kendala. Bahkan terkesan hanya formalitas belaka, sehingga tak banyak berkontribusi nyata dalam membangun chemistry.
Ketiadaan chemistry sudah barang tentu kurang melengkapi kinerja teamwork dalam mencapai tujuannya. Harus banyak mengeluarkan waktu dan energi untuk membenahi komponen agar semakin memperlancar berlangsungnya sistem yang sedang berjalan.
Persoalan yang sering dihadapi dalam sebuah organisasi atau dalam sebuah teamwork, sekali lagi ternyata untuk membangun chemistry ini tidak cukup dilakukan hanya melalui pendekatan normatif (rapat pembekalan/coaching dan try-out, apalagi hanya berdasarkan literatur).
Bagaimanapun menurut saya, chemistry ini tidak layak diabaikan, tidak bisa dianggap sepele. Karena secara langsung atau tidak -- ikut memengaruhi kinerja teamwork, untuk mencapai tujuan dan kepuasan (satisfaction) terhadap apa yang diharapkan bersama.
Mengingat tulisan ini hanya berdasar pengalaman lapangan (bukan dari litertur atau konsep teoritis) sehingga tidak mudah merumuskan konsep operasionalnya, karena itu tadi, menyangkut berbagai disiplin ilmu, cukup kompleks.Â
Setidaknya, ini merupakan salah satu seni kepemimpinan, seni berorganisasi, atau seni dalam teamwork untuk menyamakan mindset yang di dalamnya melibatkan sambung nalar, sikap/perilaku, sekaligus sambung rasa (sambung empati, sambung intuisi, sambung motivasi, sambung persepsi dan sejenisnya) antarpersonal yang terlibat dalam suatu sistem.