Dikarenakan sifatnya sangat personal dan 'penggerak utamanya' berpusat di jaringan otak (pikiran) setiap manusia itulah sehingga boleh jadi istilah kimia tersebut lantas diadopsi yang kemudian digunakan untuk menyebutnya:Â chemistry.
Menurut pakar terapi hubungan antarmanusia dari Los Angeles, Gary Brown, bahwa chemistry merupakan sebuah reaksi di dalam otak manusia, dan reaksi tersebut menyebabkan ketertarikan yang intens terhadap seseorang, antara orang per orang atau antara seorang dengan beberapa orang tertentu dalam satu ikatan/kesatuan.
Dijelaskan pula, chemistry sebagai sebuah ketertarikan antara molekul-molekul kimia dengan zat lainnya di dalam otak sehingga membentuk suatu reaksi. Ketika dopamin dalam otak manusia aktif, maka saat itulah chemistry terbangun dan dapat dirasakan.
Bila diterjemahkan lebih jauh, chemistry ini merupakan suatu proses simultan yang kompleks. Di dalamnya melibatkan beberapa aspek seperti emosional, psikologis, juga fisik, sehingga untuk memadukan semua aspek tersebut tidaklah gampang, memerlukan multi talenta bagi pelakunya, tidak setiap orang mampu melakukannya.
Oleh karenanya menurut saya, chemistry memang tidak mudah untuk dikonsepsikan secara operasional, karena menyangkut keterpaduan aspek emosional, psikologis, dan fisik yang berlangsung dalam praksis secara bersamaan.
Setidaknya, chemistry hanya bisa disinonimkan dengan perkataan saling berempati, beradaptasi, bersinergi, berkolaborasi, bekerjasama, bergotong royong, kekompakan, keselarasan, berbagi, saling memahami antarorang dalam sebuah sistem untuk mencapai maksud dan tujuan bersama.
Bagi yang sudah terbiasa bekerja secara tim, hal ini bisa dianggap penting mengingat tim itu sendiri merupakan sebuah sistem yang terdiri beberapa personal, saling berinteraksi sesuai fungsi dan peran masing-masing, sehingga memerlukan interaksi yang sempurna dan solid guna membuahkan hasil optimal.
Bilamana kerja tim bisa berjalan disertai kemampuan chemistry yang dimiliki oleh personal yang terlibat di dalamnya -- di sinilah ditemui suatu kelancaran dan kenyamanan (smooth) sehingga pada gilirannya akan membuahkan kepuasan (satisfaction) dalam suatu tim/kelompok kerja.
Nah dari sepintas beberapa amatan yang pernah saya alami, chemistry ini tidaklah berjalan konstan namun bisa berubah manakala koneksi antarpersonal mengalami gangguan teknis misalnya faktor fisik atau psikis/suasana hati tak menentu, mengingat emosi/passion, kondisi psikis dan fisik yang tidak selalu stabil - sehingga salah satu cara mengatasinya perlu latihan, diskusi, komunikasi atau menambah try out agar bisa saling memahami karakter, supaya ikatan emosional, psikologis, dan fisik antarpersonal semakin terbangun.
Hingga saat ini saya pun masih berminat untuk terus belajar dan menaruh atensi terhadap ikhwal chemistry ini. Mengingat dalam aktivitas terutama saat bergiat bareng, berinteraksi dalam satu teamwork di lapangan seringkali aspek yang sesungguhnya bagian dari soft-skill inipun perlu dipahami, tidak serta merta diabaikan.