Hari Ibu Nasional Ke-93 yang diperingati tanggal 22 Desember 2021 telah lewat. Walaupun tulisan ini berkesan terlambat namun tak ada salahnya uneg-uneg yang sekilas mengendap di benak saya ekspresikan dalam artikel ringkas ini.
Siapa tau artikel memberikan secercah wawasan dan harapan sehingga ikut menggugah atau membangkitkan motivasi para ibu (dan calon ibu) yang sekaligus sebagai kompasianer atau pembaca budiman lainnya.
***
Memandang sosok ibu memanglah sangat subjektif. Masing-masing memiliki cara pandang berbeda. Dari mana kita memulai, sangat bergantung lingkungan, pengalaman dan pengamatan setiap orang yang hendak menyorotinya.
Dalam konteks ini, saya melihat bahwa yang namanya sosok seorang ibu secara  keseharian (pada umumnya) sebagai salah satu unsur dalam sebuah keluarga yang mempunyai peran ganda, terutama mereka yang bekerja di luar rumah.
Bangun pagi sudah mikir keluarga, sekalipun ada asisten/pembantu  di rumah, ada fasilitas teknologi, pikiran seorang ibu tetap konsen pada kepentingan keluarganya, mikir sarapan, menyiapkan pakaian, mikir anak-anaknya mau berangkat sekolah, mikir suaminya yang juga bersiap berangkat kerja,dan lainnya terkait aktivitas pagi hari.
Belum lagi persiapan dirinya bagi ibu yang hendak bekerja meninggalkan rumah. Mempersiapan/perencanaan sarana tranportasi yang hendak digunakan menuju tempat kerja agar semuanya berlangsung lancar pergi dan pulangnya.
Dari sekilas gambaran tersebut, bila dirunut aktivitas pagi saja ternyata seorang ibu sudah cukup repot, cenderung ribet dan semuanya dilakukan tanpa mengeluh...
Bagi yang bekerja di luar rumah, tentu di tempat kerja mereka dihadapkan pada berbagai persoalan yang harus diselesaikan, berinteraksi dengan rekan kerjanya, berhadapan dengan khalayak bagi yang bertugas sebagai pelayanan publik.Â
Itu semua memerlukan konsentrasi dan energi yang difokuskan untuk merampungkan kewajiban sesuai bidang kerjanya.
Seperti pernah dituliskan rekan kompasianer, Hanif Sofyan (dalam artikelnya: Perempuan Pekerja, Mengganti Urusan Domestik Dengan Incomenya, tayang 25/12/2021) bahwa "perempuan pekerja tidak menghilangkan kodratnya sebagai ibu. Hanya perannya bertambah tak hanya sebagai penguasa domestik di rumah, tapi juga punya tanggung jawab di tempat bekerja atau kantor."
Hal sama disampaikan kompasianer Bude Ruri (dalam artikelnya: Membawa Anak ke Kantor, Apa yang Perlu Dipersiapkan? tayang 24 Desember 2021) dikisahkan: "sering saya melihat ibu-ibu bekerja sambil menggendong anak, mereka bekerja sambil momong, semua ini dilakukan karena besarnya tanggung jawab sebagai ibu, tidak tergantikan kasih sayang oleh siapapun."
***
Dari sekilas dua gambaran di atas, bagaimana pun juga seorang ibu walaupun bekerja di luar rumah tidaklah serta merta melepas perannya sebagai pelindung, pengasih, pengayom, pengasuh sekaligus pendidik bagi anak-anaknya.
Demikian pula bagi para ibu yang memilih tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga (IRT) tak kalah besarnya tanggung jawab yang dipikul, terhadap keluarga dan anak-anaknya.
Tinggal di rumah sebagai IRT apalagi di era digital seperti sekarang, bukan tidak mungkin mereka tak hanya duduk manis, santai-santai namun banyak kegiatan yang bisa dilakukan secara kreatif dan produktif.Â
Business from home misalnya, merupakan pilihan cerdas yang tak kalah dengan bekerja di luar rumah, tanpa harus banyak menyita waktu dan tenaga.
Apapun dan di manapun kegiatan dan pekerjaan seorang ibu, mereka (para ibu) akan selalu memerhatikan lingkungan rumah atau keluarganya, mengasihi, menyayangi, mengasuh dan mendidik anak-anaknya, menjalani fungsi dan peran sesuai kodratnya.
Nah, pekerjaan mendidik di sini bukan hanya dilakukan di dalam kelas atau sekolah formal, di rumahpun peran ibu pada dasarnya juga mendidik anak-anaknya.Â
Pendidikan informal (di lingkungan rumah atau keluarga) sesungguhnya menjadi posisi sentral yang ikut mewarnai perkembangan anak menuju manusia dewasa, berkarakter dalam berpikir dan bertindak atau berperilaku di kemudian hari.
***
Saya sendiri dalam konteks ini merasakan kagum, hormat kepada para ibu yang hingga saat ini (di tengah kerepotan atau kesibukan) masih meluangkan waktunya untuk berkontribusi nyata, ikut menyumbangkan pemikiran demi kemajuan bersama.
Artikel-artikel yang selama ini bertebaran di Kompasiana tidak sedikit berasal atau bersumber dari para ibu (juga calon ibu), yang notabene berperan ganda, multi peran yaitu mengurus rumah, pekerjaan sekaligus mau berbagi pengetahuan kepada kita semua.
Hal tersebut mengingatkan kita bahwa kaum hawa, para ibu, ataupun para perempuan (para puan) di negeri tercinta ini ternyata mampu berperanserta memajukan bangsa.
Seperti halnya Kongres Perempuan Indonesia I (22-25 Desember 1928 di Yogyakarta), sebagai tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia, memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah, berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib bagi kaum perempuan.
Barang tentu semangat juang dan gerakan perempuan di tengah kehidupan berbangsa ini layak untuk terus ditumbuhkan.Â
Kini, di zaman yang semakin modern, pemberdayaan para ibu menjadi penting, sudah saatnya untuk berbicara, "Suaramu Keberanianmu" dan Perempuan sebagai Inspirasi Bangsa seperti disebut dalam sub tema mengingati Hari Ibu tahun 2021.
Tak terkecuali para Ibu (calon ibu), sebagai sosok perempuan yang selalu menebar kebaikan di Kompasiana sesuai kemampuan masing-masing layak diapresiasi.Â
Ini sebagai bukti bahwa para perempuan memang tangguh sebagai salah satu pendorong kemajuan bangsa.
Sebagai wacana penutup, sesuai zamannya dan perkembangan peradaban, saya lebih sreg dan nyaman untuk menyebutkan kata 'perempuan' bagi kaum hawa.
Mungkin ini bisa melengkapi sebagai tambahan wawasan:
Selamat Hari Ibu Nasional tahun 2021, Maju Terus Perempuan Indonesia.
JM (26-12-2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H