Penyebabnya, tidak sedikit pengunjung bermain-main riang gembira, tua muda berkelompok dan larut bersuka cita dengan percikan ombak yang datang setiap saat.
Kalaulah gelombang air laut landai mungkin ini bisa dilakukan. Namun mengingat laut selatan Yogyakarta yang seringkali kurang ramah, bukan tidak mungkin justru marabahaya kerap diabaikan para pengunjung.
Pada hal, hampir di sepanjang pantai telah dipasang papan larangan mandi/berenang di laut, bertuliskan: danger atau dangerous terpampang di setiap lokasi wisata pantai selatan Yogyakarta. Artinya, lokasi tersebut bukan diperuntukkan mandi/berenang walau kenyataannya sering dilanggar.
Betapa tidak, beberapa petugas pantai dan para sukarelawan selalu memantau dan mengingatkan agar para pengunjung tidak mandi/berenang di laut manakala gelombang pasang, berbahaya.
Pak Mukijan alias Jolodhong, tokoh masyarakat di Pantai Goa Cemara sekaligus sukarelawan sehari-harinya ikut  menjaga pantai selatan yang sempat penulis wawancarai awal Oktober lalu menuturkan, setiap musim liburan tiba, terutama sebelum pandemi Covid-19, pantai selatan cenderung dibanjiri pengunjung.
"'Peringatan lewat pengeras suara, maupun dengan sempritan (peluit) kerap tidak mampu menyadarkan pengunjung yang jumlahnya berjejal. Saya dan kawan-kawan petugas yang ikut menjaga keamanan kewalahan menghadapi pengunjung dan sering marah-marah karena diabaikan," ujarnya.
"Lebih jauh dituturkan Mukijan, diberi pengetahuan secara halus tak mempan, ditegasi malahan cuek, diperingatkan lewat pengeras suara dan peluit panjang malahan diejek balik dengan menambahi kata-kata "gol" sepertinya main sepakbola," imbuhnya.
Itulah sepintas realita yang terjadi selama ini, dan hampir di semua lokasi wisata pantai selatan Yogyakarta hal serupa dialami oleh para petugas, baik yang resmi dari pemerintah daerah maupun sukarelawan demi keselamatan pengunjung.
Nah, di sisi lain berkait dengan bahaya mandi atau berenang di pantai selatan, banyak info yang telah berhasil penulis peroleh dari sumber-sumber berkompeten. di antaranya pada akhir Oktober 2021 lalu, penulis sempat bertemu Pak Basio alias Kangsi, yang sudah puluhan tahun malang melintang melaut di Pantai Depok, Parangtritis dan sekitarnya, banyak bercerita tentang fakta-fakta kecelakaan laut yang terjadi di wilayahnya.
Dari dua narasumber masyarakat, Pak Mukijan, Pak Basio dkk yang setiap hari akrab menggauli kehidupan pantai selatan ini dapat dipetik beberapa poin penting terkait kecelakaan laut akibat terseret ganasnya ombak yang mematikan.