Globalisasi ditandai kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah banyak memengaruhi berbagai aktivitas maupun perilaku manusia di masa kini.
Pengembangan teknologi yang terus berinovasi disertai model-model dan produk terkini yang semakin canggih telah pula banyak membantu manusia terutama dalam mempermudah untuk berkoneksi, berinteraksi, bertransaksi sehingga dinamika berbagai kehidupan semakin tumbuh.
Pendek kata, percepatan (akselerasi) di bidang teknologi komunikasi dan transportasi telah menjadikan dunia semakin 'sempit' dalam artian tidak lagi terhalang oleh batas-batas negara (borderless) bahkan mampu menembus ruang dan waktu, mengajak manusia tak terkecuali yang berada di pelosok desa untuk menjadi warga global sehingga muncul istilah yang dikenal dengan global village.
Beberapa keuntungan dan peluang dapat dipetik dengan hadirnya teknologi yang serba canggih tersebut. Di antaranya manusia cukup dari ruangan/tempat di manapun melalui fasilitas internet atau media digital akan mudah melakukan komunikasi satu dengan lainnya, baik secara individu maupun kelompok, tanpa harus langsung berhadapan secara fisik.
Nah keuntungan dan peluang tersebut sudah terbukti nyata di lingkungan kita berada, terutama di masa pandemi Covid-19 yang masih belum aman.
Adanya pemberlakuan kebijakan patuh protokol kesehatan termasuk pembatasan fisik antarmanusia atau pembatasan kerumunan, pembatasan mobilitas dan interaksi sosial dengan maksud mencegah penularan virus corona -- turut membuktikan bahwa kehadiran teknologi komunikasi telah membantu agar aktivitas manusia tidak harus mandeg atau berhenti.
Para pekerja di sektor tertentu bisa bekerja dari rumah atau work from home (WFH), para peserta didik tetap bisa belajar melalui sekolah online atau study from home, sering dikenal dengan sebutan pembelajaran jarak jauh (PJJ), yang semuanya itu dikarenakan kehadiran teknologi masa kini.
Kecanggihan teknologi dengan produknya yang terus berkembang ini semakin memanjakan manusia di muka bumi ketika melangsungkan beragam aktivitas, lebih praktis, atau dalam perkataan lain lebih mudah, harganya relatif terjangkau dan pastinya semakin efisien dalam mejalani segala hal.
Dalam situasi demikian di tengah kemudahan-kemudahan yang ditunjang kehadiran teknologi dan telah menjadikan segala sesuatunya menjadi lebih hemat ruang serta waktu bukanlah berarti apa yang sedang dikerjakan itu serta merta akan membawa hasil optimal, berhasil guna.
Untuk bidang dan sektor dalam kondisi tertentu sangatlah mungkin dan memang pemanfaatan teknologi banyak membantu, mempermudah sehingga hampir semua kegiatan manusia dapat berlangsung secara efisen dan efektif.
Namun pertanyaan yang perlu dikemukakan di sini, terutama di sektor pendidikan formal akankah pemberlakuan pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa berlangsung efektif?
Kalau dilihat dari efisiensinya memang iya, para peserta didik tetap bisa berinteraksi sekaligus bertransakai informasi dengan pendidiknya, melangsungkan sekolah cukup dari rumah dengan memanfaatkan tekonologi komunikasi, akan tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah menyangkut persoalan efektivitasnya layak dicermati lebih jauh.
Itu sebabnya, dalam kasus ini banyak pihak menghendaki perlunya segera diberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) supaya proses pembelajaran konvensional dapat kembali seperti semula.
Dalam perspektif komunikasi hal demikian wajar adanya. Ini turut menggambarkan bahwa teknologi bukanlah segala-galanya. Â
Bagaimana pun juga teknologi komunikasi dalam proses belajar-mengajar hanyalah sebatas mempermudah manusia berkoneksi satu sama lain. Proses transfer of knowledge pada batas tertentu bisa dilakukan siapapun dan di manapun.
Akan tetapi mengingat pendidikan tidak hanya menyangkut pengajaran materi, dan lebih dari itu banyak bersangkut paut dengan pembentukan sikap/perilaku maupun karakter atau moral manusia maka komunikasi tatap muka dalam berbagai bentuknya (interpersonal maupun komunikasi kelompok)- tetap dibutuhkan untuk mencapai efektivitasnya.
Maka dari itulah, tidak keliru bilamana cara-cara mendidik manusia hanya berlangsung secara daring (dalam jaringan online) masih dipertanyakan ke-efektifannya.Â
Atau dengan kata lain cara-cara penggunaan teknologi komunikasi yang memang harus diakui dapat berlangsung efisen namun kenyataannya tidak selalu efektif.
Komunikasi tatap muka dalam konteks ini masih diperlukan, bahkan masih penting mengingat kelebihan-kelebihannya yaitu: penyampaian pesan antara komunikator dan komunikan berjalan secara langsung, respons atau umpanbalik (feedback) dapat diketahui segera, penyampai pesan dapat memahami secara utuh terhadap komunikan karena komunikasi verbal dan nonverbal berlangsung bersamaan.
Di samping itu, komunikasi tatap muka juga memberikan nilai tambah seperti memberi peluang untuk membangun interaksi sosial bagi setiap peserta komunikasi. Artinya, siapa saja yang terlibat dalam komunikasi memiliki rasa kepedulian dan keterbukaan, saling berbagi wawasan.
Berkomunikasi tatap muka akan membangun relasi baru lebih erat sehingga pertemuan secara fisik langsung bertatap muka akan memberikan energi baru dan menggugah manusia terus bertumbuh dan berkembang mengasah kemampuannya.
Itulah beberapa kelebihan komunikasi tatap muka, disamping kelemahannya karena tidak bisa sekaligus menjangkau khalayak luas, dan memang tidak efisien.Â
Karenanya pula, walaupun dalam era kekinian (modern) komunikasi tatap muka dapat dibiliang masih bersifat primitif, bukan berarti relasi antarmanusia sebagai makhluk sosial harus serta merta dipinggirkan atas nama kemajuan teknologi.
Mudahan pandemi Covid-19 segera berakhir, proses pembelajaran kembali berlangsung secara tatap muka sehingga  biarpun terkesan tidak efisien namun lebih efektif dibandingkan proses pembelajaran lewat media/dalam jaringan (daring) yang terkesan lebih efisien namun belum tentu atau tidak selalu efektif.
JM (20-9-2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H