Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berkomunikasi dengan Diri Sendiri, Mungkinkah?

5 September 2021   11:34 Diperbarui: 13 September 2021   07:40 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari kompas.com

Sepintas membaca judul tulisan ini, tentu tak salah bila ada yang merasakan aneh atau bertanya dan menganggap bahwa berkomunikasi koq dengan diri sendiri? Emangnya edan?!

Lah omong-omong (berkomunikasi) sendiri, koq malah dijawab sendiri pula? Sudah sutresskah?

Nah, kalau itu dilakukan di sepanjang jalan, sambil ngomel tak karuan ngalor-ngidul maka yang seperti ini memang pantas diperiksakan ke ahli penyakit jiwa.

Namun dalam tulisan ini, berkomunikasi dengan diri sendiri benar-benar dilakukan secara sadar (conscious), bahkan orang lain tidak terlibat langsung dalam proses komunikasi tersebut. 

Dikarenakan hanya pikiran dan hati yang bekerja sehingga setiap personal yang melakukan akan bisa memetik manfaatnya.

Kebanyakan di antara kita terlanjur atau sering diajarkan bahwa pengertian komunikasi hanya dimaksudkan sebagai proses penyampaian informasi berupa pesan, gagasan/ide dari seseorang kepada orang lain. Itupun tidak bisa disalahkan, karena memang secara umum diajarkan di mana-mana.

Namun demikian ada kalanya kita sesekali perlu belajar menjadi orang yang tidak umum -- tetapi memberikan nilai tambah terutama sebagai bekal ketika melangsungkan kegiatan dalam menapak berbagai kehidupan.

Yah kembali pada judul tulisan: berkomunikasi dengan diri sendiri, mungkinkah? Jawabnya, tentu sangat mungkin! Dan bisa dilakukan oleh semua orang, siapa saja terutama bagi yang mau dan mampu menerapkannya.

Bagi mereka yang pernah mendalami seluk beluk komunikasi, tulisan ini telah menjadikan 'makanan sehari-hari' sehingga dalam setiap aktivitas bertransaksi informasi maupun berkomunikasi akan selalu cermat mempertimbangkan dampak yang akan terjadi.

Di samping itu, melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri akan menjadikan seseorang semakin dewasa dalam bersikap atau berperilaku.

Perlu dicatat, bahwa dewasa dalam konteks ini bukan diukur dari berapa umur seseorang, Lur! Tetapi lebih pada perbuatan atau tingkah-polah ketika berinteraksi dengan pihak lain.

Sangat bisa jadi, seseorang telah berumur 40 tahun lebih- namun sikap atau perilakunya masih kekanak-kanakan, penuh emosi, egonya menggebu, ambisius, suka cari perhatian, ingin menonjolkan diri, cenderung meremehkan atau kurang berempati dengan orang lain, de el el.

Sebaliknya, penulis sangat salut dan penuh apresiasi, tabik terhadap mereka yang masih berumur di bawah 40 tahun- namun sudah dewasa dalam bersikap/berperilaku. Inilah yang sangat diharapkan ketika kita membincang sumberdaya manusia untuk menatap masa depan.

Maka dari itu, di era global ditandai kepesatan bidang teknologi disusul membanjirnya arus informasi selayaknya dibarengi kualitas konten sehingga banyak memberikan benefit maupun nilai tambah dalam berinteraksi sosial menyangkut berbagai bidang kehidupan.

Salah satu langkah untuk menunjang (to support) tercapainya tujuan tersebut, dan mengingat komunikasi selalu berlangsung dalam berbagai konteks maupun situasi maka pemahaman tentang komunikasi menjadi layak disimak bersama.

Seperti lazimnya, kita mengenal beberapa bentuk komunikasi, di antaranya komunikasi antarpribadi atau antarpersonal (interpersonal communicarion), komunikasi kelompok (group ommunication), komunikasi organisasi (organization communication), komunikasi massa (mass communication).

Ada satu lagi bentuk komunikasi yang tak kalah pentingnya untuk disimak dan dipahami, yaitu komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication), biasanya komunikasi ini diposisikan sebagai langkah awal atau bekal ketika seseorang hendak melakukan komunikasi dalam berbagai bentuk berikut medianya.

Nah, komunikasi intrapersonal inilah yang dimaksud dalam judul artikel di atas, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Komunikator dan komunikannya menyatu dalam diri seseorang yang melakukannya.

Dalam kata lain, melalui kuantitas dan kualitas energi maupun pengetahuan yang dimiliki, mempunyai kemampuan untuk mengolah informasi/data melalui proses pelacakan terhadap peristiwa atau pengalaman yang pernah terjadi. Hingga membuahkan persepsi, selanjutnya memeroleh pemikiran terhadap realitas dan menuntun seseorang untuk bersikap atau berperilaku lebih bermakna.

Berkomunikasi dengan diri sendiri (komunikasi intrapersonal) ini merupakan proses mental yang memang tidak kasat mata, tujuannya antara lain mengajak seseorang untuk selalu berpikir, bernalar, berkemampuan menelaah, dan merenungkan untuk setiap langkah yang akan diambil/dilakukan.

Termasuk ketika kita melancarkan komunikasi, kenapa tidak efektif, tidak mendapat respons atau tanggapan positif dari khalayak - kiranya proses komunikasi intrapersonal ini layak menjadikan salah satu langkah terapinya.

Melalui komunikasi intrapersonal atau berkomunikasi dengan diri sendiri ini sama halnya kita belajar introspeksi, rendah hati, evaluasi diri, bahkan berfungsi sebagai self censorship, self awareness, manakala kita hendak melakukan komunikasi dengan orang/pihak lain.

Mirip atau senada dengan kalimat bijak dalam bahasa Jawa yang menyebutkan: "ojo  rumongso biso, nanging biso rumongso" atau terjemahan bebasnya: jangan merasa paling bisa/paling hebat, tetapi  bisalah merasakan (menempatkan atau tau diri).

Untuk membangun perilaku tersebut tentunya dapat dilakukan melalui komunikasi dengan dirinya sendiri. Sama halnya dengan merenung, mengevaluasi diri, meresolusi diri sehingga akan membuahkan sikap/perilaku atau tindakan yang lebih bijak dan bermakna di kemudian hari.

Dalam konteks kekinian, setidaknya di tengah percaturan dunia virtual - akan membiasakan kita untuk tidak gegabah mengumbar konten yang hanya mengundang kegaduhan dan kontraproduktif.

Salam hangat kompasiana, dan biasakan: think before click!

JM (5-9-2021).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun