Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peduli Covid-19, Berkontribusi Nyata Menebar Kebaikan

16 Mei 2020   16:48 Diperbarui: 16 Mei 2020   21:18 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh pelosok negeri hingga kini belum mereda. Pemerimtah pusat mupun pemerintah di daerah dan masyarakat setempat semuanya terfokus menghadapi ancaman wabah tak terduga yang telah merenggut banyak korban jiwa.

Merebaknya wabah ini barang tentu berimbas terhadap segala lini kehidupan, sehingga menggugah semua pihak untuk bergerak melakukan penanganan sesuai tugas dan fungsinya.

Pemerintah telah berupaya optimal mengeluarkan kebijkan dan membentuk tim khusus Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dikoordinir BNPB bekerjasama dengan seluruh pemerintah daerah dan segenap pemangku kepentingan.

Melalui laman resmi https://covid19.go.id/ semua informasi berbagai aspek yang berkaitan pandemi Covid-19, termasuk interaksi berupa tanya-jawab tersedia.

Mengacu protokol kesehatan untuk cegah penularan atau sebaran virus di antaranya physical distancing hingga diberlakukan PSBB di beberapa wilayah pastinya telah pula membawa berbagai implikasi dan dampak.

Seperti halnya (untuk sementara waktu) tinggal di rumah saja, belajar/bekerja dari rumah, keluar rumah hanya kalau memang mendesak, semuanya ini sesungguhnya merupakan pembatasan aktivitas luar rumah dan akses kerja rutin yang sudah berlangsung sejak dulu.

Dampak lain tak kalah penting dicermati atas ketentuan menjaga jarak fisik atau menghindari kerumunan -- tidak sedikit berberapa organisasi/perusahaan terutama di kalangan swasta menghentikan usahanya, karyawan diliburkan, bahkan sampai terjadi PHK.

Nah, dampak terakhir ini perlu mendapat perhatian. Kondisi perekonomian terutama penghasilan rakyat lapisan bawah/ekonomi keluarga cenderung menurun, pemenuhan kebutuhan menjadi terbatas, dan diperkirakan berlangsung lama hingga wabah Covid-19 dinyatakan aman.

Pemerintah dalam hal ini tidak tinggal diam, menurunnya kondisi ekonomi keluarga segera direspons. Sejak Maret lalu, penerimaan program PKH dipercepat, program sembako (Rp 200 ribu per-bulan) berlaku mulai Maret s/d Desember, program kartu prakerja, diskon tariff listrik 450 VA dan 900 VA Subsidi berlaku April-Juni.

Bantuan lain berupa stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu penundaan angsuran dan pembebasan bunga selama 6 bulan. Bansos khusus untuk warga DKI Jakarta dan warga Bodetabek berupa sembako senilai Rp 600.000 per bulan selama tiga bulan.

Di samping itu, ada juga bansos dan pelatihan untuk pengemudi taksi, sopir bus, truk hingga kernet (Rp 600.000 per-bulan) selama tiga bulan, dan bansos dana desa yang ditujukan untuk 10 juta keluarga dengan besaran Rp 600.000 per-keluarga selama tiga bulan.

Menebar kebaikan saat pandemi

Sekilas menyimak suasana, begitu mendengar yang namanya bantuan, sontak hampir berbagai kalangan menaruh perhatian. Sejak dulu, di masa-masa terjadi bencana termasuk pandemi Covid-19 kali ini mereka yang "kehilangan" penghasilan wajarlah dibantu.

Namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang sejatinya sudah cukup dalam ekonomi keluarga ikutan nimbrung untuk mendapatkannya, apalagi bantuan gratisan.

Tidak tersedianya data valid dan data dinamis tentang siapa yang layak dibantu menjadi faktor utama sebagai penyebabnya (di samping penyebab lain) sehingga seringkali muncul istilah 'salah sasaran' yang selalu diributkan setiap kali program bantuan bidang apapun mengucur dari pemerintah.

Tak habis pikir, atau mungkin tak perlu memasalahkan ribut-ribut soal bantuan di saat pandemi dan memang berdampak melemahnya kehidupan sosial-ekonomi yang dirasakan semua orang.

Betapa tidak, kepedulian terhadap sesama ternyata masih tumbuh dan ditemui di tengah kehidupan kita. Di Sleman (DIY) atau tepatnya di Rejodani, Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, warga setempat sejak pertengahan April lalu punya cara tersendiri untuk menunjukkan solidaritas di masa pandemi Covid-19.

Menurut salah satu inisiator, Setyawati Aris Margono, warga setempat secara swadaya membuat lumbung sembako berisikan berbagai bahan pokok: beras, minyak goreng, bumbu dapur, sayuran, telur, tempe, mie instan, dan ayam potong (lihat gambar/foto di atas).

Di bagian bawah lumbung yang terbuat dari papan itu terpasang tulisan berbunyi 'Silakan Ambil Seperlunya, Gratis.' Ditambahkan pula, 'siapapun dari mana saja boleh ambil apa saja dan berapa saja, nanti langsung ditambah lagi di lumbung sembakonya.'  Baca di sini: krjogja.com

Belum lama berselang (8/5), viral disampaikan lewat berbagai media bahwa juru pangkas rambut, Anjar Saptra, pria asal Kebumen, Jawa Tengah ikut berkontribusi nyata dalam penanganan Covid-19.

Walau bantuan yang ia berikan bukanlah bersifat medis atau bentuk materi namun keterampilan di bidang jasa potong rambut gratis bagi warga terdampak pandemi -- telah pula sangat meringankan beban sekaligus bermanfaat langsung bagi warga sekitar yang membutuhkan. Selengkapnya, di sini: kompas.tv

Demikian halnya, inisiatif muncul dari kelompok tani Desa Kanrapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (14/5) telah menyumbangkan sayuran segar untuk membantu dapur umum yang dikelola TNI-Polri.

Sejumlah 20 kantong sayuran seperti kol, cabai, sawi, daun bawang, kentang, dan sayuran segar lainnya disumbangkan untuk membantu dapur umum yang menyediakan makanan siap saji untuk warga terdampak selama pandemi Covid-19. Selanjutnya, baca ini: kompas.tv

Kepedulian sosial ternyata juga ditemui di sejumlah tempat, pemberian bantuan berupa nasi bungkus gratis dilakukan pula seperti di Bandung, Bogor, maupun lokasi lain, baik dilakukan komunitas maupun lembaga-lembaga yang peduli terhadap warga terdampak pandemi Covid-19.

Solidaritas antarsesama yang terbangun atas kesadaran masyarakat tersebut pastinya patut diapresiasi. Sikap tanggap dan menolong atas inisiatif mandiri, untuk memenuhi kepentingan dalam wadah kebersamaan merupakan modal sosial yang masih melekat dalam kehidupan kita.

Di tengah pandemi berlangsung, kontribusi nyata menebar kebaikan seperti dicontohkan di atas merupakan bukti bahwa persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa akan memperkokoh keberadaan suatu bangsa.

Btw, sudah saatnya kita tunjukkan kesetiakawanan sosial daripada berkutat pada silang pendapat tak berkesudahan yang hanya menguras energi tanpa memberikan solusi. Sudah saatnya pula kita tinggalkan NATO (No Action, Talk Only). Demikian harapannya.

JM (16-5-2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun