Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menghidupkan Kolom Komentar di Ruang Publik Virtual

10 April 2018   22:22 Diperbarui: 10 April 2018   22:34 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nah, persoalan atau masalahnya sekarang tidak lain yaitu sejauhmana respons yang telah berlangsung dalam ruang publik virtual, termasuk di Kompasiana?

Tentunya tidak elok bilamana dalam membahas sesuatu tanpa cermatan sebagai bahan analisis yang dikemukakan.   Sebab itu, berdasarkan pengalaman penulis berpartisipasi aktif secara acak selama beberapa bulan terakhir dan ikutan memberi vote/penilaian serta ikut berkomentar setelah membaca karya-karya tulis dalam lingkup ruang publik Kompasiana -- ditemui bahwa respons (terutama komentar) dari para pembaca yang budiman cenderung belum optimal.  Namun untuk vote/penilaian lumayanlah, hampir semua kolom yang tersedia dimanfaatkan.

Barang tentu banyak faktor penyebabnya mengapa kolom komentar menjadi kurang optimal difungsikan.  Sangat boleh jadi di antaranya dikarenakan topik tulisan/artikel yang berhasil ditayangkan kurang menggugah, kurang memenuhi kepentingan umum/tuntutan masyarakat, minim nilai proksimitas, dan faktor subyektivitas lainnya.

Dilihat dari sisi sumber informasinya, mungkin si penulis tergolong orang super sibuk sehingga komentar tak berbalas, interaksi sosialpun mandeg. Bahkan pula ada penulis yang mungkin berkarakter "cuek bebek"  mau tulisan direspons atau tidakpun tak masalah.

By the way, yang penting nulis, karyanya sudah terpublikasikan, aktualisasi diri, aspirasi maupun uneg-unegnya tersalurkan dan respons yang muncul tak dianggap perlu, apalagi dibalas, show must go on!

Sedangkan dari sisi pembaca, bisa jadi kemampuan memaknai sebuah tulisan/artikel yang tidak sama, bisa juga mengalami "gagal paham" sehingga tidak punya "amunisi" atau kurang berani/takut untuk memberikan respons atas karya tulis yang telah dibacanya. 

Hal ini terlihat dari tulisan/artikel-artikel yang sesungguhnya cukup berbobot malahan cenderung minim mendapatkan komentar, ibarat patung yang berada di tengah keramaian -- hanya dilirik tanpa mendapat perhatian apalagi diapresiasi pengunjung. Kalaupun jumlah view-nya banyak, sangat mungkin tulisannya dikonsumsi oleh  mereka (netizen) di luaran sana alias yang bukan kompasianer.  

Kehadiran Kompasiana yang kini terus bertransformasi seiring perkembangan teknologi informasi  sesungguhnya telah memberi kenyamanan dan kemudahan kepada kita semua untuk layanan konektivitas, bertransaksi informasi, berinteraksi bahkan memungkinkan kita untuk berkolaborasi sekaligus  membangun dinamika sosial mencapai masa depan yang semakin baik.

Dan saya pun sebagai salah satu kompasianer tentunya patut untuk mengucapkan terimakasih atas penyediaan ruang publik virtual selama ini.

Menjadi perlu untuk diketahui, bahwa berkontribusi melalui cara menyumbangkan tulisan di Kompasiana sama halnya dengan kita sudah masuk dalam kegiatan berkomunikasi antarsesama. Berkomunikasi secara utuh/lengkap bilamana topik yang disampaikan telah mengundang respons (feedback) untuk mencapai pengertian yang sama, syukur bisa mendorong pengayaan wawasan antarkompasianer.

Memang komentar dalam hal ini tidak "diharuskan" namun akan lebih afdol bilamana proses komunikasi  dilengkapi unsur berupa respons para pembaca sehingga berlangsung interaksi sosial yang selanjutnya akan menumbuhkan  perkembangan walaupun dalam artian sebatas kognitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun