Jalan-jalan di wilayah Kabupaten Bantul kita akan menemui sebuah kecamatan yang letaknya berada di sisi barat laut yaitu Kecamatan Sedayu. Dari Kota Yogyakarta berjarak 12 km ke arah barat lewat jalan raya atau 20 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Bantul.
Kecamatan Sedayu mempunyai bentangan wilayah bervariasi. Di sisi utara berdataran rendah, sisi selatan berbukit dan bergunung yang bentangannya bergelombang. Kecamatan ini terdiri atas 4 (empat) desa antara lain: Desa Argomulyo, Desa Argosari, Desa Argorejo, dan Desa Argodadi. Mata pencaharian penduduk sebagian besar di bidang pertanian, disusul buruh, karyawan/pekerja swasta dan lainnya.
Sejalan berlakunya era global, ditandai geliat ekonomi pasar bebas dan bisnis maupun perdagangan/industri, kawasan ini nampak terus berbenah, berkembang dan berubah dibandingkan masa sebelumnya. Kanan-kiri jalan utama yang melintasi wilayah Sedayu, siang terlihat tak pernah sepi, malampun gemerlap seiring meningkatnya aktivitas kawasan setempat.
Beberapa pabrik dan industri kini juga ditemui merambah ke kawasan selatan. Disusul tumbuhnya permukiman baru/perumahan atau hunian baru di beberapa lokasi seolah gayung bersambut saling melengkapi sejak berdirinya Universitas Mercu Buwana dan berbagai usaha di sektor jasa lainnya.
Seperti disebutkan, siang maupun malam kawasan ini tak pernah sepi, terutama di kawasan Sedayu bagian utara karena letaknya yang cukup strategis bagi pengembangan usaha, dilalui lalu lalang kendaraan melintas di jalan raya provinsi (Yogyakarta -- Wates) mulai Km.10 hingga Km.15.
Dalam potret kekinian, yang pasti jika anda memasuki Kecamatan Sedayu menampakkan perubahan cukup signifikan terjadi selama dasa warsa belakangan. Wilayah seputaran jalan utama cenderung dapat disebut daerah sub-urban, tidak sedikit para pendatang dan pemodal memilih lokasi ini untuk mengembangkan sayap usahanya, berdampingan dengan usaha-usaha yang sudah ada jauh sebelumnya.
Masuknya usaha-usaha pendatang baru (pengembangan usaha) di kawasan strategis Sedayu barang tentu semakin menambah maraknya atmosfir perekonomian dan bisnis setempat. Kini khalayak konsumen dihadapkan pada banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hadirnya beberapa perusahaan waralaba (franchise) yang menyediakan kebutuhan pokok/rumah tangga, perusahaan jasa hingga bisnis kuliner tinggal pilih mana yang disuka.
Teknologi informasi dan transportasi serta infrastruktur pendukung yang tersedia semakin mendorong dinamika perekonomian dan bisnis di kawasan ini. Proses transaksi barang/jasa dan pelayanan yang semakin mudah, nyaman, efisien ikut menandakan bahwa Sedayu tidak lagi seperti yang dulu. Inilah mungkin yang disebut-sebut oleh kebanyakan orang sebagai modernisasi dalam bungkus globalisasi.
Dari waktu ke waktu seiring proses perkembangan ditandai penetrasi usaha dibawah payung pasar bebasnya - secara lambat laun mulai dipahami dan mungkin pula disadari bahwa dinamika ekonomi dan bisnis serta mengingat tiadanya pembatasan terhadap pemilikan usaha individu maka dampaknya pun bisa dipahami oleh sebagian kalangan.
Adalah beliau, Camat Sedayu, Fauzan Mu'arifin ikut merasakan begitu gencarnya penetrasi pasar atas pengembangan sayap liberalisasi perekonomian yang terus melakukan tekanan terhadap kegiatan ekonomi dan bisnis konvensional. Ditengarai beberapa warung usaha, toko kelontong dan usaha kecil/menengah milik warga setempat secara berangsur tidak mampu bersaing dan cenderung mengalami kebangkrutan.
Gejala tersebut menggugah orang nomer satu di Kecamatan Sedayu ini lantas bersikap untuk mencermati lebih jauh dan mencoba mencarikan solusi sebagai antisipasi dengan harapan warga setempat yang menjalankan bisnis/usaha kecil/menengah tidak semakin terpuruk.
Hal ini selanjutnya membuahkan konsep "Jajan Tonggo Nglarisi Konco" disingkat Jagoriko atau dalam terjemahan bebasnya: membeli apa-apa (barang/produk) yang dijajakan tetangga sekaligus supaya dagangan/usaha milik teman/saudara kita laris terjual.
Ketika berwawancara dengan penulis (26/1/2018) lalu, Pak Fauzan menyebutkan bahwa upaya untuk mencegah dampak lebih jauh atas perkembangan perekonomian di wilayahnya diharapkan konsep yang tertuang dalam kalimat "Jajan Tonggo Nglarisi Konco"bisa juga diartikan lebih luas, menyakup wilayah tetangga kecamatan, wilayah kabupaten Bantul, DIY dan pada ujung-ujungnya imbauan ini juga dapat diartikan bahwa kita perlu memilih, membeli dan menggunakan produk dalam negeri di tengah membanjirnya produk/usaha luar yang terus merasuk memasuki wilayah Indonesia.
Konsep atau lebih tepatnya sebagai imbauan yang sudah disosialisasikan dan dikenalkan dalam lingkup lokal tersebut mengharapkan khususnya kepada warga Sedayu dan sekitar seyogyanya membelanjakan uang untuk membeli barang/produk yang dijajakan oleh tetangga, teman, atau saudara/kerabat dekat daripada uang dibelanjakan untuk memberi keuntungan orang lain di luar lingkungan kita.
Anjuran atau imbauan yang cukup empatik ini tentunya patut diapresiasi. Setidaknya akan berjalan seperti diharapkan bilamana terbentuk kesadaran kolektif warga setempat. Harapannya, usaha-usaha lokal yang dirintis sejak semula oleh warga sekitar tetap berjalan (tidak bangkrut) di tengah persaingan pasar global yang semakin ketat seperti sekarang.
Hanya saja menurut penulis, ada catatan kecil yang perlu dicernati bersama untuk menyukseskan anjuran atau imbauan tersebut. Layak diketahui bahwa watak liberalisme yang kini tumbuh di dalam sistem demokrasi di Indonesia semakin mendorong terbentuknya kapitalisme yang sama-sama memiliki dasar pijakan atas nama kebebasan.
Liberalisme ekonomi yang menghendaki kebebasan ditandai ekonomi pasar, mendukung kebebasan private enterprise,menolak pembatasan, jika tidak diantisipasi sejak awal akan semakin ekstrem bergerak menuju negara berkembang (termasuk Indonesia) seiring semakin derasnya arus perdagangan dan modal. Nah, penguatan institusi ekonomi dan politik di negeri ini (yang bisa melindungi rakyat) menjadi penting - bilamana perekonomian, industri, perdagangan kita tidak ingin selalu dijajah pihak luar/asing.
JM (9-2-2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H