Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Konsep "Jajan Tonggo Nglarisi Konco", Buah dari Pengembangan Usaha di Sedayu

9 Februari 2018   13:30 Diperbarui: 9 Februari 2018   13:41 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini selanjutnya membuahkan konsep "Jajan Tonggo Nglarisi Konco" disingkat Jagoriko atau dalam terjemahan bebasnya: membeli apa-apa (barang/produk) yang dijajakan tetangga sekaligus supaya dagangan/usaha milik teman/saudara kita laris terjual.

Ketika berwawancara dengan penulis (26/1/2018) lalu, Pak Fauzan menyebutkan bahwa upaya untuk mencegah dampak lebih jauh atas perkembangan perekonomian di wilayahnya diharapkan konsep yang tertuang dalam kalimat "Jajan Tonggo Nglarisi Konco"bisa juga diartikan lebih luas, menyakup wilayah tetangga kecamatan, wilayah kabupaten Bantul, DIY dan pada ujung-ujungnya imbauan ini juga dapat diartikan bahwa kita perlu memilih, membeli dan menggunakan produk dalam negeri di tengah membanjirnya produk/usaha luar yang terus merasuk memasuki wilayah Indonesia.

Konsep atau lebih tepatnya sebagai imbauan yang sudah disosialisasikan dan dikenalkan dalam lingkup lokal tersebut mengharapkan khususnya kepada warga Sedayu dan sekitar seyogyanya membelanjakan uang untuk membeli barang/produk yang dijajakan oleh tetangga, teman, atau saudara/kerabat dekat daripada uang dibelanjakan untuk memberi keuntungan orang lain di luar lingkungan kita.

Anjuran atau imbauan yang cukup empatik ini tentunya patut diapresiasi. Setidaknya akan berjalan seperti diharapkan bilamana terbentuk kesadaran kolektif warga setempat. Harapannya, usaha-usaha lokal yang dirintis sejak semula oleh warga sekitar tetap berjalan (tidak bangkrut) di tengah persaingan pasar global yang semakin ketat seperti sekarang.

Hanya saja menurut penulis, ada catatan kecil yang perlu dicernati bersama untuk menyukseskan anjuran atau imbauan tersebut. Layak diketahui bahwa watak liberalisme yang kini tumbuh di dalam sistem demokrasi di Indonesia semakin mendorong terbentuknya kapitalisme yang sama-sama memiliki dasar pijakan atas nama kebebasan.

Liberalisme ekonomi yang menghendaki kebebasan ditandai ekonomi pasar, mendukung kebebasan private enterprise,menolak pembatasan, jika tidak diantisipasi sejak awal akan semakin ekstrem bergerak menuju negara berkembang (termasuk Indonesia) seiring semakin derasnya arus perdagangan dan modal. Nah, penguatan institusi ekonomi dan politik di negeri ini (yang bisa melindungi rakyat) menjadi penting - bilamana perekonomian, industri, perdagangan kita tidak ingin selalu dijajah pihak luar/asing.

JM (9-2-2018).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun