Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selintas Menjelajahi Pulau Bali Bagian Utara

15 Juli 2011   15:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:39 1890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pendapat (yang masih perlu diuji kebenarannya) menyebutkan bahwa jika anda belum mengunjungi DKI Jakarta, Daerah IstimewaYogyakarta (DIY), dan Bali maka belumlah lengkap mengunjungi Indonesia. Kunjungan ke Jakarta dan ke Yogyakarta atau kawasan sekitar sudah banyak disorot dan dikupas setengah tuntas tas...tas... tas, karena masih banyak yang layak ditelaah lanjut seiring dinamikanya.

Ketika kita ke Bali (Pulau Dewata), kebanyakan para pengunjung dari Pulau Jawa (jalur darat)  langsung menuju wilayah provinsi Bali bagian Barat – menyusuri jalur Selatan mulai Kabupaten Jembrana (Negara), Tabanan, Kabupaten Badung dan daerah sekitar (Kuta, Legian), Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Bangli (Danau Batur), Klungkung, hingga Pelabuhan Padangbai.

Sedikit berbeda jika menjelajahi Pulau Bali di bagian Utara, suatu kawasan yang hampir seluruhnya menjadi “milik” Kabupaten Buleleng dengan pusat kotanya di Singaraja. Kota ini merupakan kota kedua terbesar di Bali setelah kota Denpasar, dengan menyisakan beberapa bangunan sejarah seperti Pelabuhan Lama (yang kini sedang renovasi) serta bangunan di sekitarnya.

[caption id="attachment_123020" align="aligncenter" width="300" caption="Patung di pertigaan Jl.Udayana, Jl.Pahlawan, dan Jl.Jend Soedirman di Singaraja"][/caption] Kota yang terkesan berwibawa dengan keagungan bangunan religi (pura) serta masyarakatnya yang suka ramah dan familier, minimal dalam hal pelayanan kepada pendatang (yang baik-baik seperti diriku, he-he…) seolah membawaku berada di lingkungan atau komunitas sendiri.

Kabupaten Buleleng dapat dibilang sebagai daerah terluas dibandingkabupaten lain yang ada di Bali. Memiliki luas 1.365,88 Km2 atau 24,25% dari luas Pulau Bali. Terletak di antara 114 0 25’ 55” BT - 1150 27’ 28” BT dan 80 03’ 40” LS - 80 23’ 00” LS . Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng 575.038 jiwa, terdiri penduduk perkotaan (124.898 jiwa), sedangkan penduduk perdesaan berjumlah 450.140 jiwa.

1310780028190200952
1310780028190200952

Lokasi Kabupaten Buleleng memanjang dari arah barat yaitu Kecamatan Grogak, Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada, Kecamatan Buleleng (Kota Singaraja), Sawan, Kubutambahan, hingga ujung timur berada Kecamatan Tejakula, yang berbatasan dengan Kabupaten Karangasem. Menyusuri wilayah kabupaten terluas di Bali inilumayan memakan waktu relatif lama. Jalanan utama di jalur utara cukup berliku, di sebelah utara terlihat pemandangan laut, sedangkan di sisi selatan terdiri daerah perbukitan dan lereng-lereng pegunungan.

Mengunjungi Buleleng belum lengkap kalau tak mampir dan menikmati suasana Lovina, sebuah lokasi wisata pantai dengan panoramanya yang menawan, dilengkapi tontonan dolphin di tengah laut serta olahraga menyelam, snorkeling, berenang, memancing, berlayar, mendayungbagi penggemarnya. Di lokasi ini juga ditemui beberapa hotel, dari yang berkelas bintang sampai kelas melati dengan room-rate bervariasi, villa, bungalow, tinggal pilih sesuai selera.

[caption id="attachment_123021" align="aligncenter" width="300" caption="Pura Ponjok Batu, di Tejakula, Buleleng"]

1310772754751847199
1310772754751847199
[/caption]

Tempat-tempat wisata lainnya seperti wisata alam Air Panas Banjar, Air Terjun Gitgit dan Singsing, Danau Buyan dan Tamblingan. Ditemui pula Brahmavihara Arama, Pura Beji, Pura Dalem Melanting, Pura Menjangan, Pura Ponjok Batu, dan Pura Pulaki. Di samping itu ada patung/monumen bernilai seni-budaya seperti Monumen Perjuangan Bhuwana Kerta, Monumen Tri Yudha Sakti, Monumen Wira Bhuwana, Monumen Yudha Mandala Tama, Patung Sapi Gerumbungan, Tugu Catus Pata, dan Tugu Singa Ambara Raja.

Dari selintas menjelajahi beberapa kawasan Buleleng, terutama di Kota Singaraja jika kita menyusuri jalan raya A.Yani dari arah barat mentok ke timur – kemudian belok kiri ke Jalan Diponegoro maka di sinilah sering terjadi kemacetan lalulintas, kendaraan padat merayap. Nah, di tengah kemacetan diriku menyoba melihat arah kanan atas seputaran lokasi Pasar Anyar terpampanglah tulisan berhuruf besar: MARI BERSAMA MENJAGA AJEG BULELENG. Ini yang sempat melekat dalam benak-ku sebagai bahan menarik untuk dipahami maknanya.

[caption id="attachment_123154" align="aligncenter" width="300" caption="Tulisan Ajeg Buleleng di Pasar Anyar, Singaraja"]

1310812927616690951
1310812927616690951
[/caption] Dalam kesempatan tatap muka tadi siang (15/7) dan berdiskusi dengan tokoh setempat, yaitu BapakKetut Sudarsa dikatakan bahwa Ajeg Buleleng sama halnya dengan Ajeg Bali. 'Ajeg Bali' merupakan semua bentuk kegiatan yang bercita-cita menjaga identitas kebalian orang Bali, yang dibentuk dengan cara mengartikulasikan Bali sebagai konsep kebudayaan, yang dimaknai sebagai adat dan agama leluhur. Hanya saja untuk ‘Ajeg Buleleng’ ini menurut Pak Ketut Sudarsa - ditambahkan penekannanya selain kebudayaan leluhur – juga pada segi keamanannya.

Sejak diriku menjelajahi wilayah Kabupaten Buleleng, kebetulan bisa berkenalan dengan sejumlah pihak yang sekaligus dengan tulus membantuku sehingga proses awal perjalanan melakukan tugas pengumpulan data (penelitian) di lokasi ini berlangsung lancar, aman dan memuaskan. Dua orang sahabat baruku bernama Mas Putu dan Mas Gede Susena selalu mendampingiku di lapangan. Namun untuk kegiatan besok, nampaknya kita perlu instirahat mengingat puncak Hari Raya Kuningan (16/7) sehingga diriku pun harus bisa memahami sebagaimana disebut dalam ‘Ajeg Bali dan ‘Ajeg Buleleng’ sekaligus menghormati masyarakat Bali yang sebagian besar sedang merayakannya dalam upacara adat setempat.

[caption id="attachment_123253" align="aligncenter" width="300" caption="Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan"]

13108605402052205471
13108605402052205471
[/caption] Terimakasih Mas Putu, Mas Gede Susena, dan tidak ketinggalan terimakasihku kepada Pak Ketut Sudarsa yang selama ini menjadi narasumber selama diriku berada di Kabupaten Buleleng. Juga tak lupa kepada masyarakat Bali semuanya ku-ucapkan Selamat Merayakan Hari Raya Galungan (6/7) dan Hari Raya Kuningan yang puncaknya berlangsung Sabtu, 16 Juli 2011. Sukses untuk kebaikan, dan selalu bersih dalam menjalani segala aktivitas di mana pun.* JM(15-7-2011).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun