Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri Wilayah Gunungpati, Kota Semarang

30 Juni 2011   16:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:02 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunungpati sebagai salah satu kecamatan dalam lingkup Pemerintah Kota Semarang. Letaknya berada pada arah barat daya sekitar 17 km dari pusat kota Semarang, merupakan wilayah perbukitan dengan ketinggian + 300 meter dari permukaan laut. Kecamatan ini merupakan daerah pengembangan kota yang memiliki luas wilayah 5.399.085 Ha. Jumlah penduduknya mencapai  70.901 jiwa atau 20.605 KK. yang terhimpun dari 89 RW dan 418 RT.

Menurut sejarahnya, wilayah Gunungpati tak bisa dipisahkan dari peperangan antara prajurit Tuban dan Pati. Saat itu, banyak penduduk Pati yang mengungsi demi keselamatan jiwanya. Salah seorang diantaranya adalah Kiai Pati. Dengan mengendarai seekor sapi bernama Pragolapati, dia mengungsi bersama para pengikutnya. Tibalah rombongan ini di sebuah tempat yang dianggapnya aman dan nyaman.

''Daerah ini rasanya cukup aman untuk berlindung,'' kata Kiai Pati, yang diiyakan parapengikutnya. ''Bagaimana kalau kita menetap di daerah ini saja?'' tanya Kiai Pati, yang dijawab ''setuju'' oleh semua pengikutnya. Kemudian Kiai Pati berkata, ''Saudara-saudaraku, saksikanlah, daerah ini saya beri nama Gunungpati. Artinya, daerah bergunung-gunung, dan (digabungkan dengan) nama saya, Kiai Pati.''

Dalam perkembangannya, Gunungpati pernah menjadi sebuah kabupaten tersendiri. Hal itu dapat dibuktikan dari masih adanya dua pohon asam di tengah Alun-alun, sekitar 50 tahun lalu. Bahkan sampai sekarang, kita masih bisa menjumpai Kampung Ngabean, Pasar Kliwonan, Jagalan, dan Kauman di sekitar masjid, serta sebuah penjara bernama Sikrangkreng.

Hingga 1919, Gunungpati masih dipimpin seorang lurah bernama Jafar, yang masih keturunan langsung dari Kiai Pati. Di masa revolusi, Gunungpati adalah wilayah setenan dari asisten wedana wilayah Kawedanan Ungaran. Julukan bagi kepala pemerintahan Gunungpati adalah Pak Seten. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1947, wilayah Gunungpati menjadi bagian integral dari NKRI.

Status Gunungpati kemudian berubah dari kawedanan menjadi kecamatan di Kabupaten Semarang, tetapi pada pertengahan 1980-an diminta bergabung dengan Kota Semarang. Seiring berjalannya waktu dan kejayaan pemerintahan, kemudian Gunungpati dipimpin seorang camat hingga sekarang (kecamatan-gunungpati.com).

Sepintas menyusuri wilayah ini, menunjukkan bahwa pengembangan akan terus berlangsung sesuai RPJP 2010 – 2030 kota Semarang sehingga kelak di kemudian hari kecamatan Gunungpati yang masih nampak alamiah dengan pepohonan rindang dan hawanya yang sejuk akan menjadi wilayah pemekaran kota.

Kini di lokasi tersebut telah berdiri Universitas Negeri Semarang (Unnes), menyusul bangunan perumahan di sekitarnya yang nanti akan terus bertumbuh seiring banyaknya pendatang di sekitar dengan berbagai aktivitasnya. [caption id="attachment_119893" align="aligncenter" width="300" caption="Kampus Unnes di Sekaran, Gunungpati, Semarang"][/caption] Sejalan dengan perkembangannya, di kecamatan Gunungpati ditemui beberapa tempat wisata, baik wisata alam Goa Kreo (di Kelurahan Kandri), juga ada tempat rekreasi Pemancingan Kebon Mulyo (di Kelurahan Mangunsari), wisata kuliner Pemancingan Dewandaru, Ngrembel Asri, disertai dengan permainan anak-anak, kolam renang, flying fox dan lainnya (di Kelurahan Gunungpati). Di lokasi ini terdapat pula peninggalan bersejarah yaitu Makam Pragulapati, seperti telah disebut dalam sejarah berdirinya Kecamatan Gunungpati. [caption id="attachment_120367" align="aligncenter" width="300" caption="keramaian di kelurahan Gunungpati dan pohon asam"]

1309691655542297105
1309691655542297105
[/caption] Sebagai daerah sub-urban, dilihat dari ketersediaan sarana transportasi dan komunikasi, menampakkan bahwa wilayah ini tidaklah terisolir. Jalan-jalan darat dan angkutan umum yang menghubungkan dengan pusat kota Semarang, Ungaran, atau ke arah barat (Kabupaten Kendal) cukup layak dilalui. Demikian halnya akses terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tak ditemui banyak kendala. Untuk akses mobile-phone cukup tinggi, namun untuk akses internet masih terbatas ditemui pada kalangan tertentu. JM (30-6-2011).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun