Berita di Media mengenai perkembangan virus corona di seluruh dunia pada saat ini sudah semakin menjadi - jadi. terhitung setelah kurang lebih 5 bulan dinyatakan menjadi pandemi dunia sudah kurang lebih 15,1 juta orang terpapar virus yang bernama ilmiah Covid-19 ini. Akibat dari masa pandemi ini, mulai berkurangnya interest masyarakat dalam mengunjungi wisata alam dalam negeri, betapa virus ini sudah merubah pola pikir masyarakat. Mereka yang dahulunya senang berkumpul bersama sembari menikmati indahnya pemandangan menjadi parno ketika harus berkumpul bersama dengan kawan - kawan mereka.
Namun, dengan dilonggarkannya peraturan pemerintah dari PSBB menjadi adaptasi kebiasaan baru membuat pikiran liar kami untuk berkelana dan mencari tempat - tempat untuk 'karantina pribadi' muncul kembali. Saya bersama dua sahabat saya, ditambah 2 orang rekan saya berasal dari Sumbawa Besar akhirnya berkeinginan untuk pergi berkelana di tengah pandemi covid-19.
Sebenarnya sih yang paling utama selama melaksanakan perjalanan di tengah covid-19, tetap patuhi protokol kesehatan, selalu menggunakan masker dan hindari kontak langsung dengan orang - orang yang tidak dikenal. serta jangan lupa selalu membawa hand sanitizer di manapun kamu pergi.
.
Tiba di Bandara Internasional Lombok Praya, kami disambut dengan teriknya mentari di pulau seribu mesjid ini. Namun teriknya mentari yang menusuk ke kulit tidak sedikitpun mengurangi semangat kami untuk bertualang.
MENIKMATI SUNSET DI PANTAI SENGGIGI
Setelah kami berkeliling di Kota Mataram, mengunjungi beberapa kantor militer dan pemerintahan di sana. Pada saat senja tiba, kami berlima bersepakat untuk mengunjungi pantai yang menjadi icon Pulau Lombok, 'Pantai Senggigi'.
Pantai Senggigi terletak di pesisir Lombok Barat. Garis pantainya yang panjang membuat setiap orang yang melihatnya akan teringat pada pantai kuta di Bali.Â
Memang kalau dilihat juga, Pantai Senggigi sekarang sudah dikuasai oleh bisnis perhotelan dan resort serta bisnis cafe. Namun keindahan pantai ini pada saat melihat sunset di kala senja tiba, jangan diragukan lagi. Hamparan lautan biru yang memantulkan cahaya jingga dari matahari ditambah megahnya gunung Agung Bali dari kejauhan menambah eksotisme pantai senggigi di kala sunset.Â
Cafe - cafe di sekitaran pantai senggigi banyak yang sudah difasilitasi dengan tempat duduk di pinggiran pantai sehingga pengunjung dapat melihat langsung sunset dengan disuguhi kopi. Tak salah pantai ini sangat direkomendasikan untuk dikunjungi apabila ke Lombok.
SATE REMBIGA : CITA RASA YANG TIADA TARA
Kebanyakan orang yang mengenal lombok hanya karena keindahan alamnya. Namun banyak yang belum tahu kalau Lombok juga merupakan surga wisata kuliner.
Malam itu untuk mengisi perut kami yang mulai lapar, salah satu rekan kami yang berasal dari NTB menyarankan kami untuk merasakan salah satu sate yang katanya paling enak di Kota Mataram. Sedikit tidak percaya dengan saran teman kami ini mengingat banyak juga sate di Pulau Jawa yang enak - enak.Â
Setibanya kami di rumah makan sate rembiga Ibu Sinnaseh, tepatnya di jalan Dr. Wahidin Rembiga. Tempatnya tidak terlalu besar dan tepat pada malam itu juga suasana rumah makan sepi. Di depannya, kami melihat pembuatan sate yang terkesan mirip dengan sate - sate pada umumnya.
Kami memesan 5 porsi sate rembiga, ditambah pelecing kangkung dan es kelapa sebagai pelengkap.Â
Tidak butuh waktu lama untuk pesanan kita sampai. Kami langsung mencicipi pesanan kami.Â
Benar - benar di luar dugaan kami, Sate Rembiga ternyata memang sate yang sangat recommended apabila anda berkunjung ke Kota Mataram. Rasa bumbunya benar - benar meresap sampai ke dagingnya. Berbeda dengan sate lainnya yang menggunakan bumbu kacang yang banyak untuk memberikan rasa, sate rembiga dihidangkan dengan sederhana untuk memberikan rasa yang luar biasa.
MENGALIHKAN LANGKAH KE PULAU SUMBAWA
Provinsi Nusa Tenggara Barat secara geografis terdiri atas dua pulau besar yaitu Lombok dan Sumbawa. Dari Lombok sendiri apabila kita ingin menuju ke Pulau Sumbawa ada beberapa moda transportasi yang bisa kita gunakan, bisa menggunakan jalur udara dari bandara lombok praya menuju bandara di Sumbawa Besar maupun di Bima atau dapat melalui jalur laut dari Pelabuhan Kayangan menuju ke Pelabuhan Poto Tano di Kabupaten Sumbawa Barat.
Setelah menghabiskan waktu di Mataram, saya bersama sahabat saya mulai mengalihkan arah langkah kita ke Pulau yang terkenal dengan susu kuda liarnya ini.Â
Kita memilih jalur laut untuk menuju ke Pulau Sumbawa. Perjalanan pada saat malam hari pun kita lalui, karena seperti informasi yang kita dapat bahwa kapal feri yang melintasi Kayangan - Poto Tano aktif 24 jam.
Setelah melewati kurang lebih 2 jam perjalanan dari Pelabuhan Kayangan akhirnya kita tiba di Pelabuhan Poto Tano sekitar pukul 03.00. Perjalanan pun kita lanjutkan ke arah Taliwang, Ibukota sekaligus pusat perekonomian dari Kabupaten Sumbawa Barat.
Setibanya kami di Taliwang, Perut kami sudah mulai mengeluarkan bunyi pertanda kami sudah mulai lapar. Oleh karena itu, kami pun mencari jajanan setempat yang kira - kira dapat mengganjal isi perut kami yang mulai kosong ini.
Salah satu dari rekan saya menyarankan untuk kita mencicipi salah satu kuliner khas dari Taliwang bernama pelopo.
Di gang kecil di dekat pusat Kota Taliwang, terdapat sebuah rumah tempat dijualnya Pelopo. Tak menunggu waktu lama kami langsung mencicipi olahan yang berbahan dasar susu kerbau ini. Betapa rasa lezatnya pelopo sudah langsung terasa sejak gigitan pertama. Sebenarnya hidangan ini apabila dilihat sekilas mirip dengan jajanan pasar lainnya, namun rasa dari Pelopo ini tidak dapat dipandang sebelah mata.
Rasa dari pelopo ini memang sangat didominasi oleh rasa dari susu kerbau yang terkandung didalamnya. Namun dengan teksturnya yang lembut serta ditambah dengan rasa gula jawa di dalamnya memberikan rasa khas tersendiri dari olahan khas Taliwang ini.
KARANTINA DI PANTAI MALUK
Begitupula dengan kami, akhirnya kami memutuskan untuk pergi kurang lebih 40 km ke arah selatan dari Taliwang menuju Maluk, Sekongkang.Â
Jalan yang berliku, serta jalan yang menanjak maupun menurun pun tak membuat satupun dari kami gentar. Setelah kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari Taliwang menuju ke Sekongkang, akhirnya kami tiba di tujuan kami yaitu resort naia, Maluk.
Resort yang berada di tepat di bibir pantai Maluk ini memiliki lokasi yang cukup jauh dari keramaian sehingga sangat cocok bagi anda yang menyukai keheningan atau Me time (waktu untuk diri sendiri).Â
Kami tiba tepatnya pukul 17.30 ketika sang fajar mulai memancarkan cahaya jingganya di ufuk barat.Â
Dari kejauhan terlihat pemandangan bukit karts yang terlihat berdiri megah yang tampak semakin indah karena cahaya langit senja seakan beradu dengan kontur gunung. Suasana semakin terasa nyaman ketika kita menikmati deburan ombak pantai yang ketika itu sedang surut. Benar - benar definisi karantina yang pas kami rasakan saat itu.
Menghabiskan malam dengan ditemani bunyi suara gitar dan suasana langit ditaburi bintang - bintang seakan menambah lengkapnya hari di Resort Naia, Pantai Maluk.
Pagi ketika air surut adalah waktu yang cocok bagi kami untuk menikmati pantai ini. Garis pantai yang panjang namun kosong, serta air yang jernih semakin menambah semangat kami untuk menikmati pantai ini. Namun bagi kalian yang ingin menikmati pantai ini ketika surut, perhatikan waktu anda apabila akan bermain jauh ke bagian karang yang jauh di depan, karena sewaktu - waktu air bisa kembali pasang.
BERANJAK KE SUMBAWA BESAR
Pulau Sumbawa terdiri atas empat kabupaten dan satu kotamadya yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kotamadya Bima.Â
Untuk Kabupaten Sumbawa Barat sendiri awalnya bergabung dengan Kabupaten Sumbawa. Namun, karena merasa perekonomiannya sudah cukup mampu karena ditunjang oleh pertambangan emas Newmont akhirnya mereka melepaskan diri dan dimekarkan menjadi kabupaten sendiri.
Makanya tak heran mengapa Kota Sumbawa Besar lebih maju dari Taliwang, mungkin karena pembangunannya yang sudah lebih dulu dibandingkan Taliwang yang baru - baru ini berkembang.
Saya bersama sahabat saya menghabiskan perjalanan yang cukup jauh dari sekongkang menuju ke Sumbawa Besar. Kurang lebih 4 jam perjalanan kami habiskan untuk menuju pusat perekonomian dan pemerintahan Kabupaten Sumbawa itu.
setibanya kami di Sumbawa Besar, kami pun berkunjung di rumah dari dua rekan kami yang mengantarkan kami sampai di sini. Kami langsung disuguhi feel keramahannya masyarakat Sumbawa. Kami yang langsung disuguhi olahan khas masyarakat sumbawa yang sebagian besar makanan khasnya berbahan dasar susu.Â
Tak hanya makanan berbahan dasar susu, namun di Sumbawa juga ada makanan olahan ikan bernama Sepat dan Singang. Sepat sendiri kalau di Indonesia Timur biasanya disebut dengan colo - colo. Bahan utama sepat terdiri dari ikan yang dibakar kemudian dimasukan ke dalam kuah asam yang sudah dicampur dengan bahan-bahan tambahan seperti bawang merah, cabai, terong, dan tomat. Untuk menambah cita rasa asam maka ditambah juga asam jawa, belimbing, dan mangga mudah dengan perasan jeruk limau.Â
KARANTINA PART II : PULAU KENAWA
Saya dan sahabat saya sebelumnya sudah mencari cara untuk sampai di Kenawa. Semakin majunya teknologi mempermudah kita untuk mendapatkan informasi, sampai akhirnya kami mendapatkan informasi melalui akun instagram @pulaukenawa_ milik seorang pemuda Poto Tano bernama Jaka, dia bekerja bersama ayahnya Pak Arifin. Keramahan mereka dalam melayani jasa liburan di pulau kenawa sangat membantu kami ketika pergi kesana. Untuk kalian yang hendak berkunjung ke Pulau Kenawa saya rekomendasikan untuk menghubungi akun instagram tersebut.
Dari Poto Tano menuju Kenawa, kami menggunakan speed boat milik pak arifin. Tak butuh waktu lama untuk menyeberang, kurang lebih 15 menit untuk menuju ke sana.
Setibanya kami di Pulau Kenawa, kami langsung disuguhkan lautan biru tosca serta sabana yang terhampar menguning akibat hujan yang sudah lama tak kunjung turun di pulau sumbawa dan sekitarnya.
Yang menjadi daya tarik tersendiri dari Pulau Kenawa adalah bukit yang berada di sebelah Timur pulau Tersebut. Kebanyakan orang yang rela berjalan jauh menuju pulau ini untuk berswa foto di puncak dari bukit tersebut.
Tak butuh waktu lama kami langsung menikmati indahnya pulau kenawa sambil mendokumentasikannya. Tak luput juga kita untuk menikmati indahnya alam bawah laut kenawa yang masih alami.
Kami menikmati malam itu sembari ditemani oleh langit yang penuh bintang - bintang. Terlihat jelas rasi bintang ursa mayor di arah utara yang dahulu sering digunakan oleh para penjelajah benua untuk menjadi penunjuk arah mereka ketika berlayar. Kami menghabiskan malam itu sambil ditemani ikan segar yang dibakar dengan bumbu pedas buatan seorang ibu yang merupakan rekan dari pak Arifin.
Pada saat pagi tiba jangan lupa untuk kembali menuju ke atas bukit, untuk melihat indahnya sunrise. Betapa tempat ini akan sulit untuk dilupakan.
KEMBALI KE LOMBOK : MENIKMATI LEZATNYA AYAM TALIWANG
Siang, sekitar pukul 11.00 WITA kami beranjak meninggalkan Pulau Kenawa dijemput oleh Pak Arifin menuju ke Poto Tano.
Pak Arifin dengan keramahannya mempersilahkan kami untuk sejenak membersihkan diri di rumahnya sambil disuguhi makanan khas Sumbawa berbahan dasar Ubi dan ditaburi kelapa. setelah kami selesai mempersiapkan diri, kami diantar oleh pak arifin berserta anaknya menuju ke pelabuhan Poto Tano untuk berpindah menuju ke Kayangan, Lombok.
Di Lombok, saya sebelumnya sudah menghubungi teman satu kelas saya tinggal di Lombok untuk menginap semalam di rumahnya.
Pada malam harinya kami diantar untuk membeli oleh - oleh khas Lombok, seperti baju kaos lombok, gantungan kunci, makanan khas sana, tak lupa juga saya membawa susu kuda liar dari Sumbawa dan madu asli Sumbawa yang saya dapatkan dari dua rekan saya yang tinggal di Sumbawa Besar.
Setelah itu kami berkesempatan untuk mencicipi makanan khas Lombok yang menurut saya paling terkenal yaitu Ayam Taliwang.
Ayam Taliwang Khas Pak Udin selalu dicari oleh wisatawan yang berkunjung ke daerah Mataram. Walaupun rumah makan ini mungkin terlihat sederhana, tapi soal rasa bisa dibilang juara.Â
Seporsi Ayam ini dibanderol mulai dari Rp28.000, bisa dibilang cukup murah dibanding dengan Ayam Taliwang  lainnya. selain itu juga tersedia plecing kangkung dan lalapan terong yang asam untuk menambah cita rasa.
.
Sebenarnya kami di dalam cerita ini bukanlah seorang traveler atau backpacker. Namun bertualang merupakan bagian dari hidup kami. Banyak hal yang bisa kami pelajari dari perjalanan ini, namun yang terpenting adalah jangan sampai Pandemi Covid-19 ini menjadi penghalang bagi kamu untuk menemukan tempat - tempat baru atau jangan membuat anda takut untuk bertemu dengan orang - orang baru.
"Petualangan bukan hanya tentang menemukan destinasi wisata, tetapi juga tentang menemukan siapa diri kita sebenarnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H