Arkan melihat gue yang masih berada di pintu. Gue bingung, seorang Arkan bisa menangis seperti itu. Gue mendekati Arkan, dan bertanya apa yang terjadi tetapi Arkan tidak menyahut. Gue tidak memaksa Arkan untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Gue duduk tepat di sebelah Arkan.
"Tempat ini adalah tempat yang cocok untuk menangis" gue mencoba untuk perlahan ngomong dengan Arkan agar tidak menyinggung perasaanya.
"Lu kenapa? Lu butuh teman cerita? Ini ada gue. Cerita aja gapapa"
"Gue gapapa, lu pergi aja"
"Dih, kejam amat. Yaudah kalau lu gak mau cerita. Gue mau pergi jajan, lu mau ikut gak?"
"Gak"
"Ih, ayok ada Nathan juga nanti"
"Gue gak mau !"
"Arkan jamaludin!! Ayokk!" Gue menarik tangan Arkan keluar ruangan
"Ganggu banget sih"
Gue dan Arkan menuju gerbang sekolah, ternyata Nathan masih menunggu disana. Nathan kaget, karena gue tiba-tiba bersama Arkan.
"Lah lu kok dengan Arkan? Habis dari mana lu?" tanya Nathan
"Dari perpus, minjem buku tadi, dan kebetulan Arkan lagi baca buku, jadi gue ajak dia" gue terpaksa bohong sama Nathan, karena gak mungkin gue beritau Nathan tentang kejadian tadi. Karna itu adalah privasi nya Arkan.
"Yok, jajan!! Kita beli risol, bakwan, piscok. Hmm, udah lama gue gak makan risol"
Kami pergi ke warung dekat sekolah, disitu makanannya enak banget, gak bohong.
"Tanteeee, risol 2 bakwan 1 piscok 3"
"Banyak banget lu mesan" kata Nathan
"Tante, Nathan yang bayar" Nathan uangnya banyak hehe, jadi gue minta bayarin
"Eh, enak banget lu, gak gak, gak ada"
"Dih, pelit. Arkan lu mau pesan apa?"
"Tan, 1 piscok" kata Arkan
"Lah, kok cuman 1? Tan piscok nya tambah 2 sama Arkan"
"Anak baru ya dek?" tanya tante penjual, mungkin karena tante itu baru lihat Arkan
"Iya tan, baru datang 3 minggu lalu" jawab Arkan
"Ganteng ya, bubuk berlian" kata tante sambil tertawa kecil
Arkan hanya cumani bisa diam, kalau dilihat dari samping Arkan tampan juga.
Selesai makan, gue, Nathan dan Arkan pisah. Arkan pulang sendiri ke rumahnya, sedangkan gue dan Nathan pulang bersama.
"Bye Arkannnn !! Selalu tersenyum yaaa !!"
Ku lihat Arkan, tersenyum dari jauh. Ya, itu baru pertama kali gue lihat Arkan tersenyum. Huhhh, entah kenapa dia hari ini.
Dalam perjalanan pulang, Nathan bertanya tentang kejadian pulang sekolah.
"Lu sama Arkan ngapain tadi?"
"Lah? Lu masih nanya tentang itu? Gak ada apa apa. Tadi gue ketemu dia di perpus jadi sekalian gue ajak dia"
"Trus lu tadi teriakin dia selalu tersenyum itu untuk apa"
"Y-ya nggak ada, karena dia kan nggak pernah tersenyum tuh. Jadi gue ingetin dia"
"Oh yaudah"
"Dih ngambek dia, gue gak nyembunyiin apa apa dari lu than"
"Gue nanti main ke rumah lu ya" kata Nathan
"Lah? Buat apa?"
"Numpang makan"
"Ngadi-ngadi lu !!"
Ya begitulah, sepertinya Nathan agak kesal, gatau kenapa. Tapi dia tak seperti yang lain, dia tidak langsung ngambek ga jelas seperti orang pada umumnya. Yang gue lihat sih seperti itu. Pulang sekolah, gue ganti pakaian, cuci muka, tangan dan kaki. Trus makan siang, masakan mama adalah yang terbaik. Habis makan, gue buka buku, yang ngerti aja yang gue pelajari. Nanti materi yang gue ga ngerti, gue pelajari nanti malam. Dan kesibukan gue bertambah karena harus nonton drakor. YA, itu kesibukan, drakor gue numpuk.
Gue dengar, pintu depan diketuk tapi udah langsung dibuka sama mama. Ternyata itu Nathan, dan dia membawa....
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H