Mohon tunggu...
Yuni Zulfiyah
Yuni Zulfiyah Mohon Tunggu... Desainer - Tetap Optimis

Ingin terus belajar hal baru termasuk dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mau Dibawa seperti Apa Stabilitas Keuangan Negeri Kita, Bangun atau Jatuh Lagi?

3 Agustus 2019   22:34 Diperbarui: 3 Agustus 2019   22:50 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah rasa keingin tahuan saya pada jatuhnya perekonomian indonesia secara besar-besaran ditahun 1997-1998. Sebelumnya kondisi perekonomian masa orde baru sungguh luar biasa hingga Indonesia mendapat julukan  "Macan Asia"  dikarenakan keberhasilan pemerintah  membawa perekonomian terus tumbuh dan stabil.

Keberhasilan perekonomian Indonesia yang dibangun selama bertahun-tahun, hanya dalam hitungan dua bulan saja Indonseia mengalami krisis ekonomi yang sangat besar. Krisis ini membuat rupiah mencapai Rp 16.800/ dolar AS. Berawal dari terdepresiasi Baht (Thailad) sehingga krisis menyebar kebeberapa negara Asia termasuk Indonesia yang terkena pukulan keras dari negeri gajah putih.

Efek dari krisis ini mengakibatkan harga barang melonjak, perusahaan banyak yang tutup, angka pengangguran dan kemiskinan naik pesat. Krisis ini menciptakan gejolak sosial-politik yang ditandai aksi mahasiswa yang menuntut adanya reformasi.

Belum terlupa akan krisis tahun 1998, Indonesia mengalami kembali guncangan dari Amerika Serikat akibat krisis subprime mortgage di tahun 2008. Namun dampaknya telah dicegah oleh pemerintah agar tidak menjalar menjadi krisis ekonomi dan krisis sosial seperti tahun1998. Melihat krisis tahun 1998 banyak masyarakat yang menyalahkan kinerja pemerintah yang tidak bisa menangani krisis.

Tanpa kita sadari, kita sebagai masyarakat biasa bisa menjadi penyumbang terjadinya ketidakstabilan keuangan. Jika kita mencintai negeri Indonesia ini kita turut menjaga stabilitas keuangan dengan cara apa ?

1. Jangan Mudah Percaya dan turut Menyebarkan Berita Hoax

Berita hoax atau berita bohong menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Contoh: isu gerakan rush money sempat heboh dimedia social bersamaan dengan aksi masssa 22 mei 2019 didepan kantor Bawaslu.  Jika kita percaya akan rush money atau penarikan uang secara besar-besaran dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem perbankan pada akhirnya dapat berdampak negative bagi perekonomian Indonesia.

2. Berlebihan Belanja Online.

Dizaman yang serba mudah kita tidak perlu berbelanja kepusat perbelanjaan. Hanya dengan duduk santai dirumah kita bisa berbelanja dengan produk yang beragam macamnya dan memberi fasilitas kredit barang. Begitu asyiknya kita belanja online tanpa kita sadari kredit kita semakin menggunung dan tak mampu untuk membayarnya. Sebaiknya Income pendapat lebih besar daripada pengeluaran belanja. Jadi berbelanjalah seperlunya saja dan sesuai kebutuhan.

3. Bijak bersosial media

Media sosial tidak bisa terlepas dalam keseharian kita, berbagai rutinitas kegiatan selalu diposting pada sosial media. Banyak sekali manfaat yang kita dapatkan melalui media sosial yakni bertemu dengan lama atau baru, bersosialisasi dengan orang banyak, media hiburan, mendapatkan informasi terupdate dan menambah pengetahuan. Terkadang media sosial dijadikan sebagai tempat ujaran kebencian, dan penyebaran hoaks yang dapat mencipktakan perpecahan NKRI.

Jika negeri ini sering terjadi kerusuhan maka para investor akan takut menanamkan sahamnya di Indonesia. Gunakan sosial Media pada hal yang berguna seperti mempromosikan wisata Indonesia melalui media sosial. Semakin banyak orang didunia tahu bahwa wisata Indonesia sangatlah indah dan menarik, maka promosi wisata yang kita lakukan dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan memperdayakan masyarakat disekitar.

4. Menabung di Bank

Menabung adalah bagian dari perencanaan keuangan untuk menghadapi kebutuhan keuangan dimasa mendatang. Ada banyak media yang dapat kita jadikan tempat menabung baik bawah kasur, celengan atau lemari. Tetapi menabung ditempat tersebut sangatlah tidak aman. Menabung di bank menjadi solusi yang tepat demi menjaga keuangan dari hal yang tidak diinginkan seperti tindak kriminal.

Selain Bank Indonesia yang berperan menjaga stabilitas keuangan, Bank tetap berperan penting dalam implementasi regulasi dari Bank Indonesia. Selain itu tabungan kita akan diinvestasikan oleh bank untuk dipinjamkan kepada nasabah yang membutuhkan dana dengan bunga pinjaman.

5.Ubah perilaku konsumtif ke produktif

Kemudahan dalam berbelanja atau transaksi, promo dan diskon dari berbagai jenis barang yang ditawarkan, dan sulit membedakan antara keingin dan kebutuhan adalah gaya hidup konsumtif. Ubahlah gaya hidup konsumtif ke produktif dengan cara membangun sebuah bisnis yang dapat menghasilkan pendapatan bagi diri sendiri tetapi dapat memperdayakan masyarakat sekitar, menciptakan lapangan pekerjaan, merentas kemiskinan, turut serta membangun perekonomian Negara.

6. Kredit melalui bank,  bukan melalui pinjaman Non bank

Untuk memulai usaha tidaklah mudah, dibutuhkan ide, keberanian, dan modal yang cukup. Sayangnya mendapatkan modal usaha tidaklah mudah banyak sekali persyaratan yang diperlukan sebelum meminjam dana dan tidak terjangkaunya perbankan dipelosok. Maka dari itu masyarakat lebih memilih meminjam dana selain dari Bank melalui pinjaman online dan rentenir.

Akhir-akhir ini banyak sekali berita tentang bahayanya bunga pinjaman online. Pinjaman online memanglah mudah tidak perlu repot-repot pergi ke bank, peryaratannya tidaklah susah, dana pinjaman dapat cair dalam hitungan jam dan tanpa jaminan. Sayangnya bunga yang tinggi dan teknik penagihan dianggap kurang sopan, serta data peminjam dapat diakses oleh debitur, sehingga penagih utang dapat menghubungi nomer kontak yang ada di peminjam.

7. Menggunakan produk-produk dalam negeri

Pemerintah gencar melakukan promosi atau ajakan untuk bangga menggunakan produk buatan dalam negeri. Perilaku konsumtif  akan barang impor dikarenakan rasa bangga akan produk luar negeri yang dianggap lebih berkelas. Jika terjadi secara terus menerus masyarakat Indonesia akan mengalami ketergantungan produk impor. Negara akan semakin terbebani karena terlalu banyak barang yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dan menciptakan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Tanpa kita sadari banyak hal yang dapat memicu ketidakstabilan keuangan Indonesia termasuk kita sebagai masyrakat biasa. Bagitu pentingnya dalam menjaga stabilitas keuangan demi mencegah krisis yang datang dari kapan saja dan bersumber dari mana saja. Selain Bank Indonesia dan lembaga keuangan yang berusaha menjaga stabilitas keuangan dalam negeri kita sebagai masyarakat dapat ikut serta dan berpartisipasi menjaga stabilitas keuangan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun