Mohon tunggu...
Supriyanti
Supriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Lulusan S1 Matematika (Murni). Suka puisi. Penyuka tetumbuhan dan pengagum bunga. Senang ngobrol dengan Liz

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jatuh dan Tangkup

8 Oktober 2022   09:09 Diperbarui: 8 Oktober 2022   09:11 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/ApplesPC

Di suatu sore yang mendung

daun jatuh

tangkup di tanah dengan auman parau

meninggalkan catatan kemarau

Ia tersedu-sedu kepada inangnya

Bersama bulir hujan menangis hebat

sesalkan cinta butanya kepada kumbang

Baca juga: Kamu Adalah Diksiku

yang lebih menginginkan kembang

dan kangen meski ia tebus sebagai karma

Suara gemuruh kehampaan yang

memekakkan, pelan-pelan, memakannya

dalam remang dan doa-doa terus dilangitkan

meski ia tahu yang jatuh tak bisa diurungkan

yang tangkup-luruh selalu kacau   

Cinta kadang semena demikian

Sementara sesal adalah karma

dan tabah ingin coba senantiasa disematkan

jika alpa selalu ditolak

tabel presensi kehadiran

Semarang, 07 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun