Mohon tunggu...
Supriyanti
Supriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Lulusan S1 Matematika (Murni). Suka puisi. Penyuka tetumbuhan dan pengagum bunga. Senang ngobrol dengan Liz

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuhan, Hujan, dan Ibu

28 September 2022   16:57 Diperbarui: 28 September 2022   17:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/PublicDomainPictures

Tuhan, hujan

lagi-lagi menggila

mengetuk-ketuk kaca jendela

menjentik-jentik kening

Baca juga: Mencurigai Tuhan

menyentak kenangan

hadir lebih cepat

dan lebih kelebat

dari satu ke-dua hal

tiga lanjut terus tak berbilang

Baca juga: Akulah J

balang ketenangan

untuk berdansa

dengan mata berbalam

dan bermalam di taburan Tuhan

Tuhan, hujan

terus menggila

menggali-gali

kubang-kubang di tanah

lubang-lubang di genting

luang-luang masa yang meretak di dada

semuanya bersatu;

berpadu;

beradu;

berdadu;

bargaduh;

berkayuh;

bergayuh;

bersama wajah ibu

hujani aku

sampai beraduh

tiada yang matanya tenang selain ibu

tapi tiada yang liyan seramai mata ibu

yang kerap dihujani aku

yang hujan-hujanan

di kubangan hatinya

Tuhan, hujan menabur aku

Tuhan, hujan adalah ibu

hujan ada ibu merengkuhku

memelukku kepada waktu

sedari doa-doa sebelum rencana

perihalku sampai batas yang

dikehendaki-Mu

Semarang, 11 September 2022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun