melintas semisterius
Liz dengan gaun oranye anggun
tanpa alas
rambut kepang melurus sebatas punggung
dan memunguti
kenangku
keinginanku
bersama angin-anginnya yang purba
serta tak pura-pura
demi melerai-lerai
segala risau
semua riasan
yang menebal
berusaha mengebal lagi maha bebal
di kepalaku
di kepalanku
di keterpanaanku
di keterpautan
semesta dan waktu-waktu
yang tak mampu aku kaji
tiap kelu dunia yang lahirkan peluh
meski unguku telah merangkum:
ular merah-hitam;Â
jiya;Â
bunbat;
orio (bukan ori o);Â
tino;Â
indah;Â
idattus;Â
nur;Â
atlit renang;Â
dst.Â
aku terus tak tahu.
tapi hurufku telah jatuh ke keningku
lalu sempurna di sana
menyembur-semburkan pengetahuan
yang datang lebih cepat
sebelum buku matematika,
buku bahasa indonesia,
dan buku-buku liyan
merengek sampai termehek-mehek
untuk dibaca
untuk dibuka bajunya
untuk dibahasakan isinya
jadi puisi
jadi aku
jadi a-a-a-awalan
yang dikawal
sampai penghabisan.
Semarang, 11 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H